43 - Siapa dia?

328 42 28
                                    

Malam itu Evan pulang dengan hawa dingin yang menjelajahi sekujur tubuh laki-laki itu, di sepanjang perjalanan, hingga akhirnya ai sampai di depan pintu gerbang rumahnya. Evan yang baru saja ingin masuk, ia tak sengaja bertemu seseorang. Ya dia Raga cowok baju kaos putih juga jaket kulit hitamnya. Nampak wajah Evan juga tak menyangka bertemu di tempat itu.

"Raga? Lo ngapain di sini?" tanya Evan yang tak jadi masuk ke dalam, laki-laki itu berhenti di depan gerbang begitupun juga Raga.

"Lo lupa? Gue habis kerja tugas prakarya sama Diora, lama banget ngerjain tugasnya sampe-sampe gue laper "

Evan hanya mengangguk "Lo laper? Lo bisa ke rumah gue makan." tawar Evan sepenuh hati.

Senyum Raga terlihat sesat menatap Evan, lalu menepuk pundaknya" nggak usah Van, gue udah makan di rumah Diora."

Evan ikut tersenyum "lo serius?" tanya Evan.

"Iya, jadi thanks atas tawarannya lain kali aja gue makan di rumah lo, tapi yang halal ya." Senyum iblis Raga terlihat jelas.

"Gue juga tau," ucap Evan yang mengerti maksud Raga.

"Gue pulang dulu, Nyokap sama Bokap gue udah nangis karena gue nggak pulang dari tadi."

"Anak mami?" tanya Evan diakhir kekehannya.

"Yah nggak lah, gue takutnya, nyokap sama bokap gue kira gue di culik," jelas Raga serius.

"Oke-oke gue paham, gue masuk dulu, Nyokap gue juga udah nunggu gue."

"Gue juga, gue mau pulang," pamit Raga.

"Yoi hati-hati" peringat Evan.

***

Evan memasuki rumah, dan itu tepat dimana Rana sudah menunggunya di depan tv.

"Kok baru pulang?" tanya Rana

"Habis kerja tugas Ma" jawab Evan lirih

"Yaudah, kamu makan dulu sana, Mama udah masakin kamu."

"Ma..." Panggil Evan lirih.

Rana menoleh menatap Evan "iya, kenapa?" tanya Rana.

"Aku udah makan di rumah temen," jawab Evan.

Rana mendekati Evan perlahan memeriksa sekujur tubuhnya, mulai dari tangan perut hingga leher namun Evan mengehentikan tangan Rana yang sedang panik.

"Mama kenapa?" tanya Evan heran.

"Kamu nggak makan apa-apa kan? Daging? Ayam?" tanya Rana panik, ia tau sifat Evan yang selalu tidak enak terhadap orang lain, itu udah terjadi beberapa kali.

"Ma, aku nggak apa-apa, Kalara tau aku alergi daging."

Rana tertunduk lusuh, biasanya lemas, ia tidak bisa berbohong. Memang ia sangat panik mengingat kejadian waktu itu bersama Diora.

Wajah Rana perlahan naik, ia menatap Evan tak lupa memegang wajah Evan dengan lembut.

"Mama takut aja kamu kenapa-napa, Mama...."

"Ma..., Evan baik-baik aja," jawab Evan lalu detik itu juga Rana memeluk Evan, baginya Evan adalah segalanya untuk Rana, dan Rana sudah menganggap Evan adalah dunianya sendiri.

Jika terjadi sesuatu pada Evan, Rana bersumpah ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Jangan ngelakuin hal fatal Evan, Mama nggak mau kamu kenapa-napa..." lirih Rana.

Evan membalas pelukan sang mama "iya Ma," jawab Evan.

***

Malam yang sunyi, gorden terbuka lebar di temani bulan dan bintang, membuat  dirinya susah untuk menutup mata. Pikirannya tidak bisa lepas tentang Kalara, gadis yang kini sudah membuat dirinya jatuh cinta lagi. Gadis yang berhasil mencintai. sepenuhnya.

𝐓𝐄𝐑𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑 [On-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang