🥀8

126 19 19
                                    

[M]

Tak terasa sudah tiga bulan Nayeon tinggal di New York.

Selama tiga bulan ini pun belum ada perubahan yang berarti di kehidupan pernikahan mereka. Mungkin mereka menjadi semakin akrab, tapi belum ada perubahan yang intens meskipun mereka selalu tidur di tempat yang sama.

"Tuan, saya datang" suara dari layar interkom terdengar seperti pagi-pagi biasanya. Daniel pasti datang untuk menjemput Jason Guinee.

"Selamat pagi nyonya Guinee" sapa Daniel pada Nayeon setelah berhasil memasuki kediaman bos nya.

"Pagi" Nayeon tersenyum ramah pada orang yang juga ramah itu.

"Kau sudah sarapan? Duduklah. Aku akan membuat sarapan untukmu" ujar ramah Nayeon pada Daniel.

"Ah tidak nyonya, tidak perlu" Daniel gelagapan menolak.

"Kenapa? Kau harus sarapan di pagi hari" paksa Nayeon.

Daniel melirik ke arah Jason Guinee yang menatap tajam kearah nya.

"Ayo pergi sekarang" suami Nayeon itu berdiri dan meninggalkan sarapannya.

"Kau tidak menghabiskan sarapanmu? Habiskan dulu sembari menunggu Daniel sarapan juga" ujar Nayeon.

"Tidak" tolak nya dan langsung menarik tangan Daniel.

Jujur saja dia merasa cemburu karena istrinya jauh lebih perhatian kepada sekretaris nya. Istrinya juga selalu tersenyum ramah kepada Daniel. Keramahan istrinya membuatnya tertekan. Dia yang suaminya bahkan tak mendapatkan jatah lebih.

"Mulai sekarang tak perlu menjemputku, aku bisa ke kantor sendiri"

"Baik"

Setelah suaminya pergi Nayeon memutuskan keluar dari penthouse itu untuk membuang sampah. Padahal dia bisa saja membuangnya lewat tempat yang sudah di siapkan secara khusus.

Tapi sebelum dia keluar bi Serah asisten rumah tangga nya itu baru saja datang.

"Selamat pagi nyonya"

"Pagi. Bi aku akan membuang sampah sebentar"

"Biar saya saja nyonya" bi Serah menawarkan.

"Tidak perlu, aku ingin melakukannya sendiri" tolak Nayeon.

"Tapi itu tugas saya dan saya merasa tidak enak"

"Tidak apa-apa"

"Kenapa anda tak menggunakan trash chute saja?"

"Aku ingin memiliki banyak aktivitas, selama di sini aku kurang berolahraga dan berat badanku semakin bertambah" keluh Nayeon.

"Baiklah kalau begitu" bi Serah tersenyum melihat kesederhanaan nyonya di rumah itu.

Setelah selesai memilah sampah, di lantai pertama (Lobby) dia bertemu dengan teman yang baru dikenalnya beberapa bulan ini.

"Nyonya Guinee"

Nayeon tersenyum kepada wanita itu. Dia adalah Chaerin wanita berusia 31 tahun yang sudah menetap di New York lumayan lama.

"Panggil saja Nayeon. Kita sama-sama orang Korea" Nayeon merasa kurang nyaman dengan panggilan itu.

"Baiklah"

"Kau dari mana?" tanya Chaerin.

"Memilah sampah"

"Kenapa kau mau repot sekali. Biarlah bibi asisten di rumahmu yang memilahnya"

"Aku lebih suka melakukannya sendiri" ujar Nayeon.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang