40. Boomerang

182 6 0
                                        

Brakk...

Alya menaruh ponselnya dengan kasar ke meja tepat dihadapan Ilham, membuat cowok itu terlonjak kaget. Matanya membulat menatap layar ponsel yang menyala itu, kemudian dia menatap gadis yang sedang menatap datar kearahnya.

"Jelasin."

Pagi-pagi seisi kelas dikejutkan dengan perubahan sikap Alya yang menjadi dingin, karena biasanya gadis itu akan tersenyum dan lengket pada Ilham tapi hari ini berbeda.

"Jelasin apa Al? aku gak tau maksud kamu." Ilham berpura-pura tidak tahu agar Alya tidak curiga padanya.

Alya bersedekap dada. "Gak usah pura-pura gak tau Ham, gue tau itu lo!"

Erik yang duduk disebelah Ilham mengambil ponsel bercase warna biru dongker itu, matanya terbelalak lantas dia menatap Ilham tajam. "Maksudnya apa ini sat! lo selingkuh?"

"Lo nuduh gue? lo pikir gue mau sama cewek selain Alya hah?" kesal Ilham.

Cowok itu merutuk dalam hatinya, dia bersumpah akan membuat perhitungan pada gadis sinting itu ketika bertemu dengannya nanti.

"Ini ada buktinya ya jing! lo selingkuh sama si Melya? iya kan?!" Erik memberikan ponsel itu pada Ilham. "Lo liat baik-baik, itu muka lo sat!"

Ilham tahu itu adalah dirinya, tapi dia harus bagaimana? tidak mungkin dia mengatakan jika Melya memang pacarnya meskipun terpaksa. Sial! hidupnya kenapa selalu terjebak seperti ini, kenapa dia selalu menjadi boneka orang lain?

"Ya, itu gue."

Erik sudah geram ingin menghantam wajah sok cakep Ilham, bisa-bisanya dia menyelingkuhi sepupunya yang paling dia sayang.

"Ngapain semalem sama Melya?" tanya Alya datar.

Cowok itu menatap gadisnya sendu, apa dia harus jujur atau tidak?

"Jawab!"

"Aku gak sengaja ketemu dia dicafe yang sama, aku gak tau kalau dia malah duduk disebelah aku Al. Aku minta maaf."

"Alasan lo gila! ya lo tinggal pergi aja apa susahnya sih!" sungut Erik.

Ilham menatap sahabatnya jengah, entah kenapa manusia ini suka sekali ikut campur dalam hubungannya dengan Alya. "Gue lagi kerjain tugas osis waktu itu, mana gue kepikiran buat pindah, dan gue juga gak sadar kalau tuh cewek nempel di sebelah gue!"

Alya tersenyum samar, harusnya gadis itu jangan bermain-main dengannya karena saat ini Alya sudah berubah, dia bukan gadis yang suka mengalah seperti dulu. Lihat saja, sekarang orang-orang pasti akan membicarakan Melya yang seperti lintah karena dekat-dekat dengan cowok orang. Haha, Alya sangat ingin segera melihat wajah memerah gadis itu. "Welcome to my game, Melya."

"Alya, kamu percaya sama aku kan?" tanya Ilham.

Alya mengambil ponsel dari tangan Ilham lantas dia melenggang pergi meninggalkan cowok itu tanpa jawaban.

"Alya, tunggu!" teriaknya. Ilham segera bangkit namun tangannya dicengkram oleh Erik. "Mau lo apa?" tanya Ilham.

Plak

Erik tiba-tiba menampar wajah Ilham dengan keras, cowok itu meringis merasakan panas diwajahnya, dia menatap Erik nyalang.

"Lo suka sama Alya hah? jujur aja sialan, gak usah lo nyudutin gue kayak tadi!" tuduh Ilham.

Erik terkekeh mendengar lanturan yang keluar dari mulut sahabatnya itu. "Gue gak nyangka aja, ternyata lo gak beneran sesuka itu ya sama Alya?"

"Gue sayang sama dia lebih dari yang lo tau!" sergahnya. "Bahkan gue rela-"

"Rela apa hah?" tanya Erik. "Bahkan disaat Alya tenggelam dan hampir matipun lo gak ada tuh nolongin dia, dimana lo? buta mata lo?"

Seketika dia tersadar akan kesalahannya, benar apa yang dikatakan Erik, dia adalah laki-laki bodoh yang bahkan tidak bisa membedakan mana tipu daya dan mana yang asli. Ilham itu bodoh.

"Alya bahkan masih mau maafin lo padahal hidupnya pernah ada diambang kematian gara-gara lo! pikir Ham, dimana otak lo?" Erik melepaskan cengkramannya.

"Gue emang bodoh, tapi gue beneran gak selingkuh. Gue cuma sayang sama Alya."

*****

Kantin dipenuhi oleh orang-orang yang sedang keroncongan, tak jarang disela-sela makan mereka malah menceritakan keburukan orang lain, sebut saja mengghibah. Ya, seperti contohnya sekumpulan anak cewek yang sedang duduk dimeja dekat warung bakso.

Keempat gadis itu tengah membicarakan tentang siswi kelas 11 Mipa 2 yang kecentilan dengan pacar orang.

"Lo tau gak sih? tadi pagi Alya marah-marah sama si Ilham," ujar Siska si cewek tukang gosip.

Si gadis berbando pink itu ikut menyauti, "iya, Ilham bilang dia dideketin sama Melya anak ipa 2 itu yang katanya si murid pinter."

"Aduh, gue sih ogah ya pinter doang tapi otak gak dipake," celetuk Kila gadis berbibir maroon.

Tania menyeruput es jeruknya, lantas dia pun ikut benimpali, "Iya, kayak gak ada cowok lain aja, masa cowok orang diembat."

"Udah gak punya rasa malu kali ya nempel-nempel sama pacar orang," ujar Tamia.

Siska mengangguk. "Iya kayaknya, untung deh orang tuanya udah meninggal jadi gak malu lihat kelakuan anaknya yang kayak lin-"

Brak

Meja digebrak dengan kuat oleh Nadira, dada gadis itu naik turun pertanda dia sedang marah. Sia-sia dia menahan amarahnya, dari tadi dia sudah bersabar dengan ocehan yang keluar dari mulut keempat manusia biang rumpi itu, apa mereka tidak bisa melihat kondisi? mengghibah malah disamping mejanya. Sudah gila!

"Kalian kalo mau ghibah liat sekitar dong! yakali lo ghibahin orang dideket orangnya langsung," ujar Nadira.

"Sengaja, biar tahu diri" tekan Siska sambil menatap tajam pada Melya yang sedang menunduk.

Nadira menatap sedih sahabatnya, dia pasti malu apalagi sampai orang-orang mendengar kabar bahwa dia menjadi wanita lintah yang menempel pada pacar orang.

Gadis itu kembali menatap tajam keempat gadis tadi. "Kalian boleh ya ngomongin hal yang enggak-enggak didepan gue dan Melya, tapi lo jangan bawa-bawa orang yang udah meninggal juga, gak sopan!" ceramahnya.

"Halah, jangan sok ngebela Dir, nanti lo juga kena getahnya," balas Kila.

Tidak mau berlama-lama dipermalukan Melya berdiri lalu menarik tangan Nadira menjauh dari kantin, tujuannya kini adalah taman.

Dia kesal, kenapa pesannya kemarin malam malah menjadi bumerang untuknya, padahal dia hanya ingin memanasi Alya tapi mengapa malah dirinya yang jadi bahan ejekan orang. Sial!

"Mel, sebenarnya apa yang udah lo lakuin sampai-sampai lo diomongin orang kayak tadi?" tanya Nadira.

Kedua gadis itu kini duduk dikursi panjang taman sekolah.

Melya mengepal tangannya kesal, dia ingin sekali mencakar wajah Alya. Gadis itu benar-benar sangat menyebalkan.

"Mel, gue mohon lo berhenti atau nantinya reputasi lo hancur-"

Melya menatap gadis itu tajam. "Gue gak peduli sama reputasi gue, selagi itu bisa bikin Alya hancur!"

You My Bucin [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang