Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Alya, karena Bu Mega akan membagikan hasil ulangan harian kemarin. Alya berdo'a dari tadi agar nilainya lebih tinggi dari Ilham, tapi hatinya agak ragu mengingat bahwa pelajaran biologi itu adalah pelajaran favorit Ilham. Jelas cowok itu pasti lebih paham dan tau isinya, sedangkan Alya hanya membaca sekilas karena waktu yang mepet plus Alya juga jarang mencatat otomatis banyak materi yang tidak terbaca olehnya.
Alya merutuki dirinya karena malas untuk mencatat mata pelajaran penting itu, tapi jujur saja Alya lebih suka matematika daripada biologi. Lebih tepatnya Alya trauma karena pernah praktek membedah badan kodok yang membuatnya muntah dan pingsan sampai pulang sekolah. Mengingatnya membuat Alya bergidik dan ingin kembali muntah.
"Alya Maheswari," panggil Bu Mega.
Wajah Alya bersinar terang hari ini ketika melihat wajah Bu Mega yang tak seperti biasanya. Biasanya wanita berkepala empat itu selalu menatap lembar jawaban Alya dengan wajah datar, tapi hari ini untuk pertama kalinya Bu Mega tersenyum melihat kertas milik Alya.
Alya berjalan mengambil kertas kehidupannya. "Makasih Bu," ucap Alya sambil tersenyum.
"Bagus Alya, kamu harus mempertahankan nilaimu itu, Ibu percaya kalau kamu anak yang pintar jika rajin belajar," jelas Bu Mega.
Alya mengangguk lalu kembali ke tempat duduknya. Gadis itu belum berani membuka nilai ulangannya, biar saja nanti dia buka ketika Ilham mendapatkan kertasnya juga.
"Ilham Adiwijaya," panggil Bu Mega.
Cowok itu maju lalu mengambil kertas ulangannya dan kembali ke tempat duduknya. Ilham memasang wajah datar tanpa ekspresi padahal dalam hatinya sudah dag dig dug takut jika nilainya lebih rendah daripada Alya.
"Ilham, coba liat nilainya," pinta Alya.
"Gak!"
Alya mengerucut bibirnya kesal. "Ayok kita liatnya barengan!"
Ilham menghela napasnya, dia menurut saja karena sedang malas berdebat.
Alya memberikan aba-aba agar bisa memperlihatkan nilainya secara bersamaan.
"Satu...."
"Dua...."
"Tiga...."
Alya memperlihatkan nilainya pada Ilham begitupun sebaliknya. Alya mendapatkan nilai sempurna sedangkan Ilham 99 hanya kurang satu angka.
Ilham mendesah pelan, Tuhan memang benar-benar ingin menghukum dirinya dengan membuat Alya menjadi pacarnya.
Sedangkan Alya mengigit bibir bawahnya menahan agar tidak berteriak karena disini masih ada Bu Mega.
"Baiklah Ibu permisi, silahkan istirahat."
Setelah Bu Mega keluar, Alya berniat untuk berteriak namun sebuah tangan berhasil meredam teriakannya, orang yang melakukan itu adalah Resta.
"Thank Res," ucap Ilham lalu meninggalkan kelas bersama ketiga temannya.
"Nilai gede tapi cuma buat bucin itu gak pantes buat dipamerin, jadi mending lo diem!" ujar Resta tegas.

KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Novela Juvenil"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...