Senin pagi di sekolah, orang tua Ardana dan orang tua Milla memenuhi panggilan untuk datang ke sekolah, termasuk Cokro yang Sera sendiri tidak tahu papanya ada di sekolah saat ini. Rupanya surat yang memang harus Sera berikan tidak sengaja terjatuh saat Sera mengambil ponselnya dari tas ketika itu.
Cokro tak hentinya menatap putrinya itu, ia merasa lega karena Sera tetap baik-baik saja setelah kejadian malam itu. Sedangkan Sera jemarinya saling meremas gelisah, ia tidak menyangka Cokro bisa datang, bukankah harusnya papanya itu kembali ke Malang hari kemarin?
Ini masalah yang serius, begitu lamanya mereka terus berdebat dan saling memberikan saran agar anak-anak mereka tetap bisa sekolah karena ujian sudah di depan mata. Bahkan orang tua Milla menyarankan untuk tes keperawanan saja untuk membuktikan bahwa mereka tidak sampai melakukan hubungan suami istri. Gila memang, dan hal itu cukup membuat Sera gemetar. Jika itu sampai terjadi, ia yang pernah melahirkan pun bisa saja ketahuan jika tes itu sampai dilakukan. Untungnya solusi itu tidak disetujui pihak sekolah.
Dan keputusan akhir adalah uang yang selalu berkuasa. Mereka bertiga tetap sekolah dengan membayar denda yang cukup besar, uang itu digunakan untuk beasiswa beberapa murid di tahun ajaran baru. Lebih tepatnya orang tua mereka menjadi donatur sekolah.
Ardana dan Milla bernapas lega, tapi tidak bagi Sera, karena ia merasa berhutang pada papanya yang harus mengeluarkan banyak uang itu, karena itu artinya dirinya bergantung pada papanya.
Setelah semua selesai mereka keluar dari ruangan itu, tiba-tiba ada sebuah celetukan, padahal pintu baru saja tertutup.
“Saya tidak menyangka kita akan menjadi besan, Pak Indra.” Papanya Milla lah yang bersuara, ternyata mereka saling mengenal sebagai mitra dan pernah beberapa kali bekerja sama.
Ardana dan Milla dengan cepat melirik pria paruh baya itu, sama-sama terkejut dan Ardana merasa harus meluruskan tapi ini bukan waktu yang tepat. Ardana juga melirik Sera yang hanya menunduk.
“Wah siapa sangka, ya?” balas Indra tak kalah antusiasnya, ia yang tengah diselimuti marah karena kelakuan Ardana itu dan tengah bingung karena kehadiran Cokro tiba-tiba mereda saat mendengar celetukan papanya Milla.
“Bisalah kita bicarakan pertunangan sebagai bentuk pertanggungjawaban dari video anak-anak kita?”
“Papa!” potong Milla cepat. “Ini sekolahan, kenapa harus ngobrolin itu di sini, di koridor pula? Lagian aku sama Ardana gak pacaran,” ujarnya menahan malu, apalagi sedari tadi dirinya hanya diam.
Tangan papanya mengepal erat, ingin sekali menampar wajah putrinya itu yang sudah berani menyela ucapannya yang artinya mempermalukannya di depan keluarga Ardana.
Sedangkan Anggi sang mama dari Ardana ia hanya diam, ia tahu cerita dari Ardana kalau pacar sebenarnya itu adalah Sera dan bersama Milla hanyalah kecelakaan. Tapi bukan karena itu wanita paruh baya itu diam, tetapi karena kehadiran Cokro sang adik ipar yang menjadi pertanyaan di benaknya. Cokro datang sebagai ayah Sera?
“Kamu hutang penjelasan sama mbak, Cokro,” bisik Anggi, matanya begitu tajam. “Awas saja kalau kamu menyakiti adik saya!” lanjutnya langsung berjalan cepat menyusul suaminya dan orang tua Milla.
Menyisakan Sera bersama Cokro dan juga Ardana.
Cokro menelisik setiap inci wajah putrinya itu, ada beberapa memar yang ditutupi make up dan juga luka-luka yang mengering. Dengan menatap Sera seperti ini membuat hatinya tak keruan, ia langsung tarik putrinya itu ke dalam pelukannya.
“Nanti aku ganti uangnya!” ujar Sera cepat dan mencoba melepas pelukannya.
Cokro sangat sedih mendengar ucapan itu dari anaknya, tapi ia hanya tertawa kecil dan sedikit menyentil kening Sera. “Kamu emang keras kepala, dan gengsinya gede, persis mama kamu,” decaknya. “Papa tidak dengan keterpaksaan mengeluarkan uang itu untuk kamu, justru Papa bahagia karena bisa menolong kamu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...