83. Hancur

121 1 0
                                    

"Pantes lo gak mau jagain adek gue, ternyata lo hamilin anak orang ya?" tanya Devan.

Dia menatap Ilham tajam, jika saja Aldian tidak menahan tangannya sudah dipastikan wajah tunangan adiknya itu hancur sekarang.

"Enggak bang, lo salah paham-"

"Salah paham dimana? mana letak kesalahpahamannya?" Aldian menyela perkataannya, dia muak dengan pembelaan yang akan dikatakan oleh laki-laki itu, padahal sudah jelas mereka tertangkap basah.

"Kalian salah paham, tolong jangan kasih tahu Alya," kata Ilham dengan wajah memohon.

Devan mengangguk, "Ya, gue gak bakalan kasih tahu Alya, tapi gue bakal kasih tahu om Zayn."

Seketika mata Ilham terbuka lebar, dia tidak akan mungkin membiarkan ayahnya tahu tentang semua ini.

"Tolong bang, lo dengerin dulu penjelasan gue, anak itu bukan-"

"Bukan apa hah? bukan anak lo gitu? halah alasan klasik, gue tau itu anak hasil bejad lo!" teriak Devan dengan lantang membuat orang yang berlalu di taman mengalihkan atensinya pada mereka.

"itu anak gue bang, Ilham gak salah!" batin seorang laki-laki yang tengah memandangi sahabatnya yang terlihat frustasi. Seandainya mengatakan kejujuran itu mudah, sudah pasti saat ini sahabatnya itu tidak akan kebingungan. Namun jika dia jujur sekarang, dia takut Ilham membogem wajahnya.

"Woy! Ngapain dah disini?" celetuk Gery dengan menepuk pundak kedua sahabatnya.

Erik langsung menyahut, "lo gak denger? Ilham hamilin Nara."

"Hah? Sejak kapan?" Gery nampak kaget dengan fakta besar ini, bagaimana mungkin Ilham melakukan hal menjijikkan seperti itu?

"Gue juga sama kagetnya kayak lo Ger, gue gak percaya kalo Ilham ngelakuin itu sama Nara, gue hafal betul dia," ujar Irgi dengan wajah sedih.

"Kalo udah kayak gini gimana?" tanya Erik.

"Jangan sampai kita pecah cuma karena Ilham berbuat kesalahan,"

"Tapi dia udah salah banget loh Ger, dia khianati Alya!"

Irgi terlihat marah pada sahabatnya, dia benar-benar bingung bagaimana bisa mereka lupa kalau Ilham sudah memiliki Alya, bahkan mereka sudah bertunangan.

"Gue setuju, dia udah bikin sepupu gue sakit hati, gue gak terima," tambah Erik.

Gery menghela napasnya, dia menatap Ilham dari kejauhan dengan kasihan. Dia adalah sahabatnya, dia yang selalu ada ketika dirinya susah, bagaimana mungkin dia meninggalkan Ilham ketika dia berada di titik lemahnya. Bukankah manusia itu tempatnya salah?

"Gue kecewa, tapi dia sahabat gue," ujar Gery.

Dia melangkah meninggalkan kedua temannya yang terdiam, satu di antaranya sedang membatin.

"Apa kalau gue di posisi Ilham, gue juga bakalan kalian maafin?"

*****

Amelya menatap saudarinya dari samping. Dokter bilang operasinya berhasil, namun ini sudah hampir malam dan Alya belum juga sadar.

Dia menghela napasnya sambil menatap ke langit-langit rumah sakit, dia jadi teringat dengan perkataan Aldian tadi sore ketika menjenguk Alya, dia tidak sengaja mendengar perkataan cowok itu lantaran suaranya yang seperti toa.

"Alya, gue pengen jujur sebenarnya tapi gue takut lo drop," ujar Aldian pada gadis yang masih menutup matanya.

Amelya tidak sengaja terbangun dari tidurnya, namun dia tak membuka matanya, dia hanya menguping perkataan kakak kelasnya itu.

"Tapi berhubung lo masih tidur jadi mending gue jujur aja." Aldian terdengar menghela napas dalam-dalam kemudian kembali berkata, "sebenarnya Ilham itu udah khianati lo Al, dia hamilin Nara."

Deg
Amelya tidak salah dengarkan? Ilham menghamili Nara? yang benar saja!

"Gue juga gak percaya tapi semuanya udah jelas karena dia yang ngomong sendiri. Gue gak mau lo sakit hati Alya, tapi cepat atau lambat lo juga bakalan tahu,"

"Nih manusia kenapa gak bilang nanti pas si Alya bangun sih, ngapain ngomong sekarang coba? Bodoh banget!!" batin Amelya merutuk.

"Gue harap setelah lo mendengar kabar ini lo baik-baik aja,"

"Baik-baik mata lo! Yang ada si Alya gila gara-gara cowoknya ngelakuin hal bejad." Lagi-lagi Amelya menggerutu dalam hatinya.

"Gue pulang dulu ya, semoga nanti Devan kasih tahu lo dengan baik-baik, semoga tuh anak gak bikin lo drop ya. Gue sayang sama lo Al."

Demi apapun Amelya ingin berteriak setelah mendengar kata terakhir yang diucapkan Aldian.

"Ah, sial! Kenapa coba si Ilham bisa-bisanya terlena sama nenek sihir kayak si Nara itu!" teriak Amelya kesal.

"Ilham sama Nara kenapa Mel?"

Gadia itu diam, dia langsung memutar kepalanya ke samping, ditatapnya Alya yang sedang meminta penjelasan atas perkataannya barusan.

"Ilham sama Nara kenapa?" tanya Alya dengan suara lemah.

"E-enggak, mereka gak kenapa-kenapa,"

Mata Alya menyipit menatap saudarinya dengan tatapan curiga. "Lo bohong, lo pasti tau sesuatu," ucapnya.

"Gue gak tahu Alya!"

"Lo pasti tahu, cepet jawab Amelya!!" bentak Alya.

Cklekkk
Pintu ruangan mereka terbuka memperlihatkan seorang Devan dengan wajah kesal menatap kedua gadis remaja itu bergantian.

"Kalian bisa gak sih jangan berisik? kalian itu baru aja jalanin operasi," ucap Devan tegas.

Alya mengerucutkan bibirnya, "Amelya yang mulai."

"Hah? kok gue sih? lo duluan juga," ujarnya tak terima.

Devan berdecak, dia tidak menyangka jika memiliki adik kembar sepusing ini. "Kalian lagi rebutin apa sih sampe teriak-teriak kedengeran ke luar?" tanyanya penasaran.

"Nara sama Ilham ada hubungan apa? lo tau gak Van?" tanya Alya.

Cowok itu berdeham lantas berjalan mendekati brankar Alya. "Kok lo nanya gitu? emangnya kenapa?"

Tatapan bingung jelas tercetak di wajah Alya, semuanya terlihat seperti menyembunyikan sesuatu darinya, entah apa yang jelas pasti ada hubungannya dengan Ilham.

"Amelya bilang Ilham terlena sama Nara, emangnya mereka kenapa? mereka selingkuh?"

Devan memegang tangan adiknya lembut, dia sebenarnya tidak tega namun bagaimanapun dia harus tahu.

"Kenapa Van? yang gue bilang bener?"

Cowok itu mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi mereka pacaran? cuma gitu doang kan Van?"

Devan menggeleng, "Nggak Al, bukan cuma itu."

"Iya terus apa dong? cerita sama gue mereka kenapa?" tanya Alya sedikit berteriak, dia benar-benar dibuat kesal oleh cowok itu.

"Ilham ngehamilin Nara,"

Deg
Tanpa bisa dicegah air mata Alya jatuh begitu saja.

"Lo bohong kan Van?" Alya terkekeh sambil memukul lengan kakaknya itu. "Lo bohong Van, lo kalo bikin lelucon yang lucu dikit dong," ujarnya dengan tangis yang tak bisa di bendung lagi.

"Pukul aja gue Al, gue tahu hati lo pasti sakit," kata Devan.

"Bohong, bohong, bohong! Devan lo bohong!"

Alya benar-benar hancur, hatinya benar-benar sakit, padahal Ilham adalah salah satu alasannya untuk melakukan operasi ini, dia ingin hidup lebih lama dan tinggal bersamanya. Tapi sekarang rasanya Alya ingin mati saja, bukankah orang yang dia sayang juga sudah akan memiliki keluarga sendiri bahkan sebelum menamatkan sekolah mereka.

"Devan, gue pengen ulang penyakit gue boleh gak?"

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang