Arhan.Saat aku baru sampai dirumah, aku mendengar ribut² dari arah ruang keluarga. ternyata itu adalah suara Tya yg sedang marah².
"Aarti... kamu ini kenapa sih susah banget dibilangin" marah Tya karna Aarti membuat rumah berantakan dengan semua mainannya.
"AARTI...!!! Kamu ini denger gak sih mama ngomong" bentak Tya hingga membuat Aarti menangis.
"Udah sayang sini sama papa, makanya lain kali mainannya jangan diberantakin semuanya ya..?" Kataku seraya menggendongnya.
"Iya... hiks..." katanya sambil mengusap air matanya.
"Pinter, ya udah yuk kita main dikamar aja" kataku tersenyum.
"Enak aja main dikamar, trus itu semua siapa yg beresin nanti hah...??!!" Marah Tya lagi hingga Aarti kembali menangis.
"Cup... cup... Aarti sayang, Aarti main kekamar duluan ya..? Papa mau ngomong dulu sama mama. Ok..?" Kataku sambil menepuk² punggungnya.
"Iya" katanya mengangguk.
"Anak pinter" kataku lalu menurunkannya dia pun lalu masuk kekamar.
"Tya... tenanglah" kataku setelah Aarti masuk kekamar.
"Gimana aku bisa tenang klo rumah berantakan semua kaya gini..? Semuanya diberantakin emang dia bisa beresin semua ini..?" Kata Tya masih kesal.
"Diakan masih kecil, lagipula ngapain sih kamu marah² bukannya nanti juga ini semua yg beresin bibi" kataku jengah.
"Ya iyalah... ngapain aku repot² beresin semua ini..? Kan ada bibi" marahnya.
"Ya udah klo gitu gak usah marah²" kataku capek.
"Kamu itu slalu aja nyalahin aku"
"Tau ah, terserah kamu aja" kataku lalu masuk kekamar Aarti.
"Aarti kok masih nangis sih, udah dong..." kataku membujuknya yg sedang beediri disudut kamar.
"Ok... klo Aarti berhenti nangis, papa akan ajak Aarti makan malam ditempat yg bagus deh. Gimana mau gak..?" Bujukku lagi karna dia masih menangis.
"Beneran..?" Katanya senang.
"Iya dong, masa papa bo'ong sih sama Aarti" kataku tersenyum.
"Ok" katanya lalu menghapus air matanya.
"Pinter, ya udah yuk sekarang Aarti siap² dulu" kataku lalu memandikannya.
------------
"Ngapain sih kita makan disini..? Kenapa gak makan malam direstoran langgananku aja" protes Tya ketika kami sampai ditempat makan itu.
"Disini juga enak kok makanannya" kataku tersenyum.
"Terserah deh" katanya malas.
"Gimana...? Aarti suka gak sama tempatnya...?" Kataku menatapnya.
"Suka banget..." katanya senang.
"Eh... kayanya ponsel aku ketinggalan deh dimobil" kata Tya ketika kami sedang mencari tempat duduk.
"Ya udah biar aku aja yg ambilin"
"Makasih ya..." katanya tersenyum lalu mengambil alih Aarti.
"Sama²..." kataku lalu pergi.
Ketika aku ingin kembali menghampiri Tya dan Aarti tiba² ada perempuan yg memanggilku.
"Arhan...???" Katanya setelah ada dihadapanku.
"Iya ini beneran kamu... kemana aja kamu selama ini..?? Kenapa gak pulang²..?" Katanya tersenyum senang lalu ingin memelukku..
"Maaf sepertinya kamu salah orang" kataku melangkah mundur menghindari pelukannya.
"Apa..??" Katanya bingung.
"Arhan... kamu ngomong sama siapa sih, KAMU...??!!!" Kata Tya kaget setelah melihat perempuan itu.
"Arhan, ini dia perempuan yg kuceritakan itu..." kata Tya lagi sambil memegang tanganku.
"Oh jadi kamu orangnya..? Denger ya.. sekarang itu kita udah gak punya hubungan apa² lagi... aku udah bahagia dengan kehidupanku yg sekarang, jadi sebaiknya kamu jangan pernah menggangguku lagi. NGERTI..??!!" Marahku.
"Tya, kamu ngomong apa sama Arhan..? Kenapa dia jadi aneh seperti ini...?" Marahnya pada Tya.
"Kenapa kamu malah nyalahin Tya, harusnya kamu itu sadar diri... bener kata Tya kamu itu emang gak tau malu ya" kataku kesal.
"Maksud kamu..?" Katanya menatapku tidak percaya.
"Aku mohon sama kamu tolong jauhi suamiku" kata Tya sambil memegang tangannya.
"Apa kamu bilang..?? Berani²nya kamu mengatakan itu, kamu pikir kamu itu siapa hah..??" Katanya lalu menjambak rambut Tya.
"Auw... lepasin, sakit..." ringis Tya sambil berusaha melepaskan tangan perempuan itu.
"Kamu ini apa²an sih disini ada anak kecil, lepasin gak..?" Marahku.
"Kamu ngomong apa sih Tya..?" Katanya masih menjambak rambut Tya.
"Aku bilang lepasin dia...!!!" Kataku spontan mendorongnya hingga jatuh.
Dia lalu menatapku tidak percaya sambil menahan air matanya agar tidak menangis.
"Arhan ayo kita pergi dari sini..." kata Tya sambil menangis.
"Ah iya, ayo kita pergi" kataku seraya menggendong Aarti yg sedang ketakutan dibelakangku.
"Oh iya, satu lagi... jangan pernah nyuruh orang lagi buat nyari aku. Ngerti..!!" Kataku lagi lalu pergi meninggalkannya.
------------
"Masih sakit ya..? Maaf ya gara² aku kamu jadi mengalami semua ini" kataku yg sedang mengemudi sambil mengusap rambutnya.
"Iya gak papa kok" katanya tersenyum.
"Sayang... maaf ya kita gak jadi makan disana" kataku beralih menatap Aarti yg sedang duduk dipangkuan Tya.
Dia hanya mengangguk mengerti.
"Ya udah sebagai gantinya esok kita jalan² kemall ya" kataku sambil mengacak rambutnya gemas.
"Yeyy" soraknya.
"Beneran...? Makasih ya" kata Tya senang.
"Iya" kataku tersenyum.
Aku lalu kembali teringat dengan perempuan tadi, gimananya keadaannya sekarang..? Dia bahkan tadi sampai hampir menangis. Sebenarnya aku juga tidak bermaksud mendorongnya.
Eh... kenapa aku malah jadi kepikiran dia trus..? Ngapain juga aku harus merasa bersalah, diakan memang pantas diperlakukan seperti itu. karna dia Aarti jadi melihat hal yg tidak pantas diliat olehnya. Pikirku.
*********

KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact
Teen FictionApa jadinya jika setelah dikabarkan meninggal, tiba² setelah 3 tahun dia kembali lagi namun sebagai orang asing. *kelanjutan cerita dari baby Arya* Mohon maaf jika ceritanya tidak jelas atau ada salah kata dan ada kata yg kurang berkenan.