Biasanya hari libur itu Alya masih rebahan di kamarnya namun karena ajakan seseorang maka dia terpaksa memotong bobo paginya hanya untuk joging. Gadis itu sedang bersiap-siap rambutnya dikuncir kuda, poninya juga dirapihkan, jangan lupakan liptin tipis yang membuat bibirnya terlihat segar.
"Widih, gila gue cakep banget," pujinya pada pantulan di cermin.
Gadis itu mengenakan trening berwarna biru tua dan kaos lengan pendek warna hitam. Tidak lupa dengan sepatu olahraga kebanggaannya yang berwarna senada dengan bajunya. Baiklah Alya akan mengguncang dunia hari ini.
Sebelum berangkat Alya mengambil ponselnya lalu mengirim chat pada seseorang. Hari ini dia akan berolahraga dengan teman baiknya, Resta, mungkin akan banyak pertanyaan yang akan masuk ke telinganya nanti. Huft, Alya harus membawa earphone sepertinya.
Alya berjalan menuruni tangga, tanpa peduli sekitar, gadis itu melangkah pergi meninggalkan kediamannya.
"Mau kemana kamu? "
Langkah Alya terhenti di depan gerbang rumahnya. Sepasang sejoli muncul di hadapannya, membuat moodnya benar-benar tidak baik.
"Mau kemana Alya? Kamu gak ajak saudara kamu?" tanya ibu sambungnya.
Alya tersenyum sinis ke arah wanita itu.
"Aduh maaf ya, saya ini anak tunggal dan gak pernah punya saudara," terang Alya.
Sungguh Alya benar-benar kesal dengan wanita ini, Alya lupa jika dia memiliki satu saudara tiri, lagi pula dia tidak tinggal serumah dengannya. Itu hal bagus, karena dia muak dengan semua yang berhubungan dengan wanita ini.
Terlihat Aryan menatap tak suka ke arah putrinya. "Kamu jangan kurang ajar pada ibumu, Alya!"
Alya terkekeh mendengar ucapan ayahnya. "Sejak kapan? Bahkan wanita ini gak pernah ngurusin Alya, berarti dia bukan ibu Alya," balas Alya.
"Mau sampai kapan kamu begini Alya? Dia itu ibu kamu, ibu sambung kamu, cobalah terima dia dengan perlahan," ujar ayahnya. Suaranya kini kian melembut, membuat Alya tidak tahan mendengarnya.
Tanpa permisi Alya meninggalkan dua orang yang menatap sendu kearahnya. Bahkan dipipi wanita itu kini sudah banjir air mata.
"Sudahlah Dinda, suatu saat pasti Alya akan menerimamu," ucap Aryan menenangkan istrinya.
"Seharusnya kita gak ketemu mas, seandainya saja kamu gak jatuh cinta sama aku," sahut Dinda.
Aryan menghapus air mata dipipi istrinya dengan lembut, matanya terlihat begitu mencintai sang istri.
"Kita akan berusaha, aku yakin anak itu akan melunak pada waktunya."
*****
Resta dan Alya kini sedang berlari bersama. Sebenarnya rumah Resta dan Alya cukup dekat mungkin hanya terhalang 5 rumah besar saja. Rasa penasaran dibenak Resta memang besar namun rasa magernya lebih besar daripada jawaban Alya, makanya dia mengajak gadis itu joging sekaligus mewawancarainya.
"Jadi gimana rasanya diskors?" tanya Resta memulai percakapan.
Kedua remaja itu kini tidak berlari lagi melainkan berjalan santai. Alya yang ditanya berpura-pura memutar musik melalui earphone di telinganya padahal dia sama sekali tidak memutar musik diponselnya.
Resta yang kesal langsung menarik earphone itu membuat Alya memekik. "Heh, astaga kenapa lo ambil sih?! gue lagi dengerin lagu blackpink tau!!"
"Lagu apaan? coba lo sebutin lirik ya," tanya Resta. Heran, sejak kapan sahabatnya menyukai lagu korea, dan itu lagu blackpink?
"Yang ini, 'garem garem garem'"
"Hah?" Sumpah, Resta tidak pernah mendengar lirik 'garem' di lagu blackpink.
Gadis itu berdecak. "Ck, kudet!"
Resta yang penasaran lalu memasangkan earphone itu ke telinganya. Senyap, tidak ada suara apapun. Gadis itu menatap Alya horor.
"Astaga maaf Res, gue becanda gue gak denger musik sebenernya," jujur Alya yang takut dengan tatapan sahabatnya.
Manis-manis begini Resta galak seperti macan betina, wajar jika tidak ada laki-laki yang mengejarnya. Ups, tidak tahu saja Alya, bahwa Gery selalu genit pada Resta hahaha.
"Ini gue mau tanya serius lo harus jawab," ujar Resta. "Kenapa lo bisa diskors?"
"Hmm, karena gue lakuin kesalahan," jawabannya.
Gadis itu berdecak. "Ck, gue tau tapi masalahnya apa?"
"Gue dipukul Devan tapi gue juga kena skors,"
Mata Resta membola, yang benar saja? sahabatnya yang teraniaya malah dia ikut dihukum juga. "Gak adil ini namanya Al," ujarnya.
Alya mengedikan bahunya. "Gue juga gak tau apa yang udah Devan omongin ke bu Diana, dia bilang kalo gue yang duluan ngajak berantem padahal itu semua hoax," jelasnya.
Tanpa sadar mereka berdua sudah berjalan cukup jauh bahkan kini dia sudah sampai di taman komplek.
Alya dan Resta duduk di sebuah bangku panjang yang berhadapan langsung dengan sebuah danau. Suasana disini cukup ramai, banyak pedagang juga, mungkin karena hari libur.
"Najis, pacaran gak tau tempat." Alya mencibir sepasang kekasih yang berpelukan didekat pohon nangka yang ada di dekat tempat duduknya.
Resta yang duduk di sampingnya terkekeh. "Makanya nyari pacar dong jangan jomblo mulu, kasian orang pacaran lo cibir terus."
"Bentar lagi gue juga bakal punya pacar, lo liat aja," ujar Alya dengan penuh keyakinan.
"Lagian siapa yang mau sama cewek bar bar kayak lo?" ledeknya.
Alya memutar bola matanya malas. Kadang sahabatnya ini memang menyebalkan, rasanya dia ingin menghajarnya saja jika dia tidak ingat kalau Resta ini sahabat satu-satunya.
"Ijin duduk disini mbak," ucap seseorang yang sudah duduk disebelah Alya.
Resta dan Alya saling pandang. Bisa-bisanya cowok ini main duduk sembarangan, apa tidak ada tempat lain? ya memang sih kursinya panjang cukup untuk ditempati empat orang, tapi apakah tidak bisa ditempat lain saja? .
Tapi tunggu, sepertinya Alya hafal suara ini. Apakah benar dia?
"Ilham?"
Cowok itu memalingkan wajahnya menatap Alya. Sangat terlihat jelas bahwa dia sedang kaget.
"Lo?"
"Astaghfirullah, jodoh emang gak kemana ya,"
"Amit-amit gue dapet cewek kayak lo!"
Resta melongo dengan respon kedua anak manusia itu. Dia ketinggalan info apa selama 3 hari ini?
"Gue ketinggalan info apa nih? kok kalian sekarang keliatan akrab banget," celetuk Resta.
Ilham berdecak sebal. "Mata lo akrab!"
Alya menggandeng lengan Ilham paksa, cowok itu melotot kaget. "Duh iya nih soalnya kan Ilham cowok gue," ujarnya.
"Alya! udah gue bilang jangan sentuh gue!" pekik Ilham sambil melepas paksa tangannya.
Cowok itu berdiri hendak meninggalkan Alya namun lengannya ditahan oleh gadis itu.
"Mau kemana?" tanya Alya.
"Pulang,"
"Hati-hati ya sayang," ucap Alya mengedipkan sebelah matanya.
Akhirnya gadis itu melepaskan tangan Ilham dan cowok itu mulai menghilang dari pandangannya.
Resta berdecak melihat drama dua insan ini, Ilham yang ketus dan Alya yang genit seperti Gery. Eh, kenapa dia mengingat Gery? astaga! dia harus segera membuang jauh-jauh nama manusia menyebalkan itu.
Alya memiringkan kepalanya melihat tingkah Resta seperti orang yang tengah bertengkar dengan fikirannya. "Lo kerasukan setan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
You My Bucin [End]
Novela Juvenil"Ilhamm...." "Ngomong apa? Cepetan!!" Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekat lagi kearahnya. "Gue kayaknya suka deh sama lo, gue boleh ngejar lo gak Ham? " Sesaat dia terdiam menatap maniknya yang seakan terhipnotis. Namun beberapa detik kemudian d...