FATE 08

23.5K 1.1K 34
                                    

Di sekolah, kian hari Sera dan Ardana semakin dekat, sedangkan bersama Viola yang dulunya sangat bersahabat dekat mulai jauh. Tidak hanya Viola, dengan Rinka dan Milla pun Sera mulai jauh, ia sudah merasakan perbedaan ketiga temannya itu, mereka tidak sama seperti dulu.

Meski begitu, antara ke empat bersahabat itu tidak menunjukkan mereka ada masalah, mereka tampak baik-baik saja, tepatnya Sera yang jarang berkumpul bersama mereka lagi. Terutama di saat ada Jendra, Sera tidak bisa, bagiamana pun juga Sera merasa cemburu dan panas melihat Jendra dan Viola.

“Gue bilang apa kan, Sera selalu pergi disaat Jendra nyamperin gue. Kayaknya dia emang masih suka sama Jendra,” ujar Viola dengan ketus, kembalinya Sera ke sekolahnya justru membuatnya merasa terancam.

Milla dan Rinka saling lirik, mereka mau cerita dan mengiyakan tapi takut memperburuk keadaan.

“Biarin lah, malah lebih baik menurut gue. Daripada Sera terus-terusan nempel di Lo pas Lo sama Jendra, kan?” balas Rinka dan diangguki Milla.

Padahal yang sebenarnya terjadi, di setiap jam istirahat tiba, menjadi rutinitas Sera untuk membuang ASInya di toilet terlebih dulu dan itu membutuhkan waktu yang lama. Sera tidak ingin kejadian ASI merembes keluar saat bersama Ardana kembali terulang.

“Jangan-jangan iya lagi mereka masih ada hubungan di belakang gue,” ujar Viola mendengus sebal.

“Gitu banget Lo sama Sera, gitu-gitu dia sahabat baik Lo dulu, Vi.” Rinka berdecak kecil.

“Sahabat? Kayaknya sekarang nggak lagi,” ketus Viola dengan angkuh.

Milla mengerucutkan bibirnya sedih, mengingat mereka dulu berempat begitu dekat dan tidak terpisah. “Masa gara-gara cowok doang sih persahabatan ancur,” lirihnya.

Viola melirik tajam. “Sera yang ngejauhin kita, ya, Mill. Tiap jam istirahat tiba dia suka ngibrit gak tau ke mana kan?” ujarnya tersenyum sinis.

“Lagian gue gak pernah ngerebut Jendra dari Sera, kalian tau sendiri, mereka putus dulu baru jadian sama gue.”

Milla dan Rinka saling lirik lagi, mengingat kalau Sera gak pernah nganggap putus, yang artinya tidak ada kejelasan tentang hubungan Sera Jendra pikir mereka.

“Biarin aja sih, mungkin Sera lagi pedekate sama Ardana, makanya jarang kumpul sama kita,” ujar Rinka yang langsung menutup mulutnya karena ia lupa kalau Milla menyukai Ardana.

“Cinta lama yang tertunda?” sahut Viola sedikit tenang Sera dengan Ardana yang artinya tidak akan ada kesempatan Sera balik ke Jendra.

“Sama aja kayak Lo, Viola. Kalau ada Jendra Lo gak kumpul sama kita,” ujar Milla kini dengan ketus, ia kesal dengan kenyataan Sera malah dekat dengan Ardana. Setelah itu Milla melenggang pergi meninggalkan kedua temannya.

Padahal baru saja Milla bilang masa gara-gara cowok persahabatan hancur, tapi ketika membahas Ardana dan Sera ia langsung menunjukkan ketidaksukaannya itu.

“Kenapa sih, dia?” tanya Viola bingung melihat mood Milla yang berubah drastis.

“Milla suka Ardana,” bisik Rinka pelan.

“Hah serius? Kok gue gak tau?” pekik Viola.

“Karena Lo sibuk terus sama Jendra,” balas Rinka dengan gemasnya.

Viola hanya tersenyum malu saja, entah dirinya yang terlalu menempeli Jendra atau Jendra yang enggan jauh darinya.

“Ardana cocokan sama Milla atau Sera? Sera, kan?” bisik Rinka yang kini mengapit lengan Viola.

“Iya, Sera. Mana pantes cewek kayak Milla sama Ardana,” decak Viola tertawa meremehkan dan tawa itu diikuti oleh Rinka.

Mereka bilang mereka berempat bersahabat, tapi entahlah kenapa saat di belakang mereka saling membicarakan dan meremehkan. Di manakah itu letak ketulusan dalam menjalin persahabatan?

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang