Kebahagiaan Sera saat ini hanya satu, Joe. Melihat tumbuh kembangnya yang makin hari makin bertambah, membuat rasa sayang Sera padanya semakin dalam. Semua luka yang pernah Sera terima rasanya hilang begitu saja hanya dengan melihat Joe.
“Aaa lagi?” tanya Sera dan Joe membuka mulutnya.
“Pinter, makan yang banyak biar makin gemoy,” ucapnya setelah menyuapi Joe untuk yang ke sekian kalinya, dengan telaten ia juga mengelap sekitar bibir Joe yang belepotan.
Mereka yang tengah berada di taman samping rumah itu tersentak menyadari kehadiran Alma yang tersenyum menghampirinya.
“Hallo, kesayangan Bunda,” sapa Alma langsung mencium kening Joe.
“Nda,” ucap Joe sambil mengedipkan mata lucu, membuat dua perempuan itu memekik saking gemasnya.
“Iya, Bunda, sekali coba,” pinta Alma yang begitu bahagia Joe pertama kalinya bisa memanggilnya.
“Bun da!” ujar Alma lagi.
“Mama.” Joe malah bilang mama dan melirik ke Sera, membuat sudut bibir Sera terangkat.
Alma menyunggingkan senyumnya dan kembali bersuara dengan menunjuk dadanya, “Ini Bunda.” Lalu menunjuk Sera, “dan ini Kak Sera. Kakak, Joe.”
“Joe belum ngerti kayaknya, Kak.” Sera sedikit berdeham karena merasa canggung.
Alma tidak tahu saja kalau Jendra yang terus menyuruh Joe memanggil Sera Mama bukannya Kakak.
“Kamu sama pacar kamu itu gimana sekarang? Baik-baik aja, kan?” Alma malah melemparkan pertanyaan lain.
“Siapa namanya? Ardana, kan?” Alma tampak berpikir keras.
“Iya, Kak,” balas Sera pelan, entah kenapa Sera tidak mau membahasnya.
Alma tersenyum. “Kalian cocok,” ujarnya. “Oh iya, dia tau gak kamu tinggal di sini sama Jendra?”
Sera hanya mengangguk samar, perasaannya tidak enak harus membahas Ardana di rumah ini, ia merasa dirinya tidak tahu diri.
“Dia kayaknya orang baik,” ujar Alma karena mengingat Ardana sampai tahu Sera tinggal di sini yang notabenenya bersama Jendra sang mantan pacar.
“Jangan merasa kurang, ya, Ra, buat Ardana. Dia pantas buat kamu, kamu bisa bahagia sama dia.” Alma menepuk pundak Sera pelan karena mulai merasa lega.
Dan Sera merasa sakit mendengar setiap ucapan Alma, karena itu seperti membuka luka lamanya lagi.
“Jangan tersinggung, ya. Kakak mau yang terbaik buat kamu.”
Tidak, yang Kak Alma pikirkan itu bukan aku tapi Jendra. Sera membatin dalam hati.
“Oh iya, ada yang mau Kakak sampaikan buat kamu sama Jendra,” ujar Alma lagi kini begitu serius.
Wanita itu meraih tangan Sera dan menggenggamnya. “Kakak sama Mas Bayu itu sebenarnya punya rumah, rumah impian Kakak yang udah lama gak ditempati.”
“Rumah Kakak?” ulang Sera, kepalanya mulai menyusun dugaan demi dugaan.
“Setelah meninggalnya Papa kakak sama Jendra, Kakak harus tinggal di sini karena menemani Mama kasihan sendiri, tahu sendiri Jendra malah pindah ke apartemen.”
“Jadi, sekarang kakak berpikir untuk pindah lagi ke rumah Kakak. Apalagi sekarang ada Joe, Kakak mau berhenti kerja dan fokus jadi ibu rumah tangga termasuk ngurus Joe.” Alma begitu semangatnya menyampaikan maksudnya itu, membayangkan betapa bahagianya keluarga kecilnya nanti.
Sedangkan dada Sera bergemuruh mendengar Joe akan dibawa pindah.
“Lalu, aku gimana, Kak?” tanya Sera begitu saja. Ia sungguh takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...