69. Lebih dari sahabat

103 3 0
                                    

"Pak kira-kira kemarin-kemarin bapa buang sampah yang di tempat sampah deket gerbang kemana ya?" tanya Resta pada pak Rimin selaku tukang kebun di sma Pertiwi.

"Saya gak tahu neng, soalnya kemarin itu yang bersihinnya tukang sampah, mereka angkut semuanya kedalam mobil jadi bapa gak tahu," balas pak Rimin.

Resta mengangguk lemah, "Yaudah pak, makasih ya."

Pak Rimin tersenyum ramah, "Sama-sama neng."

Gadis itu membalikkan tubuhnya berjalan menjauh dari taman sekolah, sedangkan pak Rimin kembali melanjutkan pekerjaannya memotong rumput-rumput yang sudah mulai panjang.

Resta berjalan sambil menunduk, dia menyesal karena membuang pemberian dari sahabatnya, mau berbaikan juga rasanya dia malu karena dia merasa sudah tidak layak untuk dijadikan sahabat lagi oleh Alya.

"Gue bodoh banget, Resta bodoh!" umpatnya pelan.

Brukk...

Resta terdorong jatuh ke lantai lantaran menabrak seseorang dengan tidak sengaja.

"Lo kalo jalan pake mata!" teriak sang empu yang ditabrak oleh Resta.

Gadis itu mendongak menatap orang yang suaranya sangat dia kenal, ya dia Gery.

"Lo yang nabrak gue!" bentak Resta.

Gery memberikan uluran tangannya untuk membantu Resta, namun dengan cepat gadis itu menepisnya kasar.

"Gue gak butuh bantuan lo, gue bisa sendiri."

Dia kembali menarik tangannya, hubungan mereka memang merenggang tapi Resta tetap masih menjadi pacarnya meskipun beberapa kali gadis itu mengucapkan kata putus, tapi Gery tidak pernah menerimanya. Dia sangat menyayangi Resta.

"Lo gak tau diri banget, gue udah baik mau bantuin lo padahal disini yang salah itu lo," ujar Gery dengan tatapan datar.

Resta berkacak pinggang menatap Gery tajam, "Gue udah gak mau berhubungan lagi sama lo dan circle lo yang freak itu, apalagi sama Alya. Gue benci kalian semua!" ucapnya dengan lantang.

Setelah mengatakan itu Resta berlalu pergi melewati Gery yang kini merendahkan bahunya.

"Lo gapapa bro?" tanya Irgi yang berada di sampingnya.

Gery menggeleng pelan, "Gapapa, gue cuma gak nyangka aja sekarang cewek yang gue suka jadi berubah kayak gini."

"Tenang aja ini cuma sementara kok, gue yakin dia bakalan berubah kayak dulu." Irgi menepuk bahu Gery pelan, "Semangat bro," ucapnya.

"Thanks ya."

"Ger!!" teriak Erik yang berlari dari arah depan menuju pada mereka berdua.

Keduanya kompak menaikan alis mereka kemudian bertanya, "Lo kenapa?"

Erik mengambil napas dalam-dalam kemudian menegakkan tubuhnya lantas menatap kedua sahabatnya dengan serius. "Lo tahu gak apa yang lagi dicari-cari sama Resta?" tanyanya.

"Hah? Emang tuh cewek nyari apaan?" sahut Irgi.

Gery menggeleng, "Gue gak tau, emang apaan?"

"Tadi gue gak sengaja denger dia nyari kotak gitu di tempat sampah, kotak apaan ya?" ujar Erik.

"Kotak bekal kali, dia lupa bukannya bawa pulang eh malah dibuang."

Gery menggeleng lagi, "Bukan, tapi kotak yang dikasih Alya sama dia," jawabnya.

"HAH?"

"HAH?"

Irgi mendelik menatap Erik. "Bisa gak sih lo gak usah ngikutin gue!"

"Dih, kok lo sewot, mana mungkin gue jiplak ucapan lo," sungut Erik.

Gery menjitak kepala kedua temannya bergantian.

"Kalian bisa diem gak? Ini gue mau jelasin," ucap cowok itu kesal.

Irgi mengusap pelan kepalanya yang sakit, "Iya gue diem, sekarang jelasin dah tuh."

"Jadi gini, dua hari yang lalu Alya kasih sesuatu buat Resta tapi dia tolak terus di buang, nah gue pungut tuh kotak siapa tau nanti dia nyesel terus nyariin."

"Jadi sekarang kotak itu ada di lo? Gak lo buka?" tanya Erik.

"Gak lah! Gue gak mau buka sesuatu yang bukan milik gue," balas Gery.

"Yaudah kasih ke Resta, siapa tau tuh bocah bisa sadar," sahut Irgi.

"Weh, tumben lo pinter Gi."

Irgi kembali menatap Erik tajam. "Gue emang selalu pinter, gue gak lemot kayak lo!"

"Butuh kaca gak?"

*****

Resta duduk dikursi bus dengan mata tertutup, namun beberapa detik kemudian dia kembali membuka matanya lantaran seseorang duduk di kursi sampingnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Resta ketus.

Tanpa menjawab cowok itu tiba-tiba memberikan sebuah kotak yang persis seperti yang diberikan Alya waktu lalu.

"Kotak ini, gue gak salah-"

"Itu punya lo, dari Alya kan?" potong Gery.

Matanya menatap cowok itu sedih, dia masih peduli padanya, dia masih selalu memperhatikannya meskipun saat ini Resta sudah berubah menjadi orang yang jahat.

"Gue lakuin ini karena sayang sama lo," ungkap cowok itu dengan melihat ke arah lain. "Gue takut ibu lo sedih kalo lihat anaknya berubah, jadi dengan ini gue harap lo balik lagi jadi Resta Aulianti kesayangan gue lagi."

Setelah mengatakan itu Gery pergi tanpa mengalihkan pandangannya pada Resta. Gadis itu meneteskan air matanya sambil menatap kotak ditangannya.

"Gue pikir semuanya udah hilang, ternyata kalian masih ada cuma guenya aja yang selalu menutup mata gue buat lihat kebaikan kalian," ucapnya pelan.

Perlahan Resta membuka kotak itu, barang pertama yang dilihatnya adalah sebuah pigura dengan foto dirinya dan Alya ketika berlibur bersama di bukit saat kelas sepuluh tahun lalu.

Resta kembali meneteskan air matanya, dia benar-benar jahat karena membuat Alya menderita apalagi dengan penyakit yang bersarang ditubuhnya.

"Lo pasti kesakitan tiap hari ya Al?" Dia mengusap pelan bingkai itu sambil tersenyum. "Maaf ya, gue gak bisa temenin lo, gue sahabat yang buruk ya Al?"

"Lo selalu jadi sahabat terbaik gue Res."

Resta memutar kepalanya menatap seorang gadis tengah tersenyum padanya dengan bibir pucat.

"L-lo ngapain disini?" tanyanya gugup.

Tidak ada jawaban, Alya malah langsung memeluknya dengan erat sambil terisak.

"M-maaf Res, g-gue gak pernah mau jadi musuh lo, gue selalu anggap lo sahabat gue. Jujur gue gak pernah upload sesuatu yang sekiranya bisa bikin sahabat gue sakit, lo juga tau gimana gue kan Res? Ini semua salah paham."

Resta membalas pelukannya, Alya benar. Gadis itu tidak pernah mau melihatnya tersakiti, bahkan Alya rela membuat nilainya jelek karena tidak mau membuat dirinya tersingkir dari sepuluh besar. Alya lebih dari sahabat.

"Maaf Res, gue-"

"Gue yang harusnya minta maaf Al, gue marah tanpa mau tahu apa yang sebenarnya terjadi, gue percaya dengan apa yang gue lihat dan gue melupakan kebaikan lo," ucap Resta memotong perkataan Alya.

Perlahan pelukan mereka terlepas. Alya menatap Resta penuh harap.

"Jadi lo mau balik jadi sahabat gue lagi kan?" tanya Alya.

"Gue ngerasa gak pantes Al-"

Wajah Alya menjadi sendu, harapannya pupus, Resta benar-benar pergi.

"Tapi gue bakal berusaha jadi sahabat yang baik buat lo Alya."

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang