FATE 27

14.8K 869 20
                                    

"Gosip lo dijodohin sama Sera beneran, Jen?" tanya Haekal di jam istirahat pertama.

Jendra tertawa kecil. "Kayak cewek nanyain gosip," cibirnya.

"Serius elah, Jen. Gue denger dari Rinka." Haekal semakin mendekat pada Jendra, wajahnya begitu tampak penasaran.

"Hmm," jawab pemuda itu dengan senyuman penuh kemenangan.

"Dan lo terima itu? Maksud gue lo seneng dijodohin sama Sera?" tanya Haekal lagi benar-benar seperti mengintimidasi.

"Iyalah, gue cinta banget sama Sera," jawab Jendra dengan entengnya.

Haekal mulutnya langsung berkomat-kamit tidak jelas, tepatnya menyumpah serapahi temannya itu, diikuti dengan matanya yang memicing.

"Ngomong apaan lo?" Jendra mengernyit bingung.

"Lo mau tau gue ngomong apa?" tanya Haekal. "Lo itu brengsek, Jendra. Cowok kayak lo tuh yang menodai nama kaum adam." Haekal ingin sekali menjitak kepala Jendra namun ia tidak berani melakukannya.

"Kayak beneran cowok aja lo," cibir Jendra lagi dengan sedikit terkikik dan melangkah pergi.

"Si setan!" teriak Haekal menatap punggung pemuda itu yang kini perlahan menjauh.

Di sepanjang koridor beberapa murid menatap Jendra tak biasa, dan pemuda itu tidak mempedulikannya. Ia tahu itu pasti karena gosip dirinya dengan Sera dijodohin terus menyebar.

Asal kalian tahu saja, yang menyebarkan gosip Jendra dan Sera dijodohkan itu adalah Jendra sendiri, bukan Milla apalagi Viola. Viola justru membenci itu, gosipnya semakin menyebar. Jendra menyuruh beberapa anak menyebarkan berita itu.

Bibir pemuda itu tersungging penuh kemenangan ketika mengingat Ardana. Ardana yang terus menantang dirinya dan merendahkannya karena tidak berani mengakui Sera calon istrinya di depan semua orang.

Ardana, lo kalah sekarang.

Jendra tertawa dalam hatinya, pemuda itu detik ini juga sangat berharap bisa bertemu dengan Ardana dan menunjukkan bahwa Sera adalah miliknya.

"Jendra!" teriak seorang gadis di belakangnya begitu nyaring.

Jendra berbalik dan langsung mendapati Rinka menatapnya penuh dendam. Gadis itu berjalan cepat dan mendorong dada Jendra kasar, memukuli dada itu berkali-kali.

"Gue benci sama lo, Jendra! Gue benci!" teriaknya. "Lo udah bikin persahabatan yang gue punya hancur!"

Sebenarnya Jendra malas meladeni Rinka, tapi mendapatkan pukulan yang terus menghampiri ia akhirnya mencekal tangan gadis itu kuat.

Mereka saling tatap tajam, napas Rinka begitu memburu.

"Kalo lo gak pacarin Viola atau Sera gak bakal begini kejadiannya, persahabatan kita pasti baik-baik aja! Lo emang setan, Jendra!" teriak Rinka lagi dan tak patah semangat, kali ini ia menyundulkan keningnya yang lebar itu ke hidung mancung Jendra, begitu kuat sampai hidung itu berdarah.

"Lo!" Jendra menatap tajam ketika dirasanya hidungnya sakit dan panas, bahkan sampai pusing ke kepalanya.

Jendra ingin memukul Rinka, tapi mengingat Rinka itu hanyalah seorang perempuan membuatnya urung.

"Balikin persahabatan gue! Balikin Viola, Sera sama Milla ke semula!" teriak Rinka dengan suara tertinggi yang dia punya.

Sadar menjadi pusat perhatian, Jendra melepaskan cekalannya pada tangan Rinka dan meninggalkan gadis itu yang kini terduduk di lantai dengan putus asa.

"Sialan!" gumam Jendra menyugar rambutnya dan kembali memegangi hidungnya yang berdarah.

***

Viola membenci Sera sudah pasti, Viola juga membenci Milla yang dianggap selama ini diam saja karena mengetahui perihal Sera dan Jendra ciuman di rumahnya.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang