47. Murid Baru

89 4 0
                                    

Alya menopang dagunya dimeja, dia menatap acuh seorang cewek yang berdiri di depan kelas. Gadis itu memang cukup cantik, apalagi bulu matanya yang lentik serta kulit seputih susu, tapi tetap saja bagi Alya yang cantik itu adalah dirinya sendiri.

"Selamat pagi anak-anak," ucap Bu Dhea wali kelas mipa XII 3.

"Pagi juga Bu," sahut seluruh murid termasuk Alya yang menyahut malas.

Bu Dhea tersenyum kemudian mempersilahkan gadis itu untuk memperkenalkan dirinya, "Ayo Nak, kamu sapa teman baru kamu dan perkenalkan diri kamu."

Gadis itu mengangguk lalu tersenyum. Dia menatap tegap ke depan, dalam penglihatan Alya gadis itu seperti tengah menatap sinis padanya, entah apa alasannya.

"Hai pagi semua," ucap gadis itu.

"Pagi juga,"

"Pagi juga cantik!" teriak Irgi.

Erik menyenggol lengan teman sebangkunya, "Jangan bikin malu Gi," bisiknya.

Cowok itu mendelik, "Lah, gue bikin malu apa? horang bener kok tuh cewek cantik!"

Gadis di depan sana masih setia tersenyum, dia tak mengindahkan gurauan yang keluar dari cowok asing teman sekelasnya, dia kembali melanjutkan perkenalannya. "Perkenalkan, nama aku Naraya Atmadja, kalian boleh panggil Nara, atau Raya. Semoga kita bisa menjadi teman baik ya."

Alya yang semula menguap kini terfokus pada gadis itu, dia bilang apa? Nara?. Alya langsung memalingkan wajahnya menatap Ilham, benar saja cowok itu saat ini sedang menatap anak baru itu tanpa berkedip.

"Al, lo kenapa?"

Sentuhan dibahu menyadarkan Alya, dia menggeleng menatap Resta, "Gue gapapa Res."

"Saya boleh duduk di depan Bu? kebetulan mata saya minus jadi kalau duduk dibelakang saya gak bisa membaca tulisan di papan tulis dengan jelas," ujar Nara.

Alya mendengar dengan jelas apa yang dikatakan gadis didepannya meskipun dia berbicara sedikit berbisik. Alya paham, Nara ingin duduk bersama dengan Ilham, tentu saja pastinya karena dia menyukai pacarnya itu.

Gadis berponi itu berdiri mengambil tasnya kemudian menatap Gery galak, "Pindah ke belakang, biar gue duduk sama Ilham," ujar Alya.

Gery menaikan alisnya, "Hah? lo ngusir gue?"

"Ck, tuh anak baru pengen duduk di depan, jadi biar dia sama Resta aja, biar gue sama PACAR GUE! "

Alya sengaja menaikkan oktaf suaranya berharap gadis itu sadar bahwa Ilham sudah menjadi miliknya.

"Udah sana lo pindah bareng si Diki, ayang gue mau duduk tuh kasian nanti dia kesemutan," timpal Ilham yang sadar akan sikap Alya.

Gery merengut kesal, dia pasrah dan akhirnya pindah ke belakang. "Nasib, nasib, gak bisa mandangin ayang Resta lagi!"

Alya duduk sambil tersenyum senang menatap wajah muram gadis di depannya. "Bu, biar Nara duduk bareng Resta aja, pas banget mejanya berhadapan langsung sama papan tulis, pasti bakal lebih memudahkan dia buat belajar," jelas Alya.

Bu Dhea tersenyum, "Baik, silakan kamu duduk sama Resta ya. Semoga kamu betah-betah disini," ucapnya pada Nara.

Gadis itu mencoba menatap Ilham namun cowok itu memalingkan wajahnya mencoba untuk tidak bertatapan langsung dengan teman masa kecilnya.

Pada akhirnya Nara duduk sebangku dengan Resta. Dia memutar kepalanya menatap Ilham kemudian memanggilnya, "Ilham."

Cowok itu tidak menyahut, dia malah mengajak Alya mengobrol dan itu membuat Nara mengepalkan tangannya.

"Ilham, aku kembali. Kamu gak kangen sama teman masa kecil kamu ya?"

*****

Dari tadi gadis itu menatap kasihan pada sahabatnya, kemudian dia beralih menatap sebal ke arah anak baru sok polos itu. Saat bell istirahat berbunyi gadis bernama Nara itu langsung mengajak Ilham untuk ke kantin bersama, alih-alih dia belum tahu tempat barunya takut kesasar. Alasan yang sangat klasik.

"Al, kenapa lo gak nempel sama pacar lo sih? gue kesel liat tuh cewek, mukanya ngeselin," ujar Resta.

Alya menyeruput es jeruknya dengan santai, kemudian menjawab, "Sengaja, pengen tahu sampai mana kesetiaan pacar gue."

"Sejak kapan lo jadi kalem begini?"

Gadis itu mendelik, "Ngeselin banget sih lo Res, gue bar bar salah, kalem salah, maunya gimana sih?"

"Iya maksudnya tuh lo jangan biarin tuh cewek deket begitu aja sama si Ilham," jelas Resta.

"Mau gue ngamuk juga bingung tuh cewek sahabatnya Ilham, yang ada gue malah dimarahin balik."

Resta berdecak kesal, "Ck, dia cuma temen dan lo itu pacarnya Alya. Lo kek bukan Alya yang gue kenal deh, mana mungkin Alya yang gak mau ngalah jadi model begini sih, gue-hmmpp"

"Diem, diem! berisik!" Alya menyumpal mulut Resta dengan gorengan tahu. "Bayarin jajan gue ya, gue mau cabut dulu."

Resta melotot, dia segera mengunyah makanannya sampai bisa ditelan, dia menatap kesal punggung sahabatnya yang sudah menjauh dari kantin. "Sialan emang, malah rugi gue!"

Sedari tadi Ilham memperhatikan pacarnya dari jauh, dia khawatir kalau Alya marah padanya. Jika saja tadi Rayna tidak mengirim pesan untuk menyuruhnya menjaga Nara, mungkin saat ini dia membiarkan gadis menyebalkan ini sendiri atau mungkin dia akan meninggalkannya bersama ketiga sahabatnya.

"Neng Nara cantik banget, pake skincare apaan dah?" goda Irgi yang sengaja duduk di depan gadis itu.

Nara merasa risih dengan perlakuan teman Ilham, namun bagaimanapun juga dia harus bertahan jika ingin terus menempel dengan cowok itu. "Gak pake apa-apa."

"Wah, pasti cuma pake air wudhu ya!"

Plakk
Erik menggeplak belakang kepala Irgi membuat cowok itu meringis.

"Wey, sakit set-"

"Setan, setan, gue manusia!" ujar Erik galak.

"Ya kelakuan lo kayak jin! ganggu orang mau pdkt aja," rutuknya.

Gery menepuk pundak Irgi sambil terkekeh, "Mana mau cewek cantik kayak Nara sama cowok modelan kayak lo Gi."

"Heh! gini-gini gue cakep sebelas duabelas sama Ilham tau!"

"Iya, sama kayak keringatnya doang!"

Irgi mendengus, entah mengapa teman-temannya selalu tidak mendukung dirinya, bagaimana dia tidak jomblo jika setiap mendekati cewek dia selalu dinistakan sahabatnya sendiri.

"Neng Nara nanti pulang mau abang Irgi anterin gak?" tanya Irgi kembali melancarkan aksinya.

Gery dan Erik sudah pasrah, saat ini keduanya tidak ingin mengakui Irgi sebagai sahabat mereka.

"Naraya, mau gak abang Irgi anter?" ulangnya.

Gadis itu tidak menjawab, dia malah memutar kepalanya menatap Ilham yang sedang melamun. Dia menyenggol siku cowok itu membuatnya tersadar.

"Apa?" tanya Ilham datar.

"Aku pulang bareng kamu ya," ujar Nara.

"Mana bisa! Ilham pasti anterin pacarnya lah yakali anterin lo!" sentak Erik, dia menatap tidak suka pada gadis asing itu.

Gery ikut membuka suaranya, "Bener tuh, jangan bikin hubungan mereka renggang lah, baru juga ketos kita ini buc-"

"Iya, nanti lo pulang bareng gue aja Nara."

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang