26. Maaf

248 6 0
                                    

Masa SMA adalah masa paling indah, dimana cinta dan persahabatan terjalin dengan begitu baik. Namun, bagi seorang wanita yang kini sudah berumur 40 tahunan, masa SMA baginya hanya penuh dengan penekanan, penghianatan, dan penyesalan.

Hidup dalam lingkungan bisnis menjadikannya sengsara seumur hidupnya, perasaannya bahkan tidak bisa diutarakan, setiap hari dia selalu berusaha untuk menjadi baik-baik saja, hingga akhirnya dia terjatuh dalam lubang hitam yang membawanya ke tempat gelap dimana cahaya tidak dapat masuk untuk meneranginya.

Dia meringkuk sendiri berteman dengan sepi, mencari celah untuk bangkit dan menata hidupnya. Namun segala hal yang dia perbuat hanya menjadi abu dan tersapu angin, tidak ada yang benar-benar dia ubah, dia hanya semakin terjerat dan tidak bisa melarikan diri dari kegelapan yang membunuhnya secara perlahan.

Diusapnya sebuah bingkai kaca bergambar dua orang gadis dengan seorang pria yang berdiri ditengah. Seragam putih abu membalut mereka bertiga, disana dia tersenyum tanpa beban, tanpa tahu yang sedang terjadi diantara mereka bertiga.

"Aku kangen kalian," lirihnya.

Tetesan air jatuh membasahi bingkai foto itu, tercetak jelas wajah wanita yang mulai berkerut namun masih terlihat cantik, hanya saja dirinya tidak terurus dengan benar terlihat dari rambutnya yang kusut dan sedikit beruban.

"Bagaimana kabar kalian ya? pasti baik-baik saja."

Rasanya masih sesak mengingat kejadian masa lalu, mungkin ini adalah balasan untuk segala hal yang dia perbuat, seandainya dulu dia bersikap tegas mungkin sekarang dia akan hidup bahagia sama seperti dua temannya.

"Ibu ngapain terus nangis kayak gitu sih!" seru gadis berbalut kaos putih berlengan pendek.

Wanita itu masih betah menunduk sambil mengusap bingkai kaca itu. Hingga tangan putrinya itu mengambil alih barang yang dipegangnya, namun posisinya masih tetap sama sekarang. Menunduk tanpa mau menegakkan tubuhnya.

"Buat apa sih liatin foto jelek ini, lebih baik buang saja Bu!" omelnya.

Gadis itu meletakkan bingkainya dinakas kemudian berjongkok untuk menatap wajah ibunya.

"Bu, jangan ingat-ingat lagi hal yang sudah berlalu, kita pasti bisa lewatin ini berdua," ujarnya mencoba menenangkan ibunya yang semakin terisak.

"Ibu gak bis-"

"Bisa, pasti bisa!"

Pada akhirnya wanita itu menatap putrinya lantas mengusap pelan wajah cantik yang selalu mengingatkannya pada seseorang. "Makasih, kamu selalu ada buat Ibu."

"Aku cuma punya Ibu, jadi aku bakalan jaga Ibu baik-baik."

"Ibu pengen ketemu adik kamu," ujarnya.

Gadis itu menatap kesal. "Dia udah gak ada Bu! jangan minta aku buat bawa jasad dia kesini."

"Dia masih hidup nak."

"Dia udah mati!"

*****

Brak

Pintu terbuka memperlihatkan seorang pria yang terbaring dengan selang infus ditangannya.

"Ayah kenapa gak kasih tau Alya sih kalo lagi sakit, Devan juga jahat gak bilang-bilang Alya, gini-gini aku juga anak Ayah, kenapa gak mau kasih tau aku?" cerocos Alya.

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang