𝐓𝐄𝐑𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 [On-going]

18 - Rencana di awal

Ketiga cowok itu masih sibuk berkumpul di tempat yang sama.

"Lo emang goblok, segituhnya lo kira gue udah meninggal!" Rian mendengus kesal dengan Raga karena kejadian tadi.

"Lo sendiri ngapain save kontak make nama bokap gue?" tanya Raga membalikkan keadaan.

"Lah kan emang nama bokap lo Jamal?"

Raga berdeham sebentar, apa yang di katakan Rian memang ada benarnya.

"Kalau gue save make nama lo, nanti terlalu berlebihan bagi gue!"

"Berlebihan gimana?" tanya Raga

"Berlebihan karena terlalu baik" alasannya, mungkin yang di maksud Rian, ia lebih suka memberikan nama unik untuk sahabat nya itu.

Evan sendiri masih terdiam melihat perdebatan keduanya. Namun ia juga merasa keasikan jika bersama Raga dan Rian, dan inilah yang di rasakan Evan sekarang, sangat menyenangkan jika berkumpul dengan Rian dan Raga.

"Evan" panggil Rian

"Kenapa?"

"Gimana hubungan lo sama Diora?"

"Udah mulai deket, apa emang udah deket banget?"

Evan tersenyum singkat dari pertanyaan Rian kepadanya.

"Gue belum bisa dapetin hatinya, tapi gue sekarang lagi berusaha buat ngambil hatinya."

"Kenapa nggak tembak aja?" kali ini, itu suara Raga yang memberikan saran.

Evan dan Rian sedikit terkejut

"Kenapa lo tiba-tiba berpikir kesitu?"

Raga mulai memperbaiki posisi duduknya dengan santai, lalu menatap serius Evan dan Rian.

"Gini ya...."

"Kalau Evan nggak secepatnya nembak Diora, yang ada Diora di pepet orang"

"Pasti lo pernah dengar kata-kata ini, 'Siapa cepat dia dapat' nah, kalau lo nggak segera ungkapin perasaan lo ke Diora, Diora malah pacaran sama orang lain." jelas Raga bijak, membuat Evan dan Rian menatap tak percaya Raga dengan otaknya.

"Yan, lagian Evan sama Diora udah temenan dari kecebong, nyoba buat nembak aja, kali aja si Diora juga suka sama Evan."

"Tapi..."

"Tapi apa?" tanya keduanya

"Kalau suka ya Alhamdulillah, kalau nggak suka, ya syukurilah"

Rian mengangguk dengan kata-kata Raga yang menurutnya memang ada benarnya.

"Gue dukung apa yang di bilang Raga."

Raga terkejut, padahal biasanya Rian selalu menentang apa sarannya.

"Wah, serius lo Yan?"

Rian mengangguk lagi

"Iya, dan lo Van, lo emang harus ungkapin perasaan lo secepat mungkin."