Sera terkejut melihat Viola yang menenggelamkan wajahnya di atas bangku dan terdengar isakan kecil. Rinka di sisinya mengusap pelan punggungnya.
“Kenapa Vio?” tanya Sera berbisik ke Milla.
“Diputusin Jendra.” Milla menjawab pelan. “Gak ada hubungannya kan sama lo?”
“Hah?” Sera semakin terkejut karena tuduhan Milla itu.
“Jujur aja, Ser. Jangan ada yang ditutup-tutupi. Gue masih inget omongan lo pas pertama kali balik ke sekolah ini, lo bilang kalo harus rebutan Jendra lo bakal menang,” ujar Milla berbisik dan sesekali melirik Viola dan Rinka.
Lidah Sera tiba-tiba kelu untuk menjawab.
“Lo udah gak virgin kan sama Jendra?” Seketika mata Sera membulat dan menatap sengit.
“Kok lo jadi nuduh-nuduh gue gini, sih?” tanyanya memekik, seisi kelas bahkan mendengar pekikan itu dan melirik ke arahnya, terutama Viola dan Rinka.
Milla sebenarnya bukan mau jahat ke Sera, tapi ia masih kesal saat mengingat pernah memergoki Jendra yang mencium Sera di rumah Viola waktu itu. Selama ini ia menyimpannya sendiri dan tidak membocorkan rahasia itu kepada siapapun. Tapi, setelah melihat Viola diputusin Jendra begini ia tidak bisa menahannya lagi.
“Kalo lo ngaku sahabat gue, lo gak bakal ngerahasian apapun dari gue,” desis Milla bersidekap dan memutus kontak mata dengan Sera, ia palingkan wajahnya ke sisi.
“Lo berubah setelah lo ngilang tanpa jejak, sebenarnya apa yang lo sembunyikan?”
Sera menggigit bibir, gertakan Milla barusan benar-benar membuatnya ketakutan. Ia takut hal yang ia rahasiakan mati-matian itu sampai ketahuan, ia takut baby Joe kena imbasnya.
“Ser, pindah deh bangku lo sama Viola lagi. Dari awal kan Viola harusnya sama lo. Lurusin kesalahpahaman antara kalian.” Beruntungnya Rinka mencoba menggeser tubuh Sera dan membuat tubuh mereka bertukar posisi.
“Vi,” panggil Sera agak kikuk. Bingung harus memulai dari mana.
“Gue mau ke UKS, nenangin diri. Ser, lo harus temenin gue.” Viola bangkit dan berjalan begitu saja keluar kelas.
Sera meneguk ludahnya dengan kasar, ia merasa Viola memang sengaja mengajaknya menjauh dari keramaian, dan sepertinya Viola menunggu Sera sedari tadi menghampiri.
Mau tak mau akhirnya perempuan itu menyusul Viola, ia harus menyiapkan diri kalau-kalau Viola menyerangnya dalam bentuk apapun itu.
“Jendra ngajak putus tapi gue gak mau,” ujar Viola begitu Sera menginjakkan kaki di ruangan itu. Viola tak mempedulikan ada adik kelas di sana yang tengah berbaring dan benar-benar butuh istirahat.
“Jendra ngasih alasan apa?” tanya Sera mencoba mengatur napas, tiap detiknya Sera terus berhati-hati.
“Bosen.”
“Brengsek.” Sera mendesis mengepalkan tangannya.
Viola tersenyum miring mendengar desisan Sera membenarkan. “Tapi gue ngerasa dia punya cewek lain deh.”
“Hah?” Mata Sera mengerjap.
“Jendra tuh akhir-akhir ini berubah, dia gak ada waktu buat gue. Dia juga udah gak pernah lagi ngirimin foto-foto baby Joe.” Viola merengut dan mulai beringsut duduk di atas bangsal.
Mendengar nama anaknya disebut raut wajah Sera berubah begitu jelas, ada sedikit perasaan lega.
“Waktu pacaran sama lo gitu gak sih? Karena bosen juga kan alasannya?”
Sera terperangah, pertanyaan itu justru seperti membuka lamanya. Sera yang diputusin tepat di hari Sera memberitahu kalau dirinya tengah hamil, tepat di hari Sera dipukuli Mamanya dan diusir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...