41 - Makan malam

343 51 50
                                    

Langit sore, kini berganti menjadi senja bersamaan dengan angin yang berhembus memasuki jendela balkon yang terbuka lebar, dan itu tepat dimana gadis itu duduk dan membuat rambut panjangnya tergerai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langit sore, kini berganti menjadi senja bersamaan dengan angin yang berhembus memasuki jendela balkon yang terbuka lebar, dan itu tepat dimana gadis itu duduk dan membuat rambut panjangnya tergerai.

Di sisi lain, Evan menatap lama Kalara tanpa jeda ataupun membuka suara, pikirannya tidak bisa berkata-kata lagi, Kalara sangatlah cantik, putih dan memiliki bulu mata yang lentik, membuat siapa saja bisa tertarik kepada Kalara.

"Kenapa lo nggak pacaran?" Evan tiba-tiba bersuara setelah beberapa saat terdiam.

Pertanyaan dari Evan, membuat gadis itu berhenti beraktivitas yang di awal ia sedang menggunting kertas karton, matanya beralih memandang Evan di hadapannya saat ini.

"Kenapa kamu tanyain tiba-tiba?" tanya Kalara heran.

"Maaf, gue cuman penasaran aja, lo nggak jawab juga nggak apa-apa," Evan kembali fokus membantu memotong kertas karton itu

Gadis itu mengulumkan senyumnya " Aku belum merasa cocok aja, lagian siapa juga yang mau pacaran sama aku? Aku yang gadis biasa ini." jawab Kalara.

"Jadi, kalau ada yang menurut lo merasa cocok, dan nyaman lo mau pacaran?" tanya Evan lagi dengan rasa penasarannya tentang Kalara.

Kalara berpikir sesat "Iyah gitu," jawab Kalara.

"Padahal lo cantik," puji Evan.

Mata Kalara kembali naik kembali memandang Evan, ia tak percaya dengan pujian Evan kepadanya. "Kenapa kamu mikirnya aku cantik?"

"Semua cewek itu cantik, nggak ada yang jellek."

"Ada yang sebenarnya jelek."

Gadis itu mengeryitkan keningnya" bukanya kamu bilang semua cewek itu cantik?"

"Ada yang jelek, tapi sifatnya, percuma cantik tapi sifatnya nggak baik, nggak ada yang akan bertahan dengan hubungan seperti itu."

"Kamu sendiri kenapa nggak pacaran juga?" tanya Kalara balik.

"Gue juga sama kayak lo, belum merasa cocok." jawab Evan.

"Oh" gumam Kalara singkat.

Evan yang mulai memotong bekas botol minuman, namun di hentikan Kalara cepat, ia takut jika Evan memotong dengan salah.

"Nggak usah, aku aja."

"Lo serius? Kalau lo luka gimana?" tanya Evan merasa khawatir.

"Nggak apa-apa, aku 'kan profesional." ucap Kalara dengan nada santai.

Baru saja memotong, jari telunjuk Kalara teriris pisau, apa lagi pisau itu sangat tajam.

"Ishhh....." Ringis gadis itu, ia langsung meniup jari telunjuknya dengan cepat.

"Coba gue lihat" Evan meniup dengan sabar pada luka Kalara, di sisi lain Kalara malah bergeming menatap Evan yang di hadapannya saat ini.

"Nah, gue bilang apa gue aja, sekarang lihat lo malah luka kayak gini."

𝐓𝐄𝐑𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang