FATE 07

25.5K 1.2K 20
                                    

“Hallo, anak Ayah? Bobo terus ih tiap kali Ayah Bunda pulang.” Bayu, suami dari Alma menghampiri dan menguyel-nguyel pipi Joe.

“Abis mimi, Kak, jadi pulas banget,” balas Sera yang sedari tadi enggan meninggalkan anaknya itu meski sudah terlelap di atas kasur.

Bayu tersenyum dan melirik botol susu yang kosong di tangan Sera. “Kakak juga yang jarang di rumah jadi ketemunya bentar-bentar, kamu belajar atau tidur gih sekarang kan sekolah lagi, biar malam ini Kakak mau tidur sama Joe.”

Sera terdiam sejenak. “Ah iya, Kak. Saya ke kamar kalo gitu,” ujarnya langsung keluar dari kamar Joe. Sera ingin sekali mencium Joe terlebih dulu tapi rasanya ia sungkan ketika berada di depan Bayu yang pembawaannya begitu berwibawa itu.

Bukannya ke kamar, Sera malah pergi ke luar dan duduk di teras memandangi bintang yang begitu banyak malam ini. Ia merasa kesepian dan hampa saat ini, Joe bukan miliknya.

“Lagi ngapain, Ra?” Kak Alma menghampiri.

“Eh, Kakak.” Sera sedikit terkejut, “Cari angin aja, Kak.”

Alma tersenyum dan duduk di samping Sera, lalu mengelus rambut Sera pelan, Alma melakukan itu penuh ketulusan.

“Ra, kamu meskipun sudah pernah melahirkan jangan pernah insecure, ya?” ujarnya yang langsung membuat Sera menoleh, Sera tidak pernah memikirkan itu sebelumnya.

“Kamu cantik, pasti banyak yang tertarik sama kamu. Kakak minta kamu jangan pernah merasa minder hanya karena kamu pernah melahirkan. Asal kamu tahu, vagina itu elastis, gak ada yang namanya longgar. Meskipun sudah melahirkan bayi bakalan tetap elastis, apalagi kalau kamu sering olahraga dan melatih otot-otot kewanitaan kamu, gak akan ketahuan kamu pernah melahirkan oleh suami kamu nanti, percaya sama Kakak.”

“Ada lho senam yang bikin kamu kayak masih virgin walaupun udah pernah melahirkan,” bisik Kak Alma sangat pelan.

“Kenapa Kakak ngomong gitu?” tanya Sera lirih.

“Karena masa depan kamu masih panjang, masa depan kamu cerah, Ra. Kamu pantas mendapatkan laki-laki baik dan menyayangi kamu sepenuh hati, kamu harus melanjutkan hidup kamu yang baru dan bahagia.”

“Kenapa Kakak gak berpikir kalau Jendra yang harus menikahi aku kayak Mama Farah?” tanya Sera menatap dalam mata Alma.

Alma terkejut bukan main. “Mama ngomong gitu?”

Sekarang Sera tersenyum miris. Kak Alma tidak mau dia menjadi istrinya Jendra.

“Kayaknya Kakak gak setuju ya kalau aku harus menjadi pendamping Jendra suatu hari nanti? Makanya ngomong gitu?”

“Nggak gitu, Ra. Maksud Kakak, Jendra itu udah jahat sama kamu, kamu lebih dari pantas dan berhak mendapatkan yang lebih dari Jendra, laki-laki yang memperlakukan kamu dengan baik dan menghargai kamu.”

“Iya, Kak. Aku ngerti, kok. Makasih atas semua sarannya.” Sera langsung berdiri. “Maaf, aku ke dalam duluan, ya,” lanjutnya dengan langkah tidak semangat.

Perlahan ia mengusap wajahnya yang basah, sebaik apapun Kak Alma kini ia merasa Kak Alma hanya membutuhkannya untuk memanfaatkannya saja, seperti saat ini butuh ASInya saja bukan butuh kehadirannya sepenuhnya.

Lalu bagaimana sekarang ini? Sera ingin pergi dari rumah itu, ia tidak ingin menjadi beban, tapi ia tak mau jika harus berpisah dengan anaknya.

Jendra saja sudah menyuruh pergi dari rumah itu, ditambah Kak Alma yang berbicara demikian. Membuatnya merasa ia benar-benar tidak diharapkan di rumah itu, mereka baik karena dia mau Joe bukan tulus menyayangi dirinya juga.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang