Satu bulan sudah berlalu, dan hari ini Sera sangat happy karena tanggal merah. Ia bisa bersantai-santai dan sore harinya pergi kerja ke cafe. Hubungannya dengan Ardana begitu-begitu saja, ia jalani apa adanya dengan mulus dan tanpa cekcok.
Jika itu hari Minggu biasanya Sera ada kerjaan lain, apa saja ia lakukan tidak tetap, mencuci piring juga ia lakukan. Sambil tanya-tanya ke setiap orang yang ditemuinya apa ada lowongan pekerjaan yang cocok untuk dirinya yang masih sekolah, karena jujur ia tidak nyaman bekerja di cafe milik Tama, ia tidak bisa terus kerja di cafe itu.
“Keripik buatan lo ini? Enak banget!” Alea dengan wajah terkejutnya memasukan suapan keduanya ke mulutnya.
“Iyalah,” jawab Sera cepat.
Alea menepuk tangannya sekali dan mulutnya begitu penuh. “Sumpah ini enak banget, bisnisin, Ser! Bikin usaha!” pekik Alea dengan ekspresi nikmatnya, lidahnya serasa dimanjakan.
Sera berdecak. “Gak segampang itu lah, Al.”
“Ck. Gue bantu deh buat promo sama pasarinnya! Serius!” ujar Alea menatap pasti temannya itu.
Sera tak mau mendengar ucapan Alea dan sibuk dengan ponselnya saja, ia tidak kepikiran untuk membuka usaha seperti itu, mengingat mamanya dulu yang jualan gorengan begitu repotnya, apalagi dengan Sera yang posisinya sambil sekolah dan juga kerja part time.
“Tunggu bentar, ya? Gue balik lagi!” Alea berlari keluar dan tidak sampai lima menit kembali lagi.
Alea ternyata membawa sekantong isi plastik kecil dan juga lilin, tanpa basa-basi Alea memasukan keripiknya ke kantong-kantong itu dan mengemasnya dengan rapi.
“Nih 20 kemasan kita simpen di warung bude, kalo laku cepet kita bikin lagi dan simpen di warung lainnya,” ujar Alea dengan semangatnya dan langsung berdiri siap mengantarkan keripik itu.
“Lo pikir bikinnya gak capek apa! Gue aja bikinnya maksain karena buat ngirit, gue bisa makan sama keripik aja gak usah beli lauk,” ujar Sera mengembuskan napas beratnya.
“Nah itu, kita juga bisa simpen di warung-warung makan juga!”
Dan tahukah kalian, setelah hari itu Sera mendapatkan banyak pesanan keripik singkong, dan tentu saja itu ulah Alea yang rajin mempromosikannya sampai ke tempat kerjanya.
Dan setiap hari Minggu kini Sera kerjanya mengolah singkong menjadi keripik, padahal awalnya ia hanya iseng dengan singkong yang ia dapatkan percuma di pasar dan sugunya pun yang plastik.
Sera tak menyangka bahwa untungnya lumayan, ia juga bisa memberikan pekerjaan kepada dua anak gadis SMP di lingkungan kosannya itu. Dua anak itu membantu Sera dalam hal cuci mencuci, mengupas, memotong dan mengemas, Sera hanya fokus memasaknya.
“Orang miskin kek kita ini harus rajin putar otak, apapun keahlian dalam diri harus dimanfaatkan buat hasilkan cuan,” ujar Alea yang bertugas memasukan keripiknya setelah sebelumnya ia timbang.
“Iya, Kak, bener. Padahal kenapa gak dari dulu, aku jadi bisa bantu ibu ringanin uang jajan aku,” balas Anisa.
“Dasar tuh Si Sera!” julid Alea mengkedikan bahu.
Sera hanya diam saja dengan sudut bibir tersungging senyuman, dalam hati ia sangat bersyukur dipertemukan dengan Alea. Sera merasa Alea sengaja Tuhan kirimkan untuknya untuk bangkit.
“Ser, lo juga harus promosiin ke temen-temen di sekolah lo, atau masukin ke kantin sekalian,” ujar Alea lagi dengan semangat yang selalu menggebu.
“Oke, lain kali,” balas Sera mematikan kompor dan meniriskan singkong terakhirnya itu. Cuman bagian masaknya saja ia sudah kepayahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...