"Lo bodoh atau gimana sih?"
Devan diam, saat ini dua cowok itu sedang duduk di rooftop sekolah memandangi langit biru yang sangat tidak mendukung perasaan Devan saat ini.
"Lo sama Dania itu temenan dari kecil-"
"Gue baru deket sama dia dibangku SMP Di," potongnya.
"Tapi lo kenal dia dari kecil kan?"
"Dia cewek yang lo bawa kedalam kehidupan gue!"
Devan selalu membenci kehadiran Dania karena gadis itu selalu mengganggunya.
Anak cowok berusia 7 tahun itu sedang berkutat dengan buku tebal, sudah rutinitas setiap hari libur duduk seharian dikamar sambil membaca buku.
Brakkk...
Pintu dibuka dengan kuat menampakkan dua bocah seumurannya."Jangan baca buku terus nanti matamu sakit," celetuk Aldian.
Bocah laki-laki itu duduk bersama Devan diatas kasur. "Ayok main! aku bawa temen baru."
Gadis itu diam diambang pintu sambil memperhatikan interaksi keduanya.
"Aku gak mau main, mau baca buku aja," ucap Devan.
Aldian mengguncang bahu Devan. "Ayoklah main kasihan Dania udah aku ajak kesini masa kamu cuekin."
"Oke, cukup Aldi kepala aku pusing!"
Bocah itu nyengir lalu menghentikan aktivitasnya.
Devan turun lalu menyimpan bukunya dimeja belajar, dia mendekati gadis yang masih diam seperti patung itu.
"Siapa?"
Gadis itu menaikan alisnya tidak mengerti apa yang ditanyakan bocah ini.
"Siapa nama kamu?" ulang Devan dengan sedikit penambahan kata.
"Nama aku Dania Larasati, kelas 2, aku baru pindah rumah kesini dan kebetulan Aldian ini tetangga aku, tapi aku kayaknya gak satu sekolah sama kamu."
"Bagus."
Dania kembali menaikan alisnya. "Maksudnya?"
"Bagus gak satu sekolah karena itu bakal ngerepotin aku."
Dia kira dengan bersikap tidak ramah akan membuat gadis itu menghilang dari kehidupannya, namun Devan salah besar.
"Devan!! Ayok main, jangan belajar terus!"
Bocah itu memutar bola matanya malas. "Gak!"
Dania cemberut, hari ini dia datang sendiri karena Aldian sedang sakit perut.
"Ayoklah jangan belajar terus nanti kamu cepet tua!"
"Kalo enggak ya enggak!!"
Devan menutup pintu kamarnya dengan keras membuat Dania menangis dibalik pintu itu.
Namun rasa benci dihati Devan menghilang ketika hari itu dia lupa membawa dasinya.
"Astaga dasi, mana ya." Cowok itu terus mencari-cari dasi birunya didalam tas, berharap benda itu ada disana namun nyatanya nihil.
Seorang gadis menyodorkan dasi biru padanya, dia mendongak menatap gadis itu.
"Pake punyaku aja, aku bawa 2. Gak usah ditolak, nanti yang ada dimarahin OSIS."
Devan mengangguk lantas tersenyum. "Makasih, nama kamu siapa?"
"Dania Larasati."
Devan sadar setelah 3 tahun tidak bertemu dengannya, dia seketika berubah menjadi gadis yang berwajah datar namun tetap baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Teen Fiction"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...