Matanya mengerjap lantas melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul 12 malam. Terpaksa dia bangun untuk melegakan dahaganya, meskipun matanya masih terasa berat.
"Ah, pake abis segala," kesalnya ketika melihat gelas kosong dinakas.
Dengan perlahan dia melangkah menuju dapur untuk mengisi gelasnya kemudian dia berjalan kembali ke kamarnya. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar jeritan dari dalam kamar ibunya, matanya yang sedikit tertutup kini terbuka lebar dia langsung masuk kedalam tanpa mengetuk pintu.
"Ibu!" Dia berteriak melihat ibunya yang duduk dengan tangan penuh darah.
Matanya berkaca-kaca melihat sayatan yang begitu banyak ditangan kiri ibunya, entah apa yang difikirkan ibunya sampai ingin mengakhiri hidupnya.
"Ibu kenapa bisa begini? ibu ayok aku obat-"
"Pergi! Dasar anak pembawa sial!"
Deg
Dadanya terasa sesak, baru kali ini ibunya membentak dengan perkataan yang begitu kasar.
"Bu, Alya salah apa?" tanyanya dengan mata yang berair.
"Salah saya karena telah melahirkan kamu!"
Isakan keluar dari gadis berusia 10 tahun itu, tangannya bergetar membuat gelas yang dia pegang jatuh begitu saja membuat pecahan kaca berhamburan dilantai.
"K-kenapa Ibu bilang kayak gitu?" tanya Alya.
Ibunya mencengkram tangan kanan Alya dengan kuat lalu menjawab, "karena kamu tidak akan pernah bisa jadi pewaris Alya!"
Dia meringis menahan sakit di pergelangan tangannya, jujur dia tidak paham dengan apa yang dimaksud ibunya, dia bahkan tidak pernah berfikir untuk menduduki kursi CEO ayahnya karena menurutnya itu pekerjaan yang sangat berat.
"Aku gak mau jadi pewaris Bu, aku cuma mau hidup bahagia sama Ayah dan Ibu, itu aja."
Wanita cantik berumur 30an itu terkekeh lalu mengambil pecahan kaca yang tergeletak didekatnya. Perlahan dia menyayat tangan putrinya membuat darah segar mengalir mengotori baju tidurnya.
"Awww, sakit Bu!"
"Diam! Seharusnya waktu itu ibu gugurin kamu!"
"Ibu! Sakit!" teriak Alya merasakan perih di tangannya.
Brak
Pintu terbuka, seorang pria berlari ke arah mereka, dia langsung membawa tubuh Alya kepelukannya.
"Kamu sudah gila hah? kamu ingin mencelakai anakmu sendiri?" sentak Aryan.
"Aku gila juga gara-gara kamu!"
Aryan tidak mengindahkan perkataan istrinya, dia segera menelpon Vian agar segera kerumahnya untuk mengobati Alya dan juga Nirma. Matanya berkaca-kaca melihat Alya yang pingsan dengan darah yang masih mengalir, Nirmala memang sudah gila!
Malam itu adalah malam yang paling mengerikan seumur hidup Alya, tangannya yang dibalut perban begitu sakit dan perih, dia menjadi trauma ketika melihat darah. Setelah kejadian itu Aryan membawa ibunya ke psikolog dan Aryan juga menenangkan Alya agar gadis itu tidak takut pada ibu kandungnya.
"Ibu semalam cuma kerasukan, itu bukan Ibu yang sebenarnya, jadi kamu jangan takut sama Ibu ya," ujar Aryan.
"Emangnya hantu itu ada?"
Aryan mengusap rambut Alya lembut sambil tersenyum. "Ada dong."
"Kok bisa ibu kerasukan?"
"Iya bisa Al, kan mereka gak kelihatan jadi kita gak bisa ngehindar kalo mereka mau masuk ketubuh kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Teen Fiction"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...