"Jadi lo mau ngejalanin operasinya kan Al?"
Alya terdiam untuk beberapa saat dengan mata yang menatap kedua orang tuanya serta kembarannya secara bergantian. Sebenarnya dia tidak mau merasakan operasi tapi ini semua demi harapannya, dia ingin memeluk saudarinya serta memperbaiki kehidupannya, sudah cukup Melya merasakan penderitaan selama ini, dia harus bahagia.
"Iya gue mau, tapi ini cuma karena lo yang maksa terus juga karena keinginan ibu sebelum meninggal," jawab gadis itu pada akhirnya.
Melya tersenyum lantas memeluk saudarinya, "yee gitu dong, lo harus sembuh Al biar kita bisa barengan terus. Gue gak punya siapa-siapa selain lo," katanya.
"Lo masih punya ayah, bunda sama Devan,"
Gadis itu menggeleng, "nggak Al, disini yang menerima gue cuma lo."
Aryan sedari tadi hanya diam menatap interaksi kedua gadis remaja itu. Sampai saat ini dia masih belum percaya bahwa Melya itu adalah putri kandungnya, mungkin ketika tes nanti dia akan percaya jika dna-nya cocok dengan Alya.
"Amel jangan bilang kayak gitu, disini ada bunda, ayah juga akan menjaga kamu disin," ujar Dinda lembut, kemudian dia menatap suaminya. "Iyakan mas?"
Pria itu tidak menjawab, dia malah pergi meninggalkan ruang keluarga tanpa bersuara.
"Jangan sedih ya Mel, ayah kamu cuma perlu waktu,"
Melya tersenyum kemudian mengangguk, "Iya bun, aku juga gapapa. Selagi ada Alya dan bunda, aku baik-baik aja."
Dinda memeluk kedua putrinya sedih, dia tidak tahu sebanyak apa luka yang ditanggung keduanya, semua ini karena keegoisan orang tuanya yang pada akhirnya anaklah yang menjadi korban.
"Maaf sayang, maafin bunda."
*****
Operasi Alya akan dilaksanakan hari ini, tepatnya hari jum'at jam sepuluh siang. Saat ini gadis itu sedang menunggu sambil berbaring menatap ke arah pintu ruangannya dengan harapan seseorang yang dia tunggu akan datang.
"Alya, gue berangkat sekolah dulu ya, sorry gak bisa temenin lo operasi soalnya sekarang gue sibuk banget, lo tau sendiri kan kalo gue-"
"Ck, bawel banget, iya iya lagipula gue gak minta buat lo temenin," potong Alya cepat.
"Jahat banget lo sama gue, padahal gue ngerasa bersalah karena gak bisa nemenin lo operasi," ungkap Devan kesal.
"Udahlah Van, lagian Alya pasti lagi nungguin ilham," ujar Dania disebelahnya.
"Ck iya gue lupa kalo adek gue bucin akut,"
Alya menjulurkan lidahnya mengejek pada cowok itu, "Wlee, biarin! lagian lo gak punya kaca ya?"
"Iya gue bucinnya Dania, lagian cewek gue cantik gak kayak lo alay!"
"Udahlah Van, mending lo jenguk dulu si Amel kasian dia juga adek lo," celetuk Erik.
"Nah, bener banget kata sepupu gue ini, mending lo sana semangatin Amel lagian gue udah banyak yang nyemangatin," timpal Alya.
Devan mendengus, "iya iya, karena gue abang yang baik jadi gue bakalan adil sama adek-adek gue."
"Alay!!"
Cowok itu benar-benar pergi dengan perasaan kesal, jangan lupakan Dania yang membuntutinya sambil sesekali mencubiti pinggang cowok itu kesal.
Alya terkikik geli melihat tingkah dua sejoli itu, dia jadi iri dan ingin segera bertemu dengan pacarnya eh tunangannya.
"Erik," panggil Alya.
"Apaan?" sahutnya.
"Gue minta tolong dong,"
"Tolong telponin Ilham?" tanya Erik.
Alya mengangguk, "Iya, tolong di telpon suruh temenin gue soalnya sejak kemarin sore dia gak bisa dihubungi ponselnya mati," ucapnya.
"Oke sebentar."
Cowok itu berjalan agak menjauh dari Alya, kemudian dia mendial nomor Ilham dan untungnya si pemilik telpon itu mengangkatnya.
"Mau ngapain?"
"Alya minta lo buat kesini, Alya mau di operasi hari ini, lo bisa dateng buat nemenin dia kan?" tanya Erik to the point.
Beberapa menit tidak ada jawaban di sebrang sana membuat Erik kesal sendiri.
"Ilham, lo masih disana kan?"
"Hah iya," sahutnya. "Sorry kayaknya gak bisa, bilang aja gue harus sekolah soalnya ada urusan. Lo tau kan sekarang osis lagi sibuk-sibuknya?" ujar Ilham terdengar berbohong ditelingan Erik.
"Oh, oke."
Tut...
Erik menatap bingung ponselnya, tidak biasanya Ilham memutuskan panggilan sepihak apalagi sampai menolak untuk menemani pacarnya sendiri apalagi sekarang Alya sedang benar-benar membutuhkannya.
"Erik! gimana? Iham mau nemenin Alya gak?" tanya gadis itu dengan sedikit berteriak.
Dengan tak enak dia melangkah mendekati brankar Alya.
"Dia lagi ada kumpulan osis, gak bisa digantiin. Maaf banget Al, gue kayaknya juga harus cepet ke sekolah, gue takut ketinggalan pelajaran sorry ya," ujar Erik.
Senyum Alya luntur, entah mengapa dia jadi tidak bersemangat untuk menjalankan operasi.
"Alya, lo gak boleh lemah, gak boleh nyerah, lo harus semangat ya," kata Erik menyemangati sepupunya yang terlihat lesu. "Gue janji deh, kalo lo udah operasi nanti gue ajak lo ke korea," ujarnya.
Seketika wajah Alya kembali berseri. "Serius? demi apa lo?" tanyanya.
"Iya beneran janji deh,"
"Yeee! Makas-"
"Tapi nanti pas gue udah sukses, hahaha...,"
"Erik!! Sialan lo!"
*****
Mungkin disini hanya mereka berdua yang tahu tentang kebenarannya, namun lama-lama Ilham juga dibikin pusing sendiri dengan permintaan aneh-aneh dari Nara.
"Elus perut aku Ilham, dia pengen di elus ayahnya," ucap Nara.
Ilham langsung menutup mulut gadis itu dengan telapak tangannya. "Lo gila? ini area sekolah, kalo ada orang yang denger reputasi gue sama lo itu hancur dan kita bakal di keluarin dari sekolah," ujarnya.
"Gapapa Ilham, lagipula beberapa bulan lagi kita harus nikah karena kandungan aku bakal makin besar." Wajah Nara murung sambil menatap perut datarnya.
"Sampai kapanpun gue gak sudi nikah sama lo," bentak Ilham.
"Kamu jahat! kamu bilang mau tanggung jawab,"
"Sampai kapanpun gue gak sudi tanggung jawab untuk-"
Prok prok prok
Tepukan tangan itu benar-benar membuat kedua remaja itu bungkam. Mata Ilham menatap takut ke arah ponsel yang digenggam cowok di hadapannya.
"Pantes lo gak mau jagain adek gue, ternyata lo hamilin anak orang ya?" tanya Devan.
"Enggak bang, lo salah paham-"
"Salah paham dimana? mana letak kesalahpahamannya?" sela Aldian yang ikutan tersulut emosi karena mendengar kejujuran dari mulut adik kelasnya itu.
"Kalian salah paham, tolong jangan kasih tahu Alya," ucap Ilham dengan wajah memohon.
Devan mengangguk, "Ya, gue gak bakalan kasih tahu Alya, tapi gue bakal kasih tahu om Zayn."
Cowok itu membelalakkan matanya, Nara benar-benar membuat masalah besar dalam hidupnya, dia semakin membenci gadis itu.
"Tolong bang, lo dengerin dulu penjelasan gue, anak itu bukan-"
"Bukan apa hah? bukan anak lo gitu? halah alasan klasik, gue tau itu-"
"Itu anak gue bang, Ilham gak salah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Teen Fiction"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...