Tidak seperti pagi kemarin, pagi ini Sera bangun sebelum subuh, masak nasi walau ia tinggal sendiri dan telor mata sapi sebagai lauknya. Mencuci baju dengan tangan dan sudah menjemurnya di pagi buta ini. Ia juga sudah siap dan mengenakan seragam sekolahnya.
Dan sarapan sendiri itu gak enak, awalnya dia mau mengajak Alea tapi sepertinya Alea belum bangun.
Kini ia duduk termenung melihat ponselnya, menunggu Ardana memberi kabar, Sera khawatir pacarnya itu kenapa-kenapa. Dan Sera berharap pagi ini menjawab semuanya, Ardana menjemputnya dan ia bisa melihat kalau pacarnya itu memang baik-baik saja.
Karena bosan Sera pun scroll Instagram dan tak sengaja menemukan postingan Jendra bersama Joe. Seketika itu air matanya menetes dibarengi dengan senyuman, hatinya merasa sakit melihat Joe yang terlihat lebih kurus dari saat terakhir ia melihatnya.
“Bayi gemoyku kenapa kurus, hah? Kamu sehat-sehat, kan, sayang?” lirihnya mengusap wajah Joe di layar ponselnya itu hingga tak sengaja menekan love.
Hatinya semakin teriris karena caption yang ditulis Jendra adalah he misses you. Seketika itu tangis Sera pecah, ia ingin memeluk Joe saat ini juga dan mengatakan kalau dirinya juga merindukan malaikat kecilnya. Ia tahu Jendra menunjukan itu untuknya.
Ini terlalu menyakitkan untuknya, dengan cepat Sera menutup layar ponselnya dan menyimpan di lantai. Dari dulu Joe adalah kekuatannya, dan sekarang kekuatannya jauh darinya.
Sera menelungkupkan wajahnya di kedua lututnya dan menangis karena merindukan Joe. Sesakit dan seberat inikah merindukan seorang anak yang ia lahirkan sendiri? Apa mamanya juga merasakan hal seperti ini karena meninggalkannya? Sera memegang dadanya yang sesak luar biasa.
Ponsel Sera tiba-tiba berdering, ia dengan cepat berhenti menangis dan mengusap kasar wajahnya.
Melihat nama Ardana yang tertera membuat hati Sera sedikit lebih baik, dengan cepat ia mengangkatnya.
“Hallo, sayang,” panggil Ardana di seberang sana.
“Na, kamu ke mana aja? Kamu gapapa, kan?” tanya Sera dengan terburu-buru.
“Aku gapapa, aku minta maaf semalam gak jadi jemput kamu dan gak sempet ngabarin kamu, mama aku sakit,” ujarnya beralasan.
“Ya Allah, Na. Moga mama kamu cepet sembuh ya? Kamu sekarang di mana?”
Beberapa detik Ardana diam. “Aku lagi di rumah sakit, kemungkinan aku juga gak bisa sekolah.”
Sera mau kecewa mendengar Ardana tidak sekolah tapi mengingat pacarnya itu mementingkan ibu kandungnya ia tidak bisa melarang.
“Iya gapapa, kamu harus jaga mama kamu. Semaleman aku khawatir lho takut kamu kenapa-kenapa, mana gak ngabarin.”
Ardana mendesah pelan karena merasa bersalah.
“Semalam kamu pulang sama siapa?” tanyanya dengan sendu, andai Sera tahu semalam dirinya dengan Milla hampir melakukan kesalahan besar.Sera langsung diam, ia bingung untuk jujur atau tidak. Kalau jujur diantar Tama takutnya Ardana cemburu. Kalau tidak jujur ia sudah janji untuk tidak menutupi apapun.
“Aku pulang sama pemilik cafe, Na. Kebetulan dia liat aku nungguin kamu sendirian,” ujar Sera akhirnya memilih jujur.
“Oh syukurlah.” Ardana merasa lega tapi ia merasa suara Sera saat ini beda dan mencurigakan.
“Sera, kamu nangis?” tanya Ardana pelan.
“Hah? Nggak kok, aku baru bangun makanya suaraku gini,” dustanya menegakan tubuh dan berusaha menormalkan suaranya. Padahal baru saja dia berjanji takkan menutupi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...