87. Keputusan

150 2 0
                                    

Suasana di rumah Nara begitu menegangkan, acaranya terhenti lantaran Alya datang dengan Erik untuk membawa kebenaran yang akan membuat sebuah perubahan takdir untuk kisah Alya dan Ilham.

"Saya yang harus bertanggungjawab untuk Naraya, karena saya orang yang telah membuat Nara dalam keadaan saat ini," ujar Erik tanpa ragu.

Alya langsung menutup mulutnya tidak percaya, dia tidak menyangka sepupunya akan melakukan hal itu apalagi dengan gadis yang tidak dia sukai.

"Kamu anak tidak tahu diri, kenapa kamu lakukan ini pada Nara hah?" Dahlia murka, dia mengamuk dengan menarik kerah seragam Erik dengan sesekali memukul bahu dan wajahnya.

"Kamu benar-benar bejad! Kenapa kamu renggut masa remaja Nara, kenapa?!" Tangisnya tidak bisa lagi di bendung. Dahlia terisak sambil terus memukuli bahu pemuda yang masih belum merespon.

Sakit, Erik merasa sangat bersalah pada ibunya Nara, tapi nasi sudah menjadi bubur, dia tidak akan bisa membalikkan keadaan.

"Cukup! Ini semua bukan kesalahan Erik tapi Nara sendiri!" seru Nara.

Untuk pertama kalinya, gadis itu berdiri untuk menegakkan kebenaran, bahkan Ilham sendiri juga terkejut dengan pembelaannya terhadap Erik.

"Aku yang membuat malam itu menjadi nyata, aku yang salah di sini bukan Erik," ungkap Nara tanpa takut.

Plakk

Satu tamparan mendarat di pipi mulus gadis itu. Sedari tadi Tio menahan amarahnya agar tidak keluar, namun saat mendengar sendiri penuturan putrinya dia amat sangat kecewa. Putri satu-satunya melakukan hal yang menjijikkan dan membuat malu keluarganya.

"Nara! Kenapa papah tampar Nara? Kasihan Nara-"

"Kamu kasihan dengan anak bodohmu ini?!" tanya Tio dengan nada tinggi.

"Pah, Nara itu gak sal-"

"Salah mah! Jangan terus membela seseorang yang salah, jangan selalu memanjakan Nara. Lihat, sekarang bagaimana bentukan anakmu yang selalu dimanjakan ini."

Tio sudah kepalang kesal dengan anaknya. Dia tahu selama ini Nara selalu mengejar Ilham, dia bahkan tahu siapa yang membuat hubungan Ilham dan Alya hancur, itu adalah ulah putrinya.

Dia tahu karena dia selalu menempatkan mata-mata untuk Nara. Tapi, malam itu dia berfikir Nara tidak akan melakukan apapun karena telah berhasil membuat laki-laki yang dia suka menjadi miliknya. Namun rupanya Nara malah semakin liar.

"Maaf pah, Nara memang salah, maaf-"

"Kata maaf tidak akan mengembalikan sesuatu yang telah gugur Nara," potong Tio.

Nara menunduk takut, dia tidak tahu bagaimana nasibnya sekarang.

"Saya akan menikahi Nara, om. Izinkan saya untuk menggantikan Ilham," ucap Erik memecah keheningan.

"Terlambat, lo terlalu banci untuk tanggung jawab Rik, kenapa gak dari kemarin aja lo jujur, kenapa harus sekarang?" sahut Ilham.

Dia berjalan mendekati Erik, tangannya terulur untuk membogem wajah sahabatnya namun dengan cepat Alya menghalanginya.

"Kenapa terlambat? Bukannya ijab kabul belum dilakukan? Bisa gak sih kamu hargai perjuangan aku ini Ilham," ucap Alya. Dia tidak tahan dengan respon menyebalkan cowok itu.

"Nggak Alya, kita udah selesai, kita benar-benar selesai dan sekarang aku bakal lanjutin pernikahannya!" ucapnya tegas.

Seluruh orang di sana cukup terkejut dengan keputusan Ilham, tidak ada yang menyangka cowok itu akan terus maju tanpa mau mundur.

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang