50. Cinta Segitiga

188 4 0
                                    

"Devan, lo udah janji mau ceritain tentang gimana caranya kita bisa jadi saudara," ucap Alya.

Saat ini keduanya sedang duduk di mobil penumpang, jangan tanyakan Aldian kemana karena cowok itu sudah pulang duluan dan berakhirlah mereka berdua pulang menaiki taksi online.

"Devan, ayok cerita!"

Cowok itu mendengus, "nanti aja Al di rumah."

"Sekarang Devan!!"

Pada akhirnya dia pasrah dan mulai bercerita.

Waktu itu tepatnya ketika Dinda dan Aryan masih duduk di bangku kuliah, mereka berdua menjalin hubungan bahkan keluarga mereka begitu mendukung. Namun, tak disangka Nirmala kembali datang ke Jakarta setelah tiga tahun lamanya gadis itu melarikan diri ke bandung lantaran Aryan menolak perasaannya.

Kembalinya Nirmala adalah sebuah bencana bagi mereka karena dia datang membawa sebuah kabar buruk.

"Maafin aku Aryan," Nirmala menunduk sedih. Bertahun-tahun lamanya perasaan itu tidak pernah bisa hilang, malah semakin tumbuh berkembang.

Aryan yang baru pulang dari kampus langsung dibuat marah karena ibunya berkata akan menikahkannya dengan Nirmala, padahal ibunya tahu jika dari awal Aryan sudah menolak keberadaannya.

"Untuk apa kembali kesini hah? Kamu mau menghancurkan hubunganku dengan Dinda?" bentak Aryan.

Nirmala menggeleng. "Nggak, aku juga gak tahu kalau ayah ternyata nyuruh aku pulang buat nikah sama kamu."

Pria itu kepalang kesal, dia kabur dari rumah dan berakhir menyewa sebuah kamar hotel. Aryan tidak sendirian, dia mengajak Dinda bersamanya, dia berniat untuk melakukan sesuatu yang seumur hidupnya tidak ingin dia lakukan namun harus dia lakukan.

"Dinda, kamu sayang aku kan?" tanya Aryan dengan suara serak.

"Sayanglah, masa iya aku gak sayang sama kamu," kesal Dinda.

Aryan terkekeh sambil mengelus puncak kepala gadisnya. "Kamu mau nikah sama aku kan?" tanyanya lagi.

Dinda yang awalnya tidur dipaha Aryan langsung duduk menatap kesal kearahnya. "Kenapa kamu nanya sesuatu yang kamu udah tahu sendiri jawabannya?!"

"Jaga-jaga takut kamu berubah pikiran."

Dinda cemberut, "ngeselin!"

Pria itu kembali terkekeh kemudian membawa Dinda kedalam pelukannya. "Kamu mau kita lakuin hal itu gak?"

Dinda menaikan alisnya, "Ngelakuin apa Ar? Aku gak ngerti."

"Sesuatu yang cuma bisa kita lakuin kalau udah jadi suami istri," jawab Aryan sedikit takut.

"Kamu!-"

"Ini demi kita Din, aku dijodohin sama mama, dan semoga saja kalau kita melakukan ini pernikahan aku sama Nirmala bisa dibatalkan."

Kejadian itu terjadi begitu saja, namun harapan Aryan pupus begitu saja karena pada akhirnya pernikahannya dengan Nirmala tidak bisa dibatalkan.

"Kamu gila hah?!" bentak ibunya Aryan.

"Aku udah hamilin Dinda, aku harus tanggung jawab Ma," ujar Aryan tanpa rasa takut sedikitpun.

Ibunya memijat pelipisnya yang terasa pusing, dia tidak habis pikir dengan anak satu-satunya yang begitu bodoh.

"Mama izinkan kamu menikahi Dinda," ujarnya yang membuat Aryan tersenyum senang.

"Tapi kamu juga harus menikahi Nirmala, karena dengan begitu perusahaan kita tidak akan jadi bangkrut."

Segala hal yang dimimpikan oleh Aryan sirna, ternyata semuanya telah diatur sedemikian rupa hingga pada akhirnya dia hanya harus menjalani perannya saja.

Pernikahannya dengan Dinda terjadi lebih dulu, hanya keluarga dekatnya yang tahu. Setelah itu Aryan kembali menikah secara terang-terangan dengan Nirmala.

Semua orang tahu jika Aryan menikah dengan Nirmala dan selama 17 tahun Dinda menjadi istri simpanan, dia tidak pernah dipublikasikan hingga ketika Nirmala menceraikan Aryan.

Sebulan setelahnya Aryan mengumumkan pernikahannya dan mengklaim bahwa Devan akan meneruskan perusahaannya kelak.

Kehadiran Alya dalam hidup Aryan itu bukanlah sebuah keinginannya, itu hanya sebuah kecelakaan karena waktu itu dia sedang mabuk. Nirmala yang menjebaknya.

"Mas ini minum dulu, " ujar Nirmala sambil memberikan secangkir minuman beralkohol pada suaminya.

Aryan yang pusing dan kebetulan sedang haus langsung meminumnya tanpa pikir panjang. Hingga dia tahu apa yang ada dalam gelas itu. "Ini-"

"Mas, hari ini aku akan melayanimu," ucap Nirmala dengan tersenyum.

Pandangannya memburam, dia menggelengkan kepalanya kemudian membuka matanya, bayangan gadis yang dicintainya tercetak jelas dimatanya, dia langsung tersenyum. "Dinda, kau kah itu?"

Nirmala sedikit kesal namun karena keinginannya untuk memiliki anak dari Aryan begitu besar, dia melakukan segala cara bagaimanapun itu.

"Iya, ini aku Mas. Ayok, aku akan membuatmu bahagia malam ini."

Semuanya terjadi, bagaimanapun Aryan harus bertanggung jawab karena itu adalah anak kandungnya.

Setelah kehadiran Alya, Aryan merasa hidupnya semakin sempurna. Dia bahkan harus membagi waktu dengan Devan putranya, beruntunglah anak itu mengerti dan tidak pernah iri dengan saudarinya. Aryan juga harus membuat sebuah drama keluarga bahagia untuk putri kecilnya itu. Sayangnya kebohongan pada akhirnya akan terbongkar juga.

Alasan Aryan tidak mempublikasikan Alya karena dia ingin gadis kecilnya itu hidup dengan tenang tanpa harus dimuat dalam berita, karena dia begitu menyayangi Alya. Dia takut ada orang jahat yang mengincar putri semata wayangnya itu.

Namun tidak disangka hubungan mereka merenggang bahkan sampai saat ini, Alya masih belum sepenuhnya kembali menjadi putri kecilnya yang dulu.

"Ayah sayang banget sama lo," ujar Devan.

Kembali pada kehidupan sekarang, Alya jadi sedikit merasa tidak enak karena selama ini dia selalu mengatakan bahwa Dinda adalah pelakor, padahal disini ibunyalah yang sebenarnya pelakor. Arghh, kenapa hidupnya harus seperti ini.

"Alya, lo gapapa?" tanya Devan khawatir karena sedari tadi gadis itu hanya diam.

Alya menggeleng, saat ini dia tidak ingin mengatakan sepatah katapun. Dia masih bingung harus bereaksi seperti apa.

Pantas saja ibunya begitu membenci Alya, karena dengan kehadirannya hidupnya bukannya membaik namun malah bertambah buruk.

Benar, seharusnya seperti ini. Hidupnya harus berakhir secepatnya agar orang-orang yang dia sayang bahagia.

"Lo jangan mikir yang aneh-aneh Al!" celetuk Devan seakan tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya.

Alya terkekeh kecil, " Emang lo tau apa yang ada dipikiran gue?" tanya Alya tanpa menatap lawan bicaranya.

Saat ini dia sedang menatap jalanan padat dibalik kaca mobil.

"Jangan pernah berpikir buat berhenti minum obat Al, gue gak mau kehilangan lo," ujar Devan.

"Devan," panggil Alya.

"Apa?"

Dia melihat sebuah senyuman terukir diwajah pucat adiknya. Dia semakin takut, dia tidak mau kematian mengambil Alya dari hidupnya.

"Tolong jangan bilang apa-apa sama bunda ataupun ayah, ya," pinta Alya.

Devan menggeleng kuat, "Gak! Gak mungkin gue rahasiain ini semua Al, gue-"

"Tolong-" Alya menatapnya dengan wajah memohon, "tolong jangan kasih tahu apapun sama mereka, gue belum siap Van," lanjutnya.

"Apa yang belum lo persiapkan?"

"Gue belum siap buat jujur, gue gak mau lihat ayah sedih dan biarin kerjaannya cuma buat jagain gue."

"Tapi-"

"Gue mohon kak Devan."

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang