FATE 02

46.1K 1.8K 98
                                    

“Eh bangun.”

“Dek, udah siang nih, bangun.”

Sayup-sayup Sera mendengar suara dan saat membuka matanya benar saja, seorang wanita muda dan sangat cantik berada di depannya.

“Ngapain tidur di sini?” tanya wanita itu begitu ramah.

“Maaf kalo gak boleh, Kak.” Sera dengan cepat bangkit takut-takut kalau wanita itu petugas di apartemen itu pikirnya.

“Eh, eh. Luka-luka kamu ...,” lirihnya melihat luka Sera dari atas ke bawah.

“Bukan perbuatan Jendra, kan? Bukan Jendra kan yang udah pukulin kamu ini?” lanjutnya meringis.

Sera yang baru tersadar ikut terkejut dengan luka dan memar di seluruh tubuhnya ia sentuh wajahnya juga terasa sakit.

“Apa emang bener Jendra pelakunya?”

“Nggak, Kak,” potong Sera cepat. “Tapi ... ini ada hubungannya sama Jendra.”

Wanita yang baru saja bernapas lega ini matanya kembali membulat resah.

“Kakak siapanya Jendra?” tanya Sera takut-takut tetapi memiliki sedikit harapan.

“Saya satu-satunya kakaknya, dia ngapain kamu? Dia sakitin kamu? Ayo bilang ke kakak!” Sesuai dugaan wanita itu kakak Jendra karena begitu mirip. Sebelum sedingin sekarang tentu Jendra pernah menjadi orang yang sangat baik bagi Sera dan bercerita tentang keluarganya.

“Kak Alma? Kakak dokter kandungan?” Si wanita langsung mengangguk.

“Aku mau jujur satu hal, tapi tolong Kakak janji dulu, jangan marah sama aku apalagi pukulin aku sampai aku kayak gini,” lirih Sera mengigit bibirnya, ia ingin menggantungkan harapan pada keluarganya Jendra. Keluarganya harus ikut bertanggung jawabkan atas apa yang dilakukan anaknya.

Tidak apa-apa jika keluarga Jendra tidak mau menerimanya sebagai pacar dari Jendra, tidak apa-apa ia diaborsi paksa, tidak apa-apa ia langsung dibuang juga. Yang Sera mau saat ini keluarga Jendra tahu tentang semua kelakuan anaknya itu, biar adil, karena dirinya pun sudah diusir mamanya.

“Apa sih?” Alma penasaran.

“Aku hamil,” ujar Sera cepat. “Anaknya Jendra.”

Alma ternganga mendengarnya, ingin menyumpah serapahi adiknya.

“Tapi Kakak gak usah khawatir, aku sama Jendra mau gugurin kandungan ini secepatnya, aku gak bakalan bikin malu kalian,” ujar Sera masih tetap tersenyum meskipun hatinya begitu perih mengatakan itu semua.

Alma terdiam cukup lama, sampai akhirnya bersuara, “Luka-luka kamu ini ....”

“Ini dipukulin mama aku karena kehamilanku, aku juga diusir, Kak,” jawab Sera masih dengan senyuman yang sama.

“Astaga kasihan sekali kamu, sini.” Alma menarik Sera ke dalam pelukannya dengan air mata berlinang.

“Jangan, jangan gugurin kandungan kamu. Kakak yakin bayi ini adalah anugerah, kita pulang sekarang ya kita temui Mama aku sama Mamanya Jendra juga.”

***

“Eh bego! Tolol! Idiot! Ngapain pake ngadu sama keluarga gue, hah?” Maki Jendra mendorong Sera.

“Jendra! Jangan kasar kamu sama perempuan!” Seorang wanita dengan beberapa kerutan di wajah menghampiri, menatap tajam Jendra. Wanita itu diketahui bernama Farah.

“Jangan sakiti anak Mama! Kamu gak liat kondisinya?” Farah memeluk Sera dan mengelus kepalanya penuh sayang.

“Sejak kapan anak Mama itu dia! Anak Mama itu aku!”

“Sejak kamu hamilin dia, Jendra! Kamu harus tanggung jawab! Jangan jadi laki-laki pengecut!”

“Ma, si Sera aja ni yang yang gampangan dan jalang! Dari banyak cewek yang aku pacarin cuma dia yang mau-mau aja aku ajak tidur.”

“Jendra!” teriak Mamanya! “Jangan coba-coba lagi kamu pandang hina wanita manapun, hormatin mereka seperti kamu menghormati Mama!”

“Aku gak peduli bentuk tanggung jawab kalian ke Sera mau gimana, yang pasti jangan sampe kalian menikahkan aku sama dia! Aku sama dia udah gak ada hubungan apa-apa!” tegas Jendra langsung melenggang pergi dari rumah itu.

Sera dengan cepat menghapus air matanya, setiap perkataan Jendra barusan begitu menyakiti hati dan juga harga dirinya.

“Sera, perkataan Jendra barusan jangan masukin hati, ya? Tempramen dia emang berubah setelah papanya meninggal, terbiasa dimanja sama papanya sedari kecil.”

Sera hanya mengangguk dan mencoba memahami Jendra.

“Sera, kamu tahu? Sudah sangat lama Mama menginginkan seorang cucu, Alma sudah menikah 12 tahun lamanya dan tidak ada harapan lagi. Dengan hadirnya kamu dan bayi kamu Mama rasa itu sebuah hadiah dari Tuhan yang dikirimkan buat Mama.”

“Jaga baik-baik cucu Mama, ya?” pinta Mama mengusap perut datar Sera dan gadis itu langsung mengangguk.

Sedangkan Jendra saat ini tengah berada di kamarnya di rumah itu, keadaannya benar-benar kacau. Sangat tidak menyangka Sera berani membicarakan kehamilannya pada keluarganya.

“Jen, kamu gak usah khawatir. Kakak cuma mau bayinya, kakak butuh penerus keluarga kita. Kakak dan suami kakak sama-sama gak bisa punya anak, anak kamu itu akan kakak besarkan sebagai anak kakak,” bisik Kak Alma sangat pelan.

“Selamanya kamu gak boleh mengakui itu anak kamu, itu anak Kakak. Apapun yang terjadi kamu hanya sebagai om dari anak itu, apalagi Sera, anak itu gak akan mengenal Sera sama sekali. Ngerti kan, kamu?”

Jendra hanya mengacak rambutnya asal, ia masih belum bisa menerima dan membayangkan semuanya, bisakah ia benar-benar hanya menganggap anak itu keponakannya?

“Jen, Kakak mohon, kasihanilah Kakak. Kakak gak bisa punya anak, Mas Bayu juga gak bisa, kita sama-sama mandul. Ini hal bagus, Jen. Kakak gak usah adopsi anak yang gak jelas asal usulnya, Kakak bisa besarin anak kamu, nantinya juga warisan Kakak gak bakalan turun ke anak orang, ini hal bagus, Jen.” Alma menggenggam tangan Jendra sangat erat, wajahnya begitu memelas.

“Terserah Kakak aja, urus Sera, aku gak mau ikut-ikutan,” balas Jendra menghela napas beratnya.

“Iya, kamu tenang aja. Kakak janji gak bakal buat kamu nikah sama Sera, Kakak juga gak setuju punya adik ipar dia. Pokoknya masa depan kamu gak bakalan terganggu.”

***

Dan akhirnya Sera tinggal di rumah keluarga Jendra dan Sera diperlakukan dengan sangat baik oleh kakak dan ibu Jendra. Kak Alma yang kebetulan seorang dokter kandungan membuat Sera tidak harus bolak balik ke rumah sakit untuk mengecek keadaan bayinya, dan itu sangat menguntungkan membuat tidak ada satu pun orang luar tahu tentang Sera di rumah itu.

Kak Alma harus berpura-pura hamil di depan semua orang, karena rencananya saat bayi Sera lahir dia akan bersandiwara seolah-olah dirinya yang melahirkan. Satu hal lagi, keluarga Jendra rela memberhentikan pembantu di rumah mereka.

Licik? Memang. Tapi, menurut Kak Alma itu adalah yang terbaik untuk semuanya, dan tidak ada hal yang licik karena semua diuntungkan. Sera pun meskipun tengah hamil ia tetap melanjutkan sekolahnya dengan home schooling, dan setelah lahir nanti Kak Alma akan kembali membuat Sera bersekolah di sekolah umum karena anaknya sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya, dan Sera bisa melanjutkan hidupnya seperti Jendra.

tbc

Butuh cerita Jendra Sera pas pacaran gak?

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang