75 - Persiapan

201 25 2
                                    

Sore menyapa, membuat pikiran tenang, bersama dengan gemerisik yang jatuh karena termakan usia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sore menyapa, membuat pikiran tenang, bersama dengan gemerisik yang jatuh karena termakan usia. Pukul jam stengah 4, Kinan memberhentikan mobilnya di depan rumah Kalara, sudah saatnya ia mengajak Kalara jalan bersama, sampai yang lain menyelesaikan dekorasi dan kue.

Setelah turun dari mobil, Kinan terdiam sebentar, mengingat ia datang akan bertemu dengan Iqbal juga. Di benaknya terasa bingung dan ragu-ragu berjalan.

Kinan sebenarnya tidak ingin mengambil rencana Raga, karena pertemuannya terakhir pada saat menginap waktu itu.

Gadis itu memaksakan senyumnya sesaat, agar terlihat biasa biasa saja. Ia sangat tahu jelas, Iqbal tidak sibuk dengan kuliahnya sebelum datang ke sini dan bertanya kepada Kalara terlebih dahulu.

Keraguan bertemu Iqbal, belum tentu Kinan membuang perasaanya begitu saja terhadap Iqbal, Kinan juga sudah tidak pernah memberi pesan kepada Iqbal lagi, dan hanya bisa menunggu Iqbal yang akan datang kepadanya, dan Kinan tertawa. 'apa? Iqbal yang akan datang kepadanya?"

Pikiran itu langsung dibuang Kinan, ia tahu, sangat mustahil mendapatkan hati Iqbal apa lagi Iqbal yang datang kepadanya. Tetapi Kinan akan selalu berdoa, jika Iqbal bukan takdirnya, biarkan dia bahagia dengan semestinya.

Kinan yang sudah berada di depan pintu, terdiam sebentar, sebelum akhirnya gadis itu menghela nafas panjang untuk mengetuk. Jika bukan karena Kalara, Kinan tidak akan mau datang ke sini.

"Semoga kak Iqbal nggak ada di rumah" Kinan berharap sungguh-sungguh.

"Tante"

Setelah mengetuk 3x seseorang membuka pintu, pandangan Kinan perlahan naik menatap sesosok yang membukakan pintu.

"Sore Tan...Te" ucapan Kinan terhenti, setelah melihat orang itu, bisa ditebak dia Iqbal yang membuka pintu.

Kinan termangu sesaat, menatap Iqbal, sesekali mengerjapakan matanya beberapa kali.

"Kak... Iqbal?"

Senyum Iqbal terlihat pada bibirnya, Iqbal justru menyambut kedatangan Kinan ke sini. "nyari Kalara?"

Kinan tersenyum. "Iya Kak."

"Yaudah masuk, Kalara lagi nyiram bunga di teras."

Kinan mengangguk, dan tetap berjalan, mengikuti Iqbal, jujur saja Kinan merasa canggung saat ini.

"Biasa sore gini Kalara nyiram tanaman"

Kinan tak bicara di saat mengikuti Iqbal dari belakang, hanya bisa mendengar kalimat Iqbal yang terus saja berbicara.

Langkah Iqbal seketika terhenti, pemuda itu berbalik menatap Kinan dengan tersenyum manis. "Kinan, kalau udah nyari Kalara, sesekali nyari gue juga."

Hening sesaat detik berikutnya, Iqbal tergelak setelah mengatakan itu, tetapi Kinan justru memberikan reaksi yang sedikit terkejut, cowok itu lantas berjalan melewati Kinan sesudah mengantarkan dimana Kalara berada.

𝐓𝐄𝐑𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang