Gadis itu berjalan dengan langkah lebar berusaha untuk tidak menimbulkan bunyi yang membuat orang yang ada di rumah ini terbangun. Alya berniat untuk menginap di rumah sahabatnya tanpa diketahui oleh orang rumah, namun rencananya gagal karena satu orang menyebalkan sedang duduk santai di kursi ruang tamu yang berdekatan dengan pintu masuk.
"Lo mau kabur?" tanya Devan ketika melihat gadis itu menggendong tas sekolahnya yang mengembang, seperti diisi oleh pakaian.
Alya memutar bola matanya malas, jika dia meladeni manusia ini bisa-bisa dia ketahuan oleh ayahnya.
"Lo pikir gue sekaya apa sampai mau kabur? kalo gue kabur yang ada lo kesenengan karena harta bokap gue bakal jatuh ke tangan lo dengan mudah." Gadis itu memelankan suaranya namun nadanya tetap kasar.
Devan tersenyum lalu memberikan sebuah kunci pada Alya. "Lo tidur di kosan gue aja daripada jadi gelandangan, apalagi sampe numpang dirumah orang malem-malem gini."
"Gak, makasih! gue masih punya duit buat nyewa hotel!" balas Alya sambil menatap cowok itu sebal.
"Udah gak usah ngeyel, gue abang lo dan gue gak mau lo kenapa-kenapa, gue sharelock kosan gue."
Alya semakin menatap tajam Devan. "Gue bukan adek lo! dan gak usah sok peduli sama gue!" Bodo amat kalau ayahnya mendengar teriakannya, dia sudah tidak peduli.
"Lo gak usah ngeyel, ini udah malem dan di hotel banyak om-om, kalo lo mau jual diri lo sih gak-"
Alya mengambil kunci itu dengan cepat lalu meninggalkan Devan tanpa bicara apapun. Devan hanya bisa tersenyum melihat punggung itu menghilang dari pandangannya.
Alya berjalan sambil merutuki dirinya sendiri. Ini sudah hampir jam 10 malam, sekitaran kompleknya tidak akan ada taksi ataupun ojeg jam segini, mana mungkin dia berjalan sampai kosan kakak tirinya. Meskipun cukup dekat dengan rumahnya tetap saja kakinya ini tidak akan kuat berjalan, bisa-bisa dia besok bolos karena kelelahan berjalan. Mana mungkin dia kembali ke rumah dan meminta Devan mengantarnya, bisa turun harga dirinya.
"Gue bego banget sih! kenapa coba gue sok buat kabur dari rumah, mana duit gue tinggal dikit."
Dia terus saja merutuk sambil berjalan, sudah seperti orang gila saja. Ingin mampir ke rumah Resta rasanya segan apalagi ini sudah malam, dan yang pasti bocah itu sudah tidur pulas.
"Nasib gue jelek banget!"
Alya menendang sebuah batu yang cukup besar membuatnya terlempar kearah pengendara motor sehingga motornya oleng dan jatuh tepat didepan Alya.
Alya membulatkan matanya, berkali-kali dia merutuki kebodohannya yang dia buat kali ini. "Nambah sial gue!"
*****
Ilham mondar mandir di kamarnya seperti orang yang tengah banyak fikiran. Padahal seharusnya seukuran anak laki-laki yang hidup dengan harta yang bisa untuk tujuh turunan tujuh tanjakan itu hidup damai saja tanpa beban, lagi pula keluarga Ilham itu lengkap, dia juga memiliki seorang adik perempuan yang menggemaskan jika dia bosan. Namun, entah mengapa cowok itu selalu kepikiran tentang Alya, apakah dia sudah gila?
"Kenapa gue kepikiran cewek gila itu sih?lagian apa spesialnya cewek itu sih?"
Berkali-kali ia merutuki dirinya sendiri hanya karena fikirannya mengarah pada gadis itu.
Semua ini gara-gara Alya yang mengalahkannya di ulangaan kemarin dan juga karena perkataan menyebalkan gadis itu.
Alya menemui Ilham dengan mata berbinar. Seperti biasa tanpa meminta izin gadis itu duduk disamping Ilham dan ditatap oleh ketiga teman cowok itu.
"Jadi gimana? Alya kan udah kalahin Ilham, jadi Ilham mau jadi pacar Alya gak?" tanyanya sambil mengedipkan kedua matanya.
Ketiga temannya menatap Ilham dengan alis terangkat meminta penjelasan, Ilham hanya diam dan menatap Alya datar.
"Mau lo apa?" tanya Ilham.
"Mau jadi pacarnya Ilham lah!" jawab Alya.
"Kenapa lo ngebet banget jadi pacar gue?"
Alya nampak berfikir beberapa saat, lalu dia kembali menjawab, "karena menurut Alya, Ilham itu baik, pengertian, so sweet dan pasti bisa bikin Alya bahagia."
"Gue gak sesuai ekstasi lo! gue lebih buruk dari itu," balasnya ketus.
Ilham tak habis fikir dengan fikiran gadis itu tentangnya. bisa-bisanya dia berfikir akan bahagia dengannya padahal dirinya saja belum pernah pacaran dan bahkan membahagiakan adik perempuannya saja dia tidak bisa, bagaimana membahagiakan Alya yang orang asing.
"Ilham udah janji mau jadi pacar Alya, gak boleh bohong loh dosa!"
Ilham memutar bola matanya malas. "Oke, apapun yang lo mau, terserah! gue gak peduli."
"Gimana kalo pas ulangan semester minggu depan kalo Alya yang dapet peringkat pertama, Ilham harus terima Alya jadi pacarnya Ilham!" serunya.
"Kalo gue menang lo harus janji jauhin gue dan jangan ganggu gue sama Melya!" Perkataan itu keluar dengan sendirinya dari mulut Ilham.
Dia melihat perubahan raut wajah Alya yang menjadi sendu, namun gadis itu tersenyum yang terlihat seperti terpaksa.
"Aku gak bakal biarin Ilham menang karena aku sayang sama Ilham, aku janji mulai saat ini bakal rajin belajar sampai seterusnya biar Ilham bisa suka sama aku, Ilham suka cewek yang cantik dan pinter kayak Melya kan? Alya bisa kok malah bakalan lebih dari cewek itu!"
Entah hanya perasaannya saja atau apa, sepertinya Alya begitu sangat tidak suka dengan Melya. Padahal Melya gadis baik dan cantik bahkan dia lebih pintar dari Alya sepertinya, tapi mengapa setiap dia melihat Alya bertemu Melya mereka berdua seperti sedang mengibarkan bendera perang yang sudah terjalin cukup lama. Entah permasalahan apa yang membuat mereka menjadi seperti tom and jerry, Ilham penasaran!
Cowok itu mengambil jaket kulit nya lalu mengambil kunci motor sport-nya, dia berniat untuk datang ke rumah Irgi karena cowok itu bisa diajak berfikir tidak seperti temannya yang lain.
Dia melajukan motornya digelapnya malam yang berhiaskan awan mendung, dengan jalan yang becek sehabis hujan, udara semakin dingin ketika dia menambah kecepatan motornya. Dia harus segera sampai ke rumah Irgi sebelum awan-awan ini kembali menangis membasahi bumi.
Namun entah mengapa dia malah melajukan motornya ke komplek perumahan menuju rumah Alya. Sial! Ilham benar-benar gila.
Pletuk...
Sebuah batu seukuran bola bekel mengenai helm full facenya membuatnya terkejut dan seketika motornya oleng, dengan cepat dia mengerem motornya sebelum benar-benar menabrak tembok di depannya.
Brukk...
"Masnya gakpapa?!" pekik seorang gadis.
Mengapa rasanya dia tidak asing dengan suara ini, apakah Ilham sudah benar-benar gila karena dia mendengar suara Alya dimalam hari begini.
Cowok itu membangunkan motornya lalu menyetandarkan motornya kemudian dia membuka helm yang sedari tadi membuatnya pengap.
"Lo?"
"Ilham?"
![](https://img.wattpad.com/cover/317581842-288-k859577.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Fiksi Remaja"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...