🥀53

53 14 24
                                    

Keesokan harinya.


Nayeon tengah berjalan santai di taman sekitar hunian apartemennya bersama sang putri dan juga kak Chaerin.

"Bagaimana kalau kita duduk disana untuk beristirahat" tunjuk Nayeon pada sebuah kursi. Dia melakukan itu karena melihat kondisi kak Chaerin yang sedang hamil besar.

"Baiklah, ayo" Chaerin setuju.

"Sudah lama kita tak bertemu dan duduk disini. Itu karena kau sudah mulai sibuk" ujar Chaerin merasa kesepian.

"Ya, dan tak terasa perutmu sudah sangat besar. Kapan perkiraan lahir nya?" tanya Nayeon.

"Dua minggu lagi" jawab wanita itu.

"Kalau begitu jangan pergi terlalu jauh. Untuk berjaga-jaga, kau juga harus selalu membawa ponselmu kemana pun kau pergi" saran Nayeon, dia teringat kelahiran Ocean yang dulu lahir lebih cepat dari waktu perkiraannya.

"Okay. Setelah suamiku, kau adalah orang yang aku andalkan. Jadi kau harus mengangkat panggilan telfon dariku kalau aku mengalami kontraksi" tutur Chaerin.

Nayeon terdiam.

"Kak, suamiku sedang berada di Jepang. Aku tak tau dia akan lama disana atau tidak. Tapi jika itu lama mungkin kami akan menyusulnya. Bahkan tadi pagi Ocean sudah ingin menyusul saat tau ayahnya tak ada di rumah" tutur Nayeon.

"Jadi ada kemungkinan kau tak bisa menemaniku?" tanya Chaerin sedih.

"Ya, mungkin" Nayeon juga merasa sedih.

"Ya sudah tidak apa-apa. Aku akan tetap mendengarkan saran darimu" Chaerin tersenyum agar  suasana menjadi ceria. Dia juga mulai mengajak mengobrol putri Nayeon yang sangat manis dan menggemaskan itu.

"Jeyne, kau ingin menyusul daddy?" tanya Chaerin pada Ocean. Balita itu mengangguk.

"Jangan di sana lama-lama ya? Kata nya mau lihat baby? Kalau Jeyn di sana nya lama nanti tidak bisa melihat baby secara langsung" tutur Chaerin sembari mengelus perutnya.

Ocean mengangguk. Tapi itu bukan berarti dia akan menuruti keinginan teman dari ibunya.

"Baby nya girl atau boy?" tanya Ocean sambil menyentuh perut kak Chaerin menggunakan jari telunjuknya.

"Boy. Coba baby nya di sayang" pinta kak Chaerin. Ocean menurut dan mengusap-usap perut buncit kak Chaerin.

"Oh iya Jeyn, Jeyn mau nya punya baby girl ya?" tanya kak Chaerin.

Ocean diam sebelum pada akhirnya menoleh ke arah ibunya.

"Nanti minta mama dan daddy okay?" suruh Chaerin.

"Kak" Nayeon menegur Chaerin dengan senyuman.

"Wae? Jika putri mu mau apa kau tak akan mengabulkan nya? Nayeon yang kukenal sepertinya akan mengabulkan keinginan malaikat kecilnya"

"Tak selalu begitu" timpal Nayeon.

"Apa kau trauma setelah melahirkan? Ah... aku jadi takut melahirkan" Chaerin mencoba menebak.

"Bukan trauma, hanya tak ingin saja. Kakak tak perlu takut" Nayeon menenangkan kak Chaerin.

"Baiklah"

"Oh iya, kalian sudah sarapan? Kalau belum bagaimana kalau kita ke cafe" ajak Chaerin penuh semangat.

"Ayo. Aku sudah merindukan steak di cafe Izee" Nayeon pun penuh semangat.

"Ocean mau?" lanjutnya bertanya pada sang putri.

"Mau"

"Okay ayo kita ke sana"

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang