Dia tidak tahu apa ini kesalahan atau bukan, Alya kembali menempatkan Ilham sebagai seseorang yang selalu ada untuknya, seharusnya dia senang tapi kenapa perasaannya berubah menjadi bimbang.
"Al, lo kenapa?"
"Gue gak kenapa-kenapa,"
Resta berdecak, dia merasa kesal dengan jawaban sahabatnya padahal jelas-jelas dari tadi gadis itu hanya diam memandang lurus ke depan sambil mengaduk-aduk makanannya.
"Lo kalo lagi ada masalah cerita Al, gue jadi makin ngerasa gak berguna banget jadi sahabat lo," ucap Resta dengan bada sedih.
"Eh, gak gitu kok Res, gue cuma mikirin sesuatu aja," balasnya tak enak.
"Iya makanya lo cerita Al biar gue juga bisa kasih lo solusi,"
Gadis itu menghela napasnya, sebelum kembali berbicara dia menyeruput es jeruknya terlebih dulu menjaga agar kerongkongannya tidak kering ketika menjelaskan nanti.
"Jadi tadi pagi Ilham samperin gue-"
"Terus?"
"Ck, iya diem dulu jangan di potong Resta!"
Dia tersenyum menampilkan deretan giginya, "hehe sorry, yaudah lanjut Al."
"Jadi dia tadi ngajak gue balikan, terus karena gue masih sayang ya gue terima. Tapi masalahnya gue bingung gitu Res, gue seneng tapi ada yang mengganjal di hati gue," ujar Alya mengatakan apa yang dia rasakan saat ini.
"Mungkin lo masih mikirin penyakit lo?"
Alya menggeleng, jujur dia sekarang tidak terlalu peduli dengan penyakitnya, toh cepat atau lambat manusia akan meninggal juga dan yang lainnya harus terpaksa mengikhlaskan.
"Terus kenapa?" tanya Resta lagi.
"Mana gue tau Restaa, kalo gue tau ya gak mungkin dong gue bingung kayak sekarang," balas Alya gemas.
"Mungkin lo udah gak sayang sama Ilham,"
Alya menaikan alisnya, "Mana mungkin, gue masih suka ngerasa cemburu kok kalo dia deket sama Nara."
"Iya cemburu gak berarti perasaan lo masih buat dia, mungkin lo udah suka sama orang lain tapi lonya gak sadar," ujar Resta.
"Hah? Gue suka sama siapa?"
"Kak Aldian mungkin?"
Alya terdiam, tidak mungkin dia menyukai cowok menyebalkan itu meskipun dia selama ini perhatian dan baik padanya tapi dia rasa tida mungkin dirinya suka pada Aldian yang notabenenya sahabat abangnya.
"Gak mungkin Res, jelas-jelas hati gue masih memilih Ilham," sanggah Alya.
"Iya kalo semuanya salah terus kenapa dong lo ngerasa bingung kek gitu?"
Alya menggeleng lemah, "gue gak tau, perasaan gue campur aduk."
"Kalo gitu mending lo jalanin aja Al sekalian lo tegasin sama diri lo sebenarnya siapa cowok yang beneran lo suka. Tolong jangan kayak gue kemaren yang pada akhirnya gue balik sama Gery," ucap Resta memberikan saran sesuai dengan pengalamannya.
"Loh, emangnya kemaren lo sama Gery kenapa?"
Resta menepuk dahinya lupa karena belum mengatakan bahwa hubungannya dengan Gery pernah kandas.
"Nggak, gak kenapa-kenapa," kilahnya.
"Kan, giliran gue tanya lo jawab gapapa,"
"Udah deh mending lo makan tuh bakso nanti keburu dingin."
Alya menyuapkan bakso kecil ke dalam mulutnya kemudian mengunyahnya dengan perasaan kesal, lagi-lagi sahabatnya itu main rahasia-rahasiaan darinya, menyebalkan.
"Alya, lo keknya sakit deh," celetuk Resta.
"Gue kan emang sakit, masih nanya lo!"
Gadis itu berdecak, "bukan, maksudnya muka lo pucet banget gila kek mayat idup."
"Bagus, lo emang kejam Res ngatain sahabat sendiri," sahut Alya.
"Tapi--ALYA!!"
Resta memekik ketika tubuh sahabatnya jatuh ke samping tapi untungnya Aldian menangkap tubuh Alya. Entah sejak kapan cowok itu ada di sana namun Resta bersyukur karena sahabatnya tidak terjatuh ke lantai.
"Kak bawa Alya ke uks!"
"Kita bawa Alya ke rumah sakit, gue khawatir penyakitnya tambah parah," sahut Aldian.
Cowok itu langsung membopong tubuh Alya diikuti Resta di sampingnya. Namun langkahnya terhenti ketika seorang cowok menghadang jalannya.
"Alya kenapa? Kok dia bisa pingsan?" tanya Ilham.
"Lo tunangannya, harusnya lo tau keadaan cewek lo dan jagain dia, bukannya malah pacaran sama cewek lain," balas Aldian ketus.
"Jaga mulut lo! Gue-"
"Cukup!" teriak Resta. "Plis deh kalo kalian mau adu bacot tuh nanti aja, sekarang bawa Alya ke rumah sakit dulu, ayok."
"Gue yang bawa Alya," ucap Ilham.
"Lo gila? Alya bukan barang yang bisa diambil gitu aja, mending sekarang lo siapin mobil buat bawa cewek lo,"
"Lo aja yang nyetir biar gue jagain Alya,"
Resta benar-benar kesal dengan perdebatan unfaedah kedua cowok ini, dia dengan cepat menyered Ilham menuju parkiran.
"Lo apa-apaan sih Res? Lo mau-"
"Diem! Lo itu ketua osis, jadi jangan bikin rusuh apalagi lo memperlambat penanganan penyakit Alya, lo mau dia mati?"
Ilham diam, dia mengikuti langkah gadis di depannya.
"Alya itu punya penyakit kanker darah, asal lo tau aja dia makin kesini makin parah dan kayaknya harus segera di operasi, jadi kalo lo beneran sayang sama dia bisa gak sih lo support dia buat sembuh," ucap Resta mengomel sepanjang jalan.
"Tolong lo jangan sakitin sahabat gue, kalo lo sakitin abis lo ditangan gue."
*****
Malam semakin larut, namun mata kedua insan itu malah terbuka lebar.
"Jadi, lo mau lakuin ini sekali lagi?" tanya sang gadis sambil membelai dada bidang laki-laki yang sedang memeluk tubuhnya.
"Gue gak minta, tapi lo yang maksa,"
"Maksa tapi kenapa lo peluk gue kayak gini hmm? Itu tandanya lo sayang sama gue kan?"
"Sedikit, tapi gue tetep gak mau jadi pacar lo," jawabnya tanpa rasa bersalah.
"Kita gak perlu pacaran, bahkan kita udah ngelakuin hal yang seharusnya cuma dilakuin sama pasangan suami istri, itu artinya kita cuma harus nikah aja," ucap gadis itu sambil tersenyum.
Laki-laki itu melepaskan pelukannya kemudian menindih tubuh sang gadis.
"Kalo gue gak mau lo bisa apa?" Dia menatap sinis pada gadis dengan rambut acak-acakan di depannya.
"Gue bisa aja bilang ke orang kalo kita udah ngelakuin ini."
Laki-laki itu malah tertawa mendengar ucapannya, "Gak bakalan ada yang percaya, yang ada nanti lo malu."
"Seharusnya lo berhati-hati takutnya suatu saat nanti kebejatan lo ketauan, eh atau lebih tepatnya gue bongkar," ujar gadis itu tanpa rasa takut.
"Lo emang bener-bener cewek murahan ya? Gue rasa lo udah sering lakuin ini sama orang lain sebelum gue."
Gadis itu tersenyum menantang, "Benarkah? Terus apa yang lo rasain ketika pertama kali nyobain gue? Apakah gue udah gak ori? Ya, lo bisa simpulkan sendirilah karena lo bukan orang bodoh."
Laki-laki itu menjauhkan dirinya dari sang gadis. Kini pikirannya melayang entah kemana, dia segera memakai kembali pakaiannya yang tergeletak di lantai.
"Lo gak mau lakuin ini sekali lagi?" tanya gadis itu dengan wajah sedih.
"Najis! Jangan harap gue nyetuh lo lagi, gue jijik liat lo!" bentaknya.
"Setelah lo rebut hal berharga dari gue, lo mau injak-injak gue?"
"Itu salah lo. Lupain malam ini dan jangan pernah lo sentuh gue lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/317581842-288-k859577.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Teen Fiction"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...