24. Putus

285 13 0
                                    

Beberapa pasang alat kehidupan dipakaikan ditubuh pria yang mulai mengkurus, matanya terpejam namun bibirnya berbicara seperti tak merasakan rasa sakit.

"Om harap kamu bisa jagain Aulia dengan baik, dia itu anaknya polos banget gampang kerayu sama temen-temennya," ujar Sabian.

Gery yang masih berumur 14 tahun hanya bisa mengangguk mengiyakan keinginan sahabat papanya. Lagi pula dia sudah menganggap Sabian seperti pamannya sendiri.

"Kamu mau kan setelah besar nanti menikahi Aulia?"

Jujur saja dia tidak pernah melihat putri dari Sabian bagaimana dia bisa menjaganya dan menikahinya, dia juga saat ini sedang mengagumi seorang gadis, apakah dia bisa menjalankan amanah Sabian?

"Gery kamu bisa kan?"

"Iya, pasti Gery bakalan jaga Aulia." Pada akhirnya dia pasrah menggugurkan harapannya untuk bisa bersama dengan sang pujaan hati.

Namun, takdir Tuhan tidak ada yang tahu, tiba-tiba saja Gery dikejutkan dengan fakta yang membuat hatinya begitu senang. Mungkin ini pertanda bahwa Resta itu memang ditakdirkan untuknya, mungkin saat ini gadis itu tidak menyukainya tapi besoknya lagi tidak ada yang tahu, bisa saja rasa suka ikut muncul seiring berjalannya waktu.

Dia jadi tidak sabar untuk cepat dewasa dan menikahi pujaan hatinya.

"Selamat pagi wahai sahabatku yang budiman," sapa Gery saat memasuki kelas.

Dengan wajah berseri dia duduk disamping Ilham yang menatapnya aneh, sedangkan Irgi yang duduk dibelakangnya tak jauh beda dengan tatapan Ilham, namun berbeda dengan Erik yang seakan tidak peduli dengan kehadiran satu sahabatnya itu. Dia masih belum berbaikan dengan Ilham sebenarnya.

"Tumben banget pagi-pagi senyum bahagia padahal hari ini masih ulangan," celetuk Ilham.

"Padahal biasanya sering uring-uringan, banyak alesan biar gak ikut ulangan," cibir Irgi.

Gery tidak mengindahkan perkataan sahabatnya, dia masih mempertahankan senyumnya membuat siapapun yang melihatnya akan takut, seperti orang kerasukan.

"Wah, ada kabar bahagia apa nih sampe muka lo merah kayak pantat sinchan?" tanya Alya yang baru saja masuk kelas bersama sahabatnya.

Gery semakin melebarkan senyum melihat wajah datar Resta yang dimatanya terlihat manis. "Gue lagi bahagia karena ternyata Tuhan baik banget sama gue," jawabnya.

"Lo menang lotre ya Ger?" tebak Irgi.

"Ck, bukan! ini lebih besar dari lotre."

"Oh, lo udah naik glory!" Ilham ikut menebak.

Gery merengut kesal. "Ck, bukan! kalian payah banget masa nebak kayak gitu."

Resta tahu mengapa Gery bersikap aneh hari ini, dia paham betul tapi dia tidak mau sampai orang tahu kebenarannya. Dia memutuskan untuk segera mengajak Alya duduk ke bangkunya.

"Eh, kok main duduk aja, gue pengen tau alesan si Gery senyum-senyum kek orang gila," protes Alya.

"Gue takut lo ketularan si Gery."

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang