52. Cemburu

134 2 0
                                    

Cowok itu mengepalkan tangannya kesal. Saat ini Ilham sedang duduk bersama dengan Nara dan ketiga sahabatnya di kantin. Entah sengaja atau apa pacarnya itu malah makan bersama dengan seorang cowok dan cowok itu adalah orang yang dia kenal.

"Ilham kenapa?"

Nara memegang tangannya yang terkepal, langsung saja Ilham menepis kasar tangan Nara. "Bukan urusan lo!" ketus Ilham.

"Urusan aku, karena Nara sahabatnya Ilham."

Dia menatap Nara sebal, tidak peduli dengan ucapan ibunya, saat ini dia ingin merebut kembali gadisnya dan tidak boleh ada yang mengambil Alya darinya.

Ilham bangkit pergi meninggalkan Nara yang sedang merengut kesal. Hampir saja gadis itu mengikuti Ilham, untungnya Erik sigap menahan tangan gadis itu.

"Diem! Lo gak usah ganggu hubungan sepupu gue, gak usah jadi cewek murahan," ujar Erik dingin.

"Gak boleh kasar sama cewek ih, Erik gak boleh gitu," bela Irgi.

Pletak

Gery menyentil dahi Irgi. "Bisa gak sih tuh otak dipake sehari aja," omel Gery.

Irgi mendelik tajam pada Gery sambil mengusap dahinya pelan. "Ini udah gue gunain, nah kalian yang gak gunain otak, masa cewek dikasarin gak boleh lah," jelasnya.

"Ya kalo cewek modelan kayak Nara sih pantes."

Gery mengangguki perkataan Erik. "Bener banget, pelakor."

"Kalian kenapa jahat sih sama Nara?! Padahal aku cuma mau deket sama sahabat aku, itu aja." Nara menunduk sedih, gadis itu menitikan air matanya. "Selama ini kita jauh, jadi aku kangen sama Ilham," lanjutnya.

Irgi mengusap pelan punggung Nara, cowok itu berusaha untuk memenangkannya. "Udah Nara sabar ya, ada aa Irgi disini."

Nara mendongak memaksakan senyumnya. "Aku butuhnya Ilham, bukan kamu."

"Pttt, bhahahaha...."

Erik dan Gery spontan tertawa mendengar jawaban gadis itu. Selain gadis itu manja, ternyata dia begitu jahat apalagi pada Irgi.

"Diem kalian!!"

Kembali pada Ilham. Cowok itu sekarang sedang berdiri menatap Aldian tajam.

"Lo ngapain makan bareng pacar gue bang?" tanya Ilham datar.

Alya yang sedang menyeruput kuah bakso langsung tersedak.

"Ukhuk... Ukhuk..."

Ilham panik dan langsung memberikan jus jeruk pada Alya. "Minum Al pelan-pelan."

Dia menurut lalu meminumnya secara perlahan sampi habis.

"Huaaaa, jus jeruk gue itu!" rengek Resta.

"Yailah cuma jus jeruk Res, keselamatan calon istri gue lebih berharga."

Alya mengerjapkan matanya, dia pikir semakin cowok itu dekat dengan Nara perasaannya akan berkurang ternyata malah semakin bucin padanya.

"Pusing gue ngomong sama manusia bucin!" Resta kembali memakan batagornya dengan kesal.

Alya merasa tidak enak dengan sahabatnya, minuman miliknya juga tinggal setengah mana mungkin Resta mau menerimanya. Mau pesan lagi, Alya malas ya sudah biarkan saja.

"Minggir!" Ilham menggeser Aldian karena ingin dekat dengan Alya. Untungnya Aldian menurut dan langsung duduk di sebelah Resta.

Cowok itu tersenyum memandangi Alya yang sedang terdiam dan menatapnya aneh. "Kenapa?" tanya ilham.

"Aku gapapa, kamu yang kenapa Ilham? Bukannya kamu lagi nemenin Nara ya? Kok kesini?"

Ilham berdecak sebal dengan pertanyaan beruntun dari pacarnya. "Ck Udah gak usah dipikirin, sekarang kamu makan baksonya habisin biar kuat."

Ilham menyuapi Alya dan dia tidak menolak. Gadis itu menikmati setiap suapan yang diberikan pacarnya. Rasanya benar-benar berubah, dari yang rasa ayam jadi rasa cinta.

"Kak Aldian, mau suapin Resta gak?" tanya Resta dengan penuh harap.

Aldian menggaruk tengkuknya yang tak gatal kemudian menjawab, "E-enggak deh, kan kamu punya tangan hehehe...."

"Ih, padahal Alya juga punya tangan kenapa harus disuapin?" rutuknya.

"Ya karena lo gak punya doi,"

"Hah? Kakak bilang apa?!!"

*****

Sore ini sepasang kekasih itu menghabiskan waktunya berdua. Rasanya sudah sangat lama mereka tidak jalan berdua, sepertinya mulai sekarang Ilham harus bisa memilih jalan hidupnya sendiri yaitu membahagiakan seorang Alya Maheswari-kekasihnya.

"Kamu suka satenya?" tanya Ilham.

Gadis itu mengangguk, "Enwak bwanget!"

Ilham terkekeh geli melihat mulut Alya yang penuh dengan sate ayam dan juga lontong.

Sepulang sekolah tadi Ilham mengajak Alya untuk makan terlebih dulu sebelum ke rumah. Dia pikir gadis itu akan meminta makan di resto mewah namun dia salah, nyatanya Alya mengajaknya untuk makan sate dipinggir jalan dekat komplek perumahan gadis itu.

"Kok Ilham gak makan? Gak enak ya?" tanya Alya dengan wajah sedih.

Ilham menggeleng lalu memberikan piringnya pada Alya. "Aku masih kenyang soalnya pas istirahat kedua tadi aku makan mie."

Bohong, padahal dari pagi dia tidak jajan karena malas.

"Kalo gitu buat aku aja, boleh?" tanya Alya yang mendapat anggukan dari Ilham. "Makasih Iyung!"

Gadis itu kembali melahap sate yang ada dipiring Ilham. Dia menatap tak percaya ternyata seorang Alya bisa makan begitu banyak padahal badannya kecil, ya meskipun pipinya sedikit chubby.

"Udah Iyung, yuk pulang," ajak Alya sambil tersenyum manis.

Ilham mengelus pucuk kepala Alya pelan, "Udah kenyang hmm?"

"Udah dong, kan makan dua piring." Alya nyengir menampilkan gigi rapinya yang putih.

"Aku seneng kalo kamu seneng Al."

"Ya udah, ayok pulang Iyung nanti ayah nyariin!"

Ilham mengangguk, sebelum pergi dia membayar dulu jajanan yang dibeli Alya. Tentu bukan hanya sate yang dibelinya, ada tahu bulat, sempol ayam sampai cireng dia bungkus. Untungnya Ilham orang kaya jadi tidak masalah.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal beberapa menit.

"Alya," panggil Ilham sedikit berteriak takut gadis dibelakangnya tidak mendengar.

"Apa Ilham?" sahut Alya.

"Aku mau bilang sesuatu."

Alya menaikan alisnya, "Bilang apa Ilham?"

"Aku gak suka ada cowok yang deket sama kamu selain aku, karena aku cemburu." Ilham memegang tangan Alya yang melingkar diperutnya. "Semakin hari ternyata aku semakin gak bisa tanpa kamu Al, aku benar-benar butuh kamu," lanjutnya.

Alya yang mendengar itu seketika murung. Dia senang karena Ilham kini begitu menyayanginya, tapi disisi lain dia takut dengan penyakitnya yang semakin hari semakin mengancam nyawanya.

"Jangan tinggalin aku ya Al," ujar Ilham.

Tidak ada respon dari gadis itu, dia tidak mau berjanji karena takut dengan masa depan yang masih abu abu.

"Alya," panggil Ilham khawatir. "Kamu kok gak jawab? Kamu mau ninggalin aku?" tanyanya kesal.

Alya menggeleng, "Enggak kok, bukan gitu."

"Terus apa? Kalo kamu gak janji berarti kamu bisa aja mau selingkuh sama bang Aldian kan? Kamu suka sama dia? Kok bisa sih? Padahal gantengan aku."

Alya terkekeh mendengar penuturan Ilham, dia semakin mengeratkan pelukannya dan meletakkan dagunya di bahu cowok itu. Dia tersenyum kemudian berkata, "Aku janji bakal sama kamu terus Iyung, sampai tiba dimana waktunya aku buat pulang."

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang