"Lo gakpapa?"
Raut khawatir tercetak jelas diwajah Ilham, lagi-lagi dia bertingkah bodoh karena dorongan hatinya.
"Gakpapa kok," balasnya lantas dia beralih menatap Resta yang ada disebelah cowok itu. "Udah mulai ulangannya?" tanyanya.
Resta menggeleng. " Belum, 5 menit lagi baru masuk."
"Gue mau ke kelas."
"Lo yakin gak mau pulang aja Al?"
"Mending lo pulang takutnya nanti tambah parah." Ilham menimpali perkataan Resta.
Cewek itu mengangguk setuju. "Iya, lagian lo bisa kerjain di rumah atau nyusul juga bisa soalnya lo pinter."
Alya merasa kesal dengan kekhawatiran kedua orang itu, padahal dia ini hanya pingsan dan ditambah mimisan, bukan sebuah masalah besar.
"Gue tetep mau ulangan bareng kalian!" kekehnya.
Kedua manusia itu hanya menghela napas pasrah.
"Yaudah ay-"
"Alya bareng gue aja, lo duluan," potong Ilham cepat.
Mata Resta menatap tajam pada cowok itu. "Lo gak bakal ngapa-ngapain Alya kan?"
"Enggak Res."
Pada akhirnya gadis itu mengalah kemudian menuju kelas duluan. Setelah kepergian Resta, Ilham segera melancarkan niatnya.
"Gue mau lo jangan naikin ranking lo."
Alya diam tidak merespon.
"Gue bakal kabulin permintaan lo, apapun."
"Apapun?" tanya Alya memastikan.
Ilham mengangguk yakin.
Sebenarnya Alya tidak paham dengan permintaan Ilham kali ini, dia takut Alya menyerempet nilainya? Tapi kenapa?
"Ilham itu pinter gak perlu minta Alya buat stuck dinilai kemarin," ujar Alya.
"Gue tau lo lebih pinter dari gue makanya gue bilang ini ke lo! tinggal turutin mau gue dan begitu sebaliknya gampang kan?"
"Tapi-"
"Lo mau jadi pacar gue kan? oke gue kabulin asal lo mau kabulin permintaan gue yang tadi."
Alya mengigit bibir bawahnya sambil menunduk. "Kalo aku minta kamu buat putusin Melya terus pacaran sama aku, bisa?"
"Oke."
Kepala Alya seketika terangkat, tidak disangka Ilham akan secepat itu menjawab, dia baru tahu sifat asli seorang ketos yang dipuja-puja oleh satu sekolah ternyata begitu berambisi untuk terus berada diperingkat pertama.
"Kamu yakin?"
"Iya."
Alya tersenyum lalu bangun kemudian dia memeluk Ilham.
"Alya lepas! Gue gak bisa napas!"
*****
Tangannya bergerak mengisi lingkaran hitam dengan jawaban yang salah, sudah jelas Alya akan melakukan apapun yang diinginkan oleh pujaan hatinya, namun tidak semua. Dia tetap akan menambah rankingnya tapi tidak sampai menduduki peringkat milik Ilham.
Setidaknya jika begitu Resta tidak akan terlalu memarahinya seperti waktu lalu, dan juga tidak akan ada perdebatan diantara keduanya yang membuat mereka jauh. Dalam hatinya dia meminta maaf sebanyak-banyaknya pada sahabatnya, mau bagaimanapun ini memang tidak benar, tapi ya mau gimana lagi tawaran Ilham itu terlalu menggiurkan tidak mungkin dia lewatkan begitu saja.
"Baiklah anak-anak waktu habis silahkan kumpulkan kertas ulangan kalian," ujar Bu Tia selaku pengawas diruang 11 Mipa 3.
Alya memberikan kertas ditangannya pada Resta. "Nih nitip gue males jalan kedepan."
"Mentang-mentang sakit, nyebelin!"
Alya tersenyum sambil melihat wajah kesal sahabatnya, lagi-lagi hatinya meminta maaf saat menyadari betapa pedulinya Resta padanya bahkan lebih dari keluarganya. Tidak bisa dibayangkan jika tidak ada Resta dalam hidupnya, mungkin dia akan kesepian atau bahkan tidak bisa bertahan.
"Ngapain lo tatap gue kayak gitu? jangan-jangan lo suka sama gue ya?" celetuk Resta yang sudah kembali ke tempat duduknya, dia heran dengan tatapan Alya yang sambil tersenyum seperti orang gila.
"Heh! sembarangan. Mana mungkin gue yang cantik ini belok sama lo yang galak ini," balas Alya.
"Wah, lo ngajak ribut? gini-gini gue ada yang suka tau!"
"Pftt, siapa yang suka sama nenek lampir kayak lo Res?"
Tawa Alya pecah membuat seisi kelas menatapnya, siapa juga yang ingin melewatkan keindahan cewek cantik ketawa, ya mungkin untuk orang-orang yang tidak suka Alya sudah jelas pasti akan melewatkannya begitu saja. Termasuk Ilham, dia sibuk membenahi alat tulisnya karena ulangan hari pertama sudah berakhir.
"Ngeledek mulu lo, beneran gue ada yang deketin!" ujar Resta dengan wajah cemberut.
Dia tidak bohong kok, Gery selama ini selalu mendekatinya bahkan menggodanya dikelas dan tepat ketika tidak ada Alya jadi dia tidak bisa membuktikannya. Bodo amat dengan rasa tidak sukanya pada cowok itu, yang penting dia tidak dicap cewek gak laku sama Alya.
"Iya, Resta itu kan ayang gue!"
Suara Gery mengalihkan seluruh atensi murid yang masih berada dikelas.
"Fiks, setelah ini gue bakal jadi bahan gosip orang-orang, sialan!" batin Resta.
"Gue gak percaya!"
"Gue lebih gak percaya kalo Ilham suka sama lo!"
Alya menatap Gery tajam begitupun sebaliknya.
"Lo gak boleh sama sahabat gue!" teriak Alya.
"Lo juga gak boleh sama Ilham!" balas Gery tak mau kalah.
Alya mendorong mejanya, langkahnya membawa dia kedepan Gery sambil berkacak pinggang. "Punya hak apa lo atur-atur gue?"
Gery yang tidak mau kalah juga berdiri dan menatap Alya sebal. "Dan lo juga apa-apaan ngatur gue?"
Seisi kelas masih menonton drama dua anak manusia absurd itu, berharap ada adegan jambakan rambut atau apalah yang membuat suasana semakin memanas. Memang aneh bukannya melerai, mereka malah mendukung.
"Kita mending pulang yuk Al," ajak Resta berharap sahabatnya yang kerasukan jin itu segera sadar.
"Gak mau!"
Kini giliran Ilham membujuk Gery. "Ger ayok anter gue ke ruang bk, lo udah janji buat temenin gue tadi."
"Gak mau!"
Entah angin mana mereka menjadi mirip seperti ini, Alya juga tumben sekali tidak mendengarkan ucapan pawangnya yaitu Resta.
"Gue gak mau ya kalau sahabat gue pacaran sama cowok fakboy kayak lo!" sindir Alya.
"Jangan salah gue ini orangnya setia, gue bahkan rela menjomblo dari SMP cuma buat nungguin Resta."
Mata Alya beralih menatap Resta yang sedang gugup, dia baru tahu kalau Gery dan Resta satu sekolah dulu.
"Lo bohong kan?"
Ger berdecak sebal. "Yakali gue bohong, tanya aja sama ketiga curut temen gue itu."
"Resta emang pernah satu sekolah sama kita," jawab Ilham yang mengerti dengan tatapan gadis itu.
Beberapa detik kemudian Alya menjabat tangan Gery tanpa permisi sambil tersenyum. "Oke gue izinin lo buat deketin sahabat gue bahkan gue bakal bantuin lo, sebagai gantinya lo harus dukung gue sama Ilham!"
Gery balas tersenyum lalu menaik turunkan lengan yang dipegang oleh Alya. "Deal!!"
Mereka mendesah pelan, drama selesai dan tidak ada baku hantam seperti tadi pagi, lantas satu persatu dari mereka mulai keluar kelas untuk pulang.
Sedangkan Resta sedang merutuk dalam hatinya. "Mending gue dibilang gak laku aja deh daripada dijodohin sama Gery!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Roman pour Adolescents"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...