86. malam itu

131 2 0
                                    

"Kamu sayang sama Nara kan Ilham?"

laki-laki itu diam sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana. Jika saja dia tidak sedang berada di acara keluarga mungkin saat ini dia akan membungkam mulut wanita paruh baya di depannya ini dengan kertas.

"Ilham, jawab iya aja jangan permaluin aku," bisik Nara. Gadis itu menatap Ilham dengan tatapan memohon.

Dengan pasrah Ilham akhirnya menjawab, "iya tan, Ilham sayang sama Nara."

Meskipun dia ingin mengatakan tidak tapi dia juga kasihan pada Nara, lagipula saat ini dirinya dan Alya sedang dalam keadaan renggang, gadis itu juga sudah mengatakan putus untuk apa dia bertahan mencintai Alya.

"Ilham, bukannya kamu sudah bertunangan dengan Alya?" tanya neneknya.

"Alya suka sama laki-laki lain, jadi sekarang-" Ilham tanpa ragu menggenggam tangan Nara sambil tersenyum di hadapan semua orang, "aku sama Nara. Mulai sekarang oma jangan bicarakan lagi soal Alya."

Mendengar itu Nara seketika melayang, dia benar-benar tidak menyangka bahwa Ilham akan membelanya.

Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama karena nyatanya Ilham hanya membual. Lihat saja saat ini laki-laki itu tengah memperhatikan gadis pujaannya dari jauh.

Semakin hari Nara semakin merasa bahwa dirinya akan gagal untuk bersanding dengan Ilham, membuat dirinya jatuh ke dalam jurang malam itu.

"Diliat-liat dia ganteng juga," gumam Nara tanpa sadar.

Amelya yang sedang berdiri disebelahnya mengikuti arah pandang Nara yang nenuju ke seorang cowok yang sedang meneguk segelas minuman.

"Dih, lo naksir sama dia?" sahut Amelya.

"Gak naksir, cuma ganteng aja,"

Gadis itu terkekeh pelan, "Udah move on lo dari Ilham?"

"Berisik! Gue mau nyoba sensasi sama cowok selain Ilham," ujar Nara kesal, lantas gadis berambut pirang itu berjalan menjauh dari Amelya.

"Hati-hati Ra, jangan kebablasan!" teriak Amelya yang sepertinya tidak didengar oleh sahabatnya lantaran dentuman musik di tempat itu terlalu keras.

Beralih kembali pada Nara yang kini tengah duduk di sebelah cowok yang sudah dalam keadaan mabuk.

"Lo sendirian kesini?" tanya Nara membuka percakapan.

Cowok itu mengerjapkan matanya lantaran kepalanya terasa pening serta pandangannya memburam.

"Lo siapa?" tanyanya balik.

"Ck, gue Nara." Gadis itu berdecak sebal. "Lo gak ngenalin muka gue yang cantik ini hah?"

Cowok itu malah tertawa pelan sambil menuangkan kembali minuman ke gelasnya lantas menyodorkannya pada Nara.

"Lo mau minum juga? Oh tentu, tenang gue yang traktir," ujarnya dengan nada khas orang mabuk.

Dengan cepat Nara menepis gelas itu hingga terhempas ke lantai membuat pecahan gelas berserakan di lantai.

"Hei!" teriak cowok itu membuat Nara terkejut dan hampir saja jantungnya melompat keluar.

"Erik! Lo bisa gak sih jangan bentak gue kayak gini!" balas Nara tak kalah berteriak.

Erik yang sudah mabuk hanya tersenyum dengan kepala miring menatap Nara.

"Amelya, kenapa? Kenapa lo jahat sama Alya hah? Padahal gue sayang sama lo," ucap cowok itu dengan tawa diakhir ucapannya.

Nara diam, dia tidak tahu kalau selama ini ternyata Erik yang seperti menyukai Alya rupanya malah menyukai Amelya.

"Lo kenapa ditempat kayak gini hah? Gak baik cewek secantik lo diem disini, nanti lo digodain om-om dan gue gak suka itu," ucap Erik lagi.

Nara semakin kesal dengan penuturan cowok itu, entah mengapa setiap dia ingin menyukai seseorang yang baru selalu saja mereka mempunyai gadis yang disuka, apakah di dunia ini tidak ada satu laki-laki pun yang menginginkannya?

"Eh, lo mau bawa gue kemana?" tanya Nara panik.

Tangannya di cengkraman kuat oleh Erik, tanpa meminta persetujuannya cowok itu membawa Nara ke sebuah kamar yang ada di bar itu, ntahlah Nara tidak memiliki pikiran buruk saat ini, dia hanya mengikuti saja kemana cowok ini membawanya.

Setelah sampai diruangan 3×3 yang hanya berisi satu tempat tidur serta kamar mandi yang kecil, Nara di dorong oleh Erik ke atas tempat tidur.

"L-lo mau ngapain?" tanya Nara gugup.

"Gak ngapa-ngapain, gue cuma mau lo tidur aja udah malem," balas Erik.

Tanpa permisi cowok itu merebahkan tubuhnya di samping Nara lantas mulai memejamkan matanya.

"Kenapa lo mabuk? Lo punya masalah?" tanya Nara.

Gadis itu merubah posisinya menjadi duduk sambil nenatap pahatan indah yang telah Tuhan ciptakan.

"Lo gak perlu tau, yang harus lo tahu gue sayang sama lo." Matanya terbuka menatap lembut Nara.

Dia mengerti tatapan itu bukan untuknya tapi untuk Amelya. Tanpa sadar Nara memposisikan tubuhnya duduk diatas tubuh Erik sambil menatapnya menantang.

"Tatap gue Erik, gue bukan Amel, gue Nara!" ucapnya marah.

Erik masih belum mendapatkan kesadarannya hingga dia hanya terkekeh sambil membelai wajah gadis di depannya.

"Erik cukup!"

Plakk.
Kesabarannya habis, Nara tidak mau dianggap sebagai orang lain, dia muak dengan tatapan memuja Erik pada Amelya. Detik itu dia menjadi benci pada dua saudara itu, Alya dan Amelya.

"Gue Clarissa Naraya! Gue bukan Amelya!" ucapnya dengan menekan setiap katanya.

"N-nara, ngapain lo duduk di atas gue?" tanya Erik yang kini mulai kembali sadar.

Gadis itu tersenyum miring kemudian menjawab, "gue suka sama lo."

"Menjauh dari gue sialan! Dasar cewek jal-mphh."

Mata Erik melotot, dia benar-benar terkejut dengan perlakuan Nara padanya. Apakah gadis ini juga mabuk atau bagaimana?

"Cukup, jangan sebut gue dengan nama kotor itu," ujar Nara lantas mengusap bibirnya yang basah.

Cowok itu meneguk ludahnya kasar, diam-diam dia mengumpat dalam hati lantaran dia baru sadar dengan pakaian yang dipakai oleh gadis di depannya.

Dress hitam ketat sepaha serta bagian dadanya terbuka membuat dia berusaha untuk menahan nafsunya.

"Heh, kenapa? Lo suka sama gue?" tanya Nara. Dia sadar sedari tadi Erik diam dan hanya memandangi ke arah tubuhnya.

"Lo mau? Gue bisa kasih asal lo kasih hati lo buat gue," ucapnya dengan senyuman.

Erik menggelengkan kepalanya untuk menghapus semua pikiran kotor yang ada di otaknya, namun sialnya gadis bernama Nara itu terus saja menggoda dirinya.

"Ayolah Rik, cewek yang lo suka juga udah suka sama orang lain," ungkap Nara.

"Apa maksud lo?" tanyanya.

"Amelya, lo suka dia kan? Asal lo tahu tuh anak udah suka sama Angga sejak smp, jadi lo gak ada kesempatan buat deket sama dia."

Dia diam, dia sudah tahu mengenai fakta ini, memangnya apa lagi yang membuat seorang Erik mabuk jika bukan tentang wanita, lagi pula keluarganya baik-baik saja tidak ada yang perlu dibuat pusing.

"Jadi, lo mau suka sama gue kan?"

Malam itu semuanya terjadi, keduanya melakukan dengan secara sadar, seharusnya Erik tidak melakukan ini tapi bagaimana bisa dia menahan perlakuan sensitif dari Nara, itu benar-benar sangat sulit.

"Maaf Mel, gue cowok yang buruk buat lo."

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang