FATE 62

9.3K 547 26
                                    

Double up ya karena lama gak next

.

Alma dan Joe tengah berada di bandara. Mereka baru saja mengantar Bayu yang akan bertugas sebagai relawan di luar kota yang baru saja terkena bencana.

Dulu saat ditinggal suaminya walau hanya semalam Alma gak bisa, tapi sekarang biasa saja, karena ada Joe yang selalu menemaninya. Sekarang saja Alma menganggapnya quality time bersama anak semata wayangnya itu, padahal setiap hari mereka selalu bersama.

“Ih dedeknya lucu,” ujar seorang gadis kecil di samping Alma menatap gemas Joe, Alma yang mendengarnya langsung tersenyum pada gadis itu.

“Kamu punya adik?” tanya Alma melirik.

“Belum, Tante. Padahal aku mau banget, apalagi dedeknya selucu ini.” Celia, gadis itu langsung mengusap pipi Joe.

“Siapa nama dedeknya, Tan?” tanya Celia yang langsung bisa mengakrabkan diri itu.

“Joe,” jawab Alma masih dengan senyum manisnya, Alma ini sangat menyukai anak kecil, tak bosan memandang wajah manis gadis kecil itu.

“Celia!” teriak seorang pria langsung menghampiri.

“Bikin khawatir aja, ayo mama kamu nyariin,” desisnya memarahi putrinya itu.

“Maaf, Pa. Aku ngikutin bayi ini soalnya lucu.” Celia nyengir merasa tak bersalah.

Cokro, pria itu melirik Joe dan langsung terkejut, jelas ia sangat ingat bayi itu yang berada di ruangan rawat Sera dan Cokro melihat mereka seakrab itu, dan juga ketika berpapasan, tatapan si bayi yang entahlah mampu menggetarkan hatinya.

Apalagi kini Joe tersenyum menatap Cokro begitu lebarnya, tatapannya terlihat sangat bahagia. Refleks Cokro menangkup sebelah wajah bayi itu. Andai Cokro tahu kalau bayi itu adalah cucunya.

“Tante, boleh gak aku mau foto sama dedeknya?” tanya Celia dengan antusiasnya, Celia ini sudah dari lama menginginkan seorang adik.

Alma tampaknya tak keberatan, ia serahkan Joe ke gendongan Cokro dan menerima ponsel milik Celia dan mengambil foto mereka.

Namun senyum Alma tiba-tiba memudar, karena melihat sosok Sera dalam diri Celia, apalagi Celia kini gantian menggendong Joe dan mengharuskannya berfoto dari samping menyesuaikan posisi Joe.

Alma seperti melihat Sera menggendong Joe, dan itu tiba-tiba membuatnya merasa resah.

.

Deg!

Mata Ardana membulat dengan jantung yang serasa jatuh dari tempatnya. Celia mengirimkan foto Joe bersamanya dan juga papanya, angle Celia tampak persis Sera versi kecil.

Kak Nana, kalo aku ke Jakarta lagi bantu aku ketemu sama bayi ini ya? Tadi aku kelupaan nanya di mana alamatnya gara-gara buru-buru. |

“Dasar bocil bisa-bisanya mau nanya alamat orang gak dikenal!” gerutu Ardana setelah membaca chat dari Celia, ia mulai bisa menebak apa yang telah dilakukan gadis kecil itu saat bertemu Joe.

Melihat Joe bersama Celia ada rasa tak suka dalam hati Ardana, apapun yang berhubungan dengan Jendra, Ardana tidak suka.

Ia buka galeri di ponselnya dan mulai menemukan beberapa foto Sera bersama Joe, bahkan ada foto Joe bersama Ardana saat di taman wisata waktu itu. Pemuda itu tidak menghapus satupun kenangan bersama Sera.

***

Beberapa pekan berlalu.

Jam istirahat di hari pertama masuk sekolah, Sera bersama Rinka dan Milla hendak ke kantin. Mereka kompak bergandengan dan Sera yang di tengah. Antara Sera dan Milla memang agak canggung tapi keduanya berusaha menutupi dan berusaha bersikap biasa saja, apalagi sekarang Sera sudah putus dengan Ardana.

Dan entahlah, ini sangat kebetulan. Di koridor ketiga cewek itu berpapasan dengan Ardana dan secara kebetulan pula dari arah samping juga ada Jendra dan Haekal. Mereka semua refleks menghentikan langkah. Situasi macam apa ini!

Namun tiba-tiba Haekal dengan sangat sengaja bernyanyi, “Telah lama kita ... tidak bertemu ... tak pernah kudengar ... berita tentangmu ... apa kabar kamu ... Sayang ....” Dengan mata yang melirik ke setiap orang.

Lagu yang dinyanyikan Ekal itu benar-benar mewakili mereka semua, bahkan sepertinya semua murid saat ini terhadap crush, mantan atau orang spesial lainnya. Sera menatap Ardana lalu beralih ke Jendra, Milla menatap Ardana, sedangkan Ardana dan Jendra sama-sama menatap Sera, Ekal sendiri pastinya saling bertatapan dengan Rinka.

Ekal ingin tertawa karena ulahnya sendiri, ia menubrukkan bahunya ke Jendra dan menghampiri Rinka. “Apaan sih kalian pada ikutan baper, gue nyanyi buat Rinka kali,” decaknya tertawa kecil, langsung menarik Rinka dari sana.

Tinggallah Sera Milla dan Ardana Jendra, yang justru semakin canggung. Lagu yang dinyanyikan Ekal barusan benar-benar mewakili mereka, terutama Sera Ardana yang masih terbilang baru putus dan tidak lagi bertemu setelah putus di rumah sakit tiga pekan lalu itu. Pasti begitu berat untuk keduanya, terutama Ardana karena putus mereka itu sangat mendadak, mereka dipaksa menjadi orang asing saat itu juga.

“Apa kabar, Ser?” Dua pemuda itu malah bersamaan menyapa dengan kalimat yang sama.

Sepertinya episode-episode yang telah lalu akan terulang kembali, batin Sera miris karena melihat Ardana dan Jendra saling melirik sinis.

“Gue denger kalian udah putus, ya?” tanya Jendra mengangkat kedua alisnya, tentu saja Jendra sangat senang dengan kenyataan itu.

Sera dan Ardana sama-sama diam, entah kenapa mereka sama-sama enggan menjawab.

“Gue kira Ardana bakal lanjut sama Milla,” celetuk Jendra lagi begitu menyebalkan di telinga Ardana.

Mendengar nama Milla disenggol Sera dengan cepat bersuara, “Kabar gue kayak yang kalian liat, baik,” ujarnya tersenyum lebar, ia tidak mau sampai Milla tersinggung atau merasa tidak enak padanya.

Tatapan Ardana begitu dalam menatap Sera, apalagi saat perempuan itu tersenyum hatinya langsung terasa seperti tertusuk. Dulu setiap hari mereka selalu saling bertukar kabar, dan secara mendadak mereka harus menjadi asing. Itu begitu menyakitkan bagi Ardana, bahkan matanya sekarang berkaca-kaca.

Sedangkan Jendra melihat senyuman Sera yang begitu cantiknya hatinya langsung berbunga-bunga, ditambah kenyataan Sera yang bukan lagi milik Ardana semakin membuatnya bahagia tak tertolong.

“Kita duluan, ya?” ujar Sera lagi merapatkan pegangan tangannya pada Milla dan segera berlalu dari hadapan dua pemuda itu.

Di perjalanan Sera kembali melirik Milla sambil tersenyum, ia yakin Milla tidak baik-baik saja.

Dan benar saja, dengan wajah murungnya Milla langsung berkata lirih, “Gue masih ngerasa bersalah, Ser.”

Sera berdecak, “Udah gue bilang berkali-kali, gue putus sama Ardana bukan gara-gara lo tapi ada masalah lain.”

Milla masih memasang wajah sendu, mendadak ia merasa kasihan pada Sera, karena mengingat sahabatnya itu pada awalnya adalah bahan taruhan Ardana dan Jendra. Ia sendiri memilih diam, tidak mau memberitahukannya pada Sera karena pasti akan sangat melukai.

tbc

Kayaknya ini masih panjang deh, nyampe 100 bab gapapa ya? 😄

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang