"Kita udahan ya, jujur gue masih sayang sama Gery, maaf karena gue udah nyakitin lo tapi gue gak bisa terus bohong sama perasaan gue," ujar Resta dengan perasaan tak enak.
Angga menghela napasnya, mereka baru menjalani hubungan dua hari dan dengan mudahnya Resta memutuskannya begitu saja dengan alasan yang sangat menusuk hatinya.
Apakah gadis ini tidak tahu? Angga menyukainya sejak kecil, bahkan dia menyukainya lebih awal daripada Gery.
"Wajar sih, gue miskin Res, gue sekolah disini juga karena beasiswa, gue juga gak seganteng Gery," balas Angga sambil terkekeh.
Dia menatap langit sore yang mulai berwarna jingga, dia tersenyum pedih menahan perasaan yang ada di dalam hatinya.
"Gue gak tau, lo lupa atau sengaja lupain gue Aul," ucap Angga.
Resta menaikan alisnya, "Maksud lo apa?"
Cowok itu tersenyum menatap Resta, dia menyodorkan tangannya yang di tutup lantas membukanya. Sebuah gantungan kunci bunga daisy berada di telapak tangannya, seketika Resta menatapnya terkejut.
"I-ini punya gue, lo dapet darimana?" tanyanya sambil mengambil gantungan kunci itu.
"Lo yang kasih ke gue, lo pasti udah lupa."
*Seorang anak laki-laki berbaju biru tua duduk sendirian di taman sambil menangis tersedu-sedu, bocah tujuh tahun itu memeluk kedua lututnya kemudian menenggelamkan wajahnya di atasnya.
"Kenapa papa sama mama berantem terus?" tanyanya dengan isakan. "Angga gak mau mama cerai sama papa, huaaa," lanjutnya dengan tangis yang semakin kencang.
Kedua orang tuanya memang kerap kali berseteru hanya karena permasalahan kecil, hingga sampai hari ini, Angga kecil memutuskan kabur dari rumahnya lantaran papanya berteriak pada mamanya akan menceraikannya.
Tidak adak anak yang mau mempunyai keluarga yang berantakan, tak terkecuali angga, dia tidak mau berpisah dari salah satunya apalagi dia memiliki seorang kakak yang tentunya tidak akan bisa dia ajak main lagi jika papa dan mamanya bercerai*.
Disaat kesedihan menerpanya, seorang gadis seumurannya duduk di sampingnya kemudian mengusap pelan bahunya membuat Angga mendongak menatap gadis itu.
"Kamu kenapa? kok kamu nangis di sini sendirian?" tanya gadis itu.
"A-aku gapapa, cuma lagi sedih aja," jawab Angga yang langsung menghapus air matanya.
Gadis itu terkekeh kecil melihat tingkah Angga yang terlihat lucu di matanya.
"Nama aku Resta Aulianti, panggil aja Aul. Nama kamu siapa?"
"Nama aku Dirlangga Brawijaya, panggil aja Angga."
Keduanya saling berjabat tangan kemudian tersenyum.
Kehadiran Resta membuat rasa sedih di hati Angga perlahan menghilang, rasanya seperti ada sebuah matahari yang menyinarinya. Resta seperti sebuah kehidupan baru untuknya.
"Nih aku kasih gantungan kunci kesayangan aku sama kamu, biar nanti kalau kita udah besar terus ketemu lagi kamu tinggal kasih aja biar aku inget lagi sama kamu," ucap Resta menjelaskan lantas memberikan gantungan kunci itu pada Angga.
"Makasih ya, aku seneng bisa ketemu sama kamu," balas Angga dengan senyum lebar.
"Aku juga seneng, tapi sekarang Aul harus pulang dulu ya."
Angga menekuk kembali wajahnya, "Kenapa? memangnya kamu gak tinggal disini?"
Gadis itu menggeleng, "Aul gak tinggal disini, aku kesini cuma ikut mama ke rumah temennya, jadi aku harus pulang takut dicariin ya."
Belum sempat memberikan ucapan selamat tinggal gadis itu berlari menjauh dari Angga.
Meski pertemuan mereka singkat namun bagi Angga, Resta sudah memberikan sebuah perubahan untuk hidupnya, dia memberikan sebuah kekuatan untuknya sampai detik ini.
"Gue gak tau takdir apa yang udah Tuhan tulis buat kita, tapi jujur gue seneng banget saat tahu kita satu sekolah pas smp," ucap Angga.
Resta hanya bisa diam sambil mendengarkan cerita dari Angga, jujur saja dia belum mengingat kejadian itu sampai detik ini.
"Gue merasa kembali menemukan sebuah cahaya yang bertahun-tahun hilang di hidup gue dan itu lo Resta."
Deg
Gadis itu membuka matanya lebar, dia tidak tahu ternyata Angga sudah mengenalnya dari dulu bahkan menyimpan perasaannya dari dulu. Lantas Resta harus bagaimana?
"Sejak saat ketemu lo gue semakin yakin bahwa takdir gue itu ada di lo, tapi saat ini gue sadar ternyata bertahun-tahun lamanya perasaan gue ini hanya sepihak, dan kayaknya gak bakalan pernah bisa lo balas Res," ujar Angga sedih.
Cowok itu berjalan kedepan kemudian duduk diatas rumput hijau yang bergerak karena hembusan angin. Tempat yang ia duduki saat ini adalah tempat yang dulu ia tempati ketika dirinya pertama kali bertemu dengan gadis itu.
"Disini gue menemukan cahaya gue, dan disini juga rupanya gue harus merelakan cahaya itu diambil alih oleh orang lain," ucap Angga sambil menunduk.
"Gue minta maaf," seru Resta. "Gue gak tau kalo lo suka gue dari dulu, tapi gue juga gak bisa sayang sama lo karena perasaan gue habis di Gery," teriaknya dengan air mata yang mengalir.
Resta masih diam di tempatnya sambil menggenggam gantungan kunci kesayangannya, dia terisak dalam diam mengingat bagaimana perjuangan anak laki-laki yang ditemuinya waktu itu.
Pasti akan sangat sulit, Resta saja hampir menyerah tapi Angga tidak, dan rupanya alasan dia bertahan adalah dirinya, Aulia.
"Gue gak bisa egois, lo udah sayang sama Gery dan gue gak bisa cegah perasaan itu. Tapi satu hal yang harus lo tahu-"
Resta membuka pendengarannya untuk mendengarkan lanjutan dari perkataan Angga.
"Gery itu adalah orang yang bikin papa sama mama gue cerai, papanya Gery itu adalah papa tiri gue Res." Angga melanjutkan perkataannya diiringi dengan setetes cairan bening yang jatuh dari pelupuk matanya.
"Gery? Papanya adalah papa tiri lo?" tanya Resta terkejut.
"Itu dulu, sekarang mama sendiri karena mereka nikah cuma tujuh tahun, dan setelah itu papanya Gery dapetin cewek baru yang lebih cantik dari mama gue. Kami hidup susah dan gue selalu jadi penopang buat mama, kami bahagia tanpa seorang pemimpin keluarga."
Angga berdiri kemudian kembali ke hadapan Resta, dia tersenyum sedih menatapnya.
"Gue selalu takut buat nyapa lo, buat deket sama lo, gue selalu sadar diri, gue orang susah, gue gak ganteng, dan ternyata benar sekarang gak ada yang mau jadi matahari gue. Selamat ya, semoga kamu bahagia Aul," ucap Angga sambil menyodorkan tangannya.
Resta diam menatap tangan yang mengambang diudara itu, tidak ada niatan untuk membalasnya, dia merasa menjadi orang paling jahat di dunia.
Cowok itu kembali menarik tangannya yang kemudian dimasukkan kedalam saku celananya.
"Gapapa kalo lo gak mau sambut jabat tangan gue, karena mungkin tangan gue ini kotor. Gue cuma berharap lo selalu bahagia dengan siapapun, i love you Aul."
![](https://img.wattpad.com/cover/317581842-288-k859577.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Подростковая литература"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...