🥀12

117 23 13
                                    

Keesokan paginya.

Jiwa dan raga Nayeon telah bangun dari tidur. Tapi mata wanita itu terasa sulit untuk dibuka. Bahkan sampai sekarang sudah duduk pun matanya masih terasa berat.

"Menyebalkan" gerutu nya.

"Jam berapa ini? Dia sudah pergi bekerja kan? Seharusnya sih sudah. Aku akan keluar sekarang" Nayeon bermonolog.

Kemudian dia keluar dari kamar tamu. Lalu dia menuju dapur untuk mengompres matanya yang bengkak.

Di tengah perjalanan, saat melewati ruang tengah Nayeon melihat bantal beserta selimut di salah satu sofa.

"Apa semalam dia tidur disini? Hah, untuk apa aku memperdulikan itu" gumam Nayeon yang kemudian kembali melanjutkan langkah kakinya menuju ke dapur.

Di dapur, sambil mengompres matanya Nayeon juga mencoba untuk menghangatkan makan-makan yang dimasaknya kemarin sore. Makanan yang sebenarnya untuk makan malam.

Untuk sejenak Nayeon berhenti mengompres matanya dan berjalan mendekati tempat penyimpanan obat. Di sana dia mengambil beberapa suplemen vitamin yang kemudian di minumnya. Setelah selesai Nayeon pun kembali fokus pada masakannya.

"Bi Serah akan datang jam sebelas. Ini masih jam sembilan. Saat dia datang mataku sudah tidak bengkak kan?" gumam Nayeon.

Jangan heran kenapa bi Serah datang ke hunian bos nya saat hari menjelang siang. Setelah Nayeon menetap di sana, tugas bi Serah membuat sarapan sedikit tergantikan karena nyonya rumah ingin membuat sarapan.

Biasanya Nayeon yang menentukan bi Serah harus datang pagi atau datang siang. Bahkan kerap kali Nayeon menyuruh bi Serah untuk libur bekerja.

Saat Nayeon sedang mengaduk masakan. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekati nya. Dia melirik ke samping dan melihat sang suami sedang berjalan kearahnya.

'Kenapa dia masih di rumah' batin Nayeon.

"Merasa lebih baik?" Pria itu menanyakan keadaan Nayeon sembari memeluk wanita itu dari belakang.

"Akan lebih baik kalau saat ini aku tak melihat mu" ujar Nayeon terus terang.

"Sudah ku bilang, dia temanku. Sifatnya memang seperti itu"

Nayeon melepas pelukan suaminya dan membalik tubuh untuk menatap sang suami.

"Aku tak peduli. Mau itu benar-benar sifatnya atau dia hanya seperti itu kepadaku. Yang jelas aku tak menyukainya. Aku tak harus menyukainya bukan? Dia bukan temanku dan aku tak ingin berteman dengannya" ungkap Nayeon.

"Aku hanya ingin kau mengenal temanku agar kelak kau tak salah paham"

"Percuma, aku sudah salah paham. Tadi malam kau seperti sedang mengenalkan istri pertama dengan istri kedua. Dilihat dari gerak geriknya dia lebih cocok dikatakan sebagai istri pertamamu"

"Jika dia istri pertamaku aku tak mungkin menikahimu. Untuk apa aku menikahi dua orang sekaligus?"

"Aku hanya ingin kau mengenal temanku. Dan aku tak akan menyuruh atau memaksamu untuk dekat dengannya" lanjut Jungkook.

"Kenapa kau mengenalkan wanita itu tadi malam? Di anniversary pernikahan kita" Nayeon meminta penjelasan. Kenapa wanita itu harus datang dan menghancurkan anniversary pernikahan mereka.

"Jika bukan tadi malam mungkin aku akan merasa lebih baik. Tapi... Kau malah mengundangnya di anniversary pernikahan kita. Seharusnya kita makan malam berdua saja. Saat kau mengajak Daniel aku masih terima karena dia sudah seperti saudaraku sendiri. Tapi wanita itu, kau seperti membiarkan dia datang untuk menghancurkan pernikahan kita"

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang