19. Kenapa?

254 9 0
                                    

Ilham membaringkan tubuhnya yang terasa sakit padahal dia tidak melakukan aktivasi yang berat hanya bersekolah setelah itu mengantarkan seorang gadis, tapi mengapa tubuhnya begitu merasa lelah.

Tringgg
Sebuah pesan masuk membuatnya harus bangun dengan terpaksa untuk mengambil ponselnya yang ditaruh di nakas.

Melya:)
Kamu udah sampe?
17:30

Ilham menjentikkan jarinya lalu menekan tombol kirim.

Me:
Udah kok ini lagi tiduran
17:30

Tringg
Sebuah pesan kembali masuk membuat cowok itu mengembangkan senyum.

Melya:)
Langsung mandi Ilham jangan tiduran udah sore
17:31

Me:
Iya, bawel banget sih pacar aku
17:31

Iya, ketika istirahat kedua Melya menemuinya mengajaknya untuk berbincang berdua, Ilham fikir mungkin dia akan menanyakan sesuatu tentang Osis karena dia adalah wakilnya. Namun Ilham salah besar justru gadis itu malah mengatakan hal yang dari dulu sangat Ilham inginkan.

"Ilham aku gak tau tindakan aku ini benar atau salah, aku cuma gak mau memendam ini lebih lama, aku sakit ketika liat kamu terus berduaan sama Alya."

Beberapa menit keheningan melanda keduanya, Ilham sedang bergelut dengan fikirannya menyaring setiap kata yang diucapkan oleh gadis didepannya. Keheningan itu kembali pecah ketika Melya melanjutkan ucapannya sambil menunduk.

"A-aku suka sama kamu, aku gak tahu sejak kapan, tapi yang jelas saat kamu berduaan sama Alya rasanya itu sakit."

Hening, bahkan suara angin di rooftop ini lebih nyaring dari pada deru napas mereka berdua. Ilham masih diam, dia tidak tahu harus berekspresi apa. Jika dulu mungkin dia sudah melompat kegirangan karena mendengar gadis yang dia suka juga menyukainya, namun entah mengapa kali ini ada yang berbeda. Ilham senang, namun seperti ada yang mengganjal dihatinya.

"Ilham, kamu mau jadi pacar aku?"

Cowok itu membuka matanya lebar menatap wajah sendu penuh kekhawatiran itu, tidak mungkin Ilham tega untuk menolaknya lagi pula memang ini yang diinginkannya dari dulu kan? tapi apakah perasaannya masih sama seperti dulu?

"Ya, aku mau."

Melya tersenyum senang kemudian memeluknya tanpa aba-aba. "Makasih."

"Harusnya biar aku yang nembak bukan kamu."

Entah mengapa pelukan ini terasa hampa, mungkinkah perasaannya ini sudah hilang? tidak mungkin!

Beberapa detik kemudian dia melepaskan pelukannya lalu tersenyum kaku. "M-maaf ya aku refleks meluk kamu saking senengnya."

"Gakpapa sekarang kamu kan pacar aku," balas Ilham sambil tersenyum.

Wajah gadis itu memerah menahan malu, tidak bisa Ilham bayangkan jika dia menolaknya pasti gadis ini akan begitu sangat sedih.

"Aku anterin pulang nanti ya, aku tunggu diparkiran."

Melya semakin melebarkan senyumnya. "Makasih."

Tringg
Sebuah pesan kembali masuk menyadarkan lamunannya. Keningnya berkerut dia kira orang yang sama telah membalas pesannya namun nyatanya bukan.

Cewek Gila!
Ilham tadi kenapa? Alya ada salah ya?
17:34

Tidak ada niatan untuk membalasnya namun entah mengapa hatinya terdorong untuk membalas pesan cewek itu.

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang