FATE 26

15.3K 885 15
                                    

Mungkin ini bab paling menyebalkan 😄
Bismillah dulu, biar kalian tidak berkata kasar 😄




Seperti perkiraannya, masalah besar tengah menanti. Semenjak datang ke sekolah, Sera sudah merasakan tatapan tak biasa dari murid-murid yang berpapasan dengannya terutama teman sekelasnya.

Viola, Rinka dan Milla adalah orang yang paling menunjukkan ketidaksukaannya pada Sera. Dan Sera memutuskan untuk mengabaikannya.

“Tega banget sih lo, Ser,” kata sambutan pertama dari Milla begitu Sera duduk di bangkunya.

Sera diam sama sekali tidak menggubrisnya, malah seperti tidak mendengar.

“Sebenarnya lo nganggap gue sama yang lain sahabat lo apa nggak?” cerocos Milla lagi bertanya kesal.

Marah karena tidak mendapat tanggapan, Milla menarik lengan Sera kasar dan memaksanya menghadapnya dengan membentak, “Kalo orang nanya tuh dijawab! Lo tuli apa bisu!”

Semua yang ada di kelas melirik, ini pertama kalinya seorang Milla yang pendiam berteriak dan terdengar marah.

“Mill, kok lo gini sih?” Sera mencoba membenarkan posisi duduknya.

“Bagi lo ... gue, Rinka sama Viola bukan sahabat lo, kan?” desak Milla mengembuskan napas kesal. “Main pindah gitu aja tanpa pamitan, gue sakit digituin sama lo, Ser.”

Sera mencengkeram erat rok sekolahnya dan menggigit bibirnya, kenapa harus bahas yang sudah berlalu, batinnya mendengus. Ia juga pergi tanpa pamit karena sebuah alasan.

“Dan sekarang lo diem-diem dijodohin sama Jendra di saat Jendra udah sama Viola, lo tega banget sama Viola!” ujar Milla dengan begitu lantangnya.

Semua orang ternganga, ternyata Milla bisa secerewet ini dan yang lebih mengejutkan tentang fakta Sera dan Jendra yang sudah dijodohkan.

“Eh jadi itu beneran?” seorang siswi di bangku depan berkata spontan, sepertinya berita itu memang sudah tersebar sebelumnya.

Sera memejamkan matanya, apa harus dirinya membongkar bahwa Viola sudah berhubungan dengan Jendra di saat masih bersama Sera dulu? Sepertinya mereka tidak tahu hal itu.

Milla tersenyum sinis. “Kalian gak tahu aja pas kerja kelompok di rumah Viola gue pergokin Sera sama Jendra lagi ciuman di dapur, parahnya lagi di ruang tamu ada Ardana cowok Sera lagi nungguin.”

Semua mata mengerjap tidak menyangka, Sera seperti itu? Dan yang lebih terkejut adalah Viola dengan mata memerahnya.

Viola menggebrak meja Sera keras. “Jadi, udah selama itu kalian main di belakang gue!”

“Wah parah nih si Sera,” celetuk seorang siswa menggeleng.

“Satu hal lagi manteman, yang kalian belum tahu tentang Sera dan Jendra, selain sudah dijodohkan mereka itu udah pernah bobo bareng,” lanjut Milla dengan santainya, ternyata mulutnya seorang pendiam itu lebih berbahaya di saat bicara penuh dendam seperti ini.

Mata Sera sudah memerah menahan amarahnya, tangannya terkepal ingin sekali menggampar Milla atau merobek mulutnya itu.

“Gak nyangka banget gue, Sera yang tampak baik-baik dan lugu ternyata kelakuannya kayak gitu.”

“Huuuuu.” Semua menyoraki. Sera diam dan dadanya panas sekali, tapi Sera masih bisa duduk dengan tegak dan air matanya masih tertahan belum tumpah. Sera sudah terlalu sering disakiti, jadi mendapat perundungan seperti ini biasa bagi dia.

“Mill, lo kenapa, sih?” Rinka yang sedari tadi diam menepuk bahu Milla seolah menyadarkan. Rinka lirik Viola yang kembali menunduk dan sepertinya tengah menangis lagi.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang