FATE 47

10.4K 620 10
                                    

Wajah Sera makin merengut saat membaca chat yang mengatakan bahwa pacarnya itu sudah menunggu di luar gerbang sekolah. Pertengkaran mereka ternyata tidak bisa dihindarkan, Ardana terus menunjukkan rasa kesalnya.

Dan saat tiba di luar gerbang Sera tak mendapati motor Ardana, ia langsung berdecak kesal. Namun sebuah tangan menariknya membuat perempuan itu terkejut saat menyadari itu adalah pemuda yang dia cari.

Panas-panas gini pakai hoodie ditudung pula? Sera ingin mengomentari penampilan Ardana hari ini, tapi ia urungkan karena ia juga kesal karena Ardana yang tidak mau mengerti.

“Ayo, masuk.” Si pemuda membukakan pintu mobil Lucas yang masih belum ia kembalikan itu.

Ingin bertanya kenapa pakai mobil, lagi-lagi Sera menahannya. Ia hanya masuk dengan wajah masih merengut kesal. Dan tentu saja Ardana yang tidak sekolah namun menjemput pulang Sera itu tak luput mendapat perhatian dari siswa siswi yang sama-sama mau pulang.

“Kalo aku gak jemput pasti kamu dianterin Jendra, kan, sampe ke tempat kerja kamu?” ujar Ardana begitu menyusul masuk dan duduk di samping Sera.

Perempuan itu melirik tajam. “Kamu tu kenapa sih, Na? Aku gak berduaan sama Jendra, di sana aku sama Rinka, tapi Rinkanya duluan pergi terus gak lama aku nyusul,” ujarnya dengan napas memburu.

Ardana menyunggingkan senyum sinisnya, ia ambil ponselnya dan menunjukkan kembali foto Sera bersama Jendra.

“Kamu liat ini! Kamu pikir aku bego! Di sini kamu nahan nangis!” ujarnya dengan nada tinggi, Sera sedikit terkejut karena baru kali ini Ardana menaikan nada bicaranya, bahkan pacarnya itu sangat tampak marah.

Ardana melanjutkan, “Atau jangan-jangan selama ini kamu masih cinta sama dia? Iya?”

Air mata Sera menetes, Ardana semakin membentaknya, dan tuduhan itu begitu menyakitinya. Sera kecewa, harusnya Ardana bertanya baik-baik mengapa Sera terlihat sedih saat mengobrol dengan Jendra, bukannya main tuduh seperti ini.

Sera mulai terisak dan bicara lirih, “Aku pikir kamu bakal percaya kayak aku selalu percaya kamu.”

Deg.

Hati Ardana mencelos mendengarnya, Sera mempercayainya dan semalam dirinya hampir mengkhianati kepercayaan itu. Dan karena kejadian semalam pula yang membuatnya cemburu buta, dirinya yang berbuat salah dan takut Sera juga melakukan hal yang sama di belakangnya.

“Iya aku sedih, aku nangis, karena Jendra ngasih tahu aku kalo Joe sakit sampe dirawat. Aku sama Jendra gak ngobrolin apa-apa lagi, hanya sebatas Joe.” Sera semakin terisak karena harus diingatkan lagi dengan anaknya.

Ardana mengusap wajahnya dengan kasar, lagi-lagi tentang bayi itu. Ardana ingin protes dan marah lagi saat ini, tapi dengan melihat Sera yang tampak begitu hancur, ia harus menahannya.

“Kamu berniat buat temuin Joe?” tanya Ardana datar.

Sera menggeleng. “Jendra ngajak tapi aku gak mau.”

Mendengar jawaban Sera Ardana langsung merasa lega, karena itu artinya Sera benar-benar menjaga jarak dari Jendra dan keluarganya.

Ardana tarik Sera ke dalam dadanya dan merengkuhnya erat. “Maaf, Sayang. Aku udah marah-marah hari ini,” lirih pemuda itu penuh penyesalan.

“Maaf, aku udah sakitin kamu, maaf,” lanjutnya lagi dengan mata terpejam, dan tangannya tak henti mengusap kepala Sera.

Kata maaf yang sebenarnya Ardana tujukan untuk kesalahannya  bersama Milla tadi malam.

“Kamu aneh banget hari ini,” ujar Sera yang langsung membuat Ardana membuka mata dan melepaskan pelukannya.

“Pokoknya aku minta maaf atas semua yang sudah aku lakukan.” Tak mau peduli, pemuda itu dengan cepat menggenggam kedua tangan Sera dan mengecupnya.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang