30. Rencana

269 11 0
                                    

Rayna berjalan sambil membawa dua cangkir teh, wanita cantik itu memberikan satu pada suaminya lantas dia duduk disamping pria bertubuh tegap kemudian meniup tehnya yang masih mengepul.

"Ilham kemana Ray?" tanya Zayn lalu menyesap tehnya yang sudah hangat.

"Dia main basket sama temen-temennya buat persiapan ujian praktek besok," jawab Rayna.

"Kamu gak terlalu menekan Ilham kan?"

Rayna menatap suaminya kesal. "Aku gak menekan Ilham Mas, aku cuma mau dia jadi anak pintar supaya gak diremehin sama neneknya, kamu juga tahu sendiri mamah gimana orangnya."

"Jangan samakan kamu dengan Ilham, Ray. Kita gak boleh menekan anak itu, dia bukan anak kandung kita dia itu anak kakakku, kita harus menjaganya dengan baik," ujar Zayn.

Selama ini Rayna selalu berbohong dengan kebenaran tentang Ilham, itu karena dia tidak mau anak itu menjadi bebas dan berlaku sesukanya. Dan dia ingin membuat Ilham sibuk dengan perusahaan Zayn agar anak itu tidak memikirkan keinginan pribadinya, dia tidak ingin Ilham segera menikah karena itu hanya akan merepotkannya.

Dia berniat menjadikan Ilham sebagai pengganti Zayn setelah anak itu lulus SMA, kemudian menyuruh anak itu berkuliah dengan mengambil kelas karyawan. Alasannya karena dia ingin agar suaminya tetap dirumah bersamanya dan juga Zara, mereka akan menjadi sebuah keluarga kecil tanpa adanya kehadiran Ilham.

"Dia sudah ada dikeluarga kita jadi ya aku sudah menganggap dia anak kandungku sendiri Mas," bela Rayna.

"Aku gak mau kak Zeen sedih diatas sana kalau melihat Ilham tumbuh seperti robot."

Zayn hanya dapat memantau Ilham dari jauh karena kesibukannya sebagai seorang CEO diperusahaan Kusuma. Dia tahu Rayna selalu mengekang putra kakaknya itu, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena Rayna bilang itu demi masa depannya. Namun Zayn tidak tahu jika selama ini istrinya selalu berkata bahwa Ilham ini anak dari panti asuhan, jika saja dia tahu mungkin Zayn akan sangat marah padanya.

"Dia masih manusia Zayn, kenapa kamu terus saja menuduhku sebagai ibu yang buruk?"

Rayna menyimpan gelasnya dimeja, wanita itu hendak pergi tapi sayangnya Zayn langsung menahan tangannya dan dia pun kembali duduk disamping suaminya.

"Aku gak menuduh kamu seperti itu Ray, kenapa kamu marah?" tanya Zayn lembut.

Rayna menekuk wajahnya. "Aku gak suka kita berantem gara-gara anak kakakmu itu, kita juga punya anak Zayn, kenapa kamu gak bahas Zara saja?"

"Kamu ini udah tua tapi terus-terusan ngambek gara-gara hal sepele kayak gini," ledek Zayn membuat Rayna menepuk pahanya dengan keras.

"Sakit sayang, jangan dipukul dong mending dipeluk."

Zayn memeluk Rayna secara paksa, awalnya istrinya yang tukang ngambek itu menolak namun karena lelah menghindar akhirnya dia pasrah dipeluk oleh Zayn dan sekarang dia menempatkan kepalanya dibahu suaminya dengan nyaman.

"Ray," panggil Zayn lembut.

"Hmm, apa?" sahutnya.

"Kamu jangan sering ngambek, jelek."

"Aku gak bakalan ngambek kalo kamu gak ngeselin."

Zayn terkekeh dengan jawaban istrinya, sudah seperti abg saja mereka ini padahal sudah berkepala empat.

"Rayna," panggil Zayn, kali ini dengan nama lengkapnya.

"Apa Zayn?" tanya Rayna yang masih nyaman dipelukan suaminya.

"Aku kepikiran buat jodohin Ilham."

Rayna langsung menatap suaminya dengan alis terangkat. "Kok kamu mikirin buat nikahin Ilham? dia masih SMA loh."

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang