FATE 30

16.6K 846 22
                                    

Ardana masih kepikiran hari kemarin saat di kostan, Sera itu jelas saat bersama Jendra seterbuka dan seceria itu. Yang katanya Sera benci Jendra tapi senyumnya dia paling lebar mereka berhadapan.

Sera yang dengan konyolnya membuat Ardana bersama Jendra berpelukan dan Sera memotretnya. Di sana Ardana bisa melihat Sera sebebas itu mengekspresikan diri, sampai meleletkan lidahnya ke Jendra dan mengatai Jendra walau tengah gugup.

Sedangkan saat berhadapan dengannya? Ardana tidak pernah melihat Sera yang sebebas itu, meskipun Sera bilang Sera bahagia bersamanya. Ardana merasa Sera memilihnya hanyalah karena keharusan, karena Ardana tidak akan menyakitinya.

"Mikirin apa, Sayang?" tanya Sera melambaikan tangannya di depan wajah Ardana, membuat pemuda itu tersentak kaget, tidak biasanya juga Sera memanggil dengan mesra seperti ini.

"Eh apa?" Ardana menegakkan tubuh dan mengerjapkan mata.

"Filmnya udah abis lho, tuh orang-orang udah pada bubar," tunjuk Sera dengan dagunya.

"Ah iya, iya." Ardana cengir, ia juga tak habis pikir pada dirinya sendiri, ia mengusap wajahnya kasar.

"Ya udah yuk keluar." Sera berdiri dengan senyum manisnya, hatinya bertanya-tanya kenapa Ardana sampai melamun di saat menonton.

Seperti biasanya mereka akan terus berpegangan tangan dan berjalan dengan senyum yang terus terpancar pada keduanya, dan membuat mereka tampak seperti pasangan paling bahagia.

Namun, Ardana tidak merasakan itu. Di hatinya masih mengganjal dan merasa Sera tidak menjadi dirinya saat bersamanya, Ardana ingin membunuh pikiran gilanya ini tapi tak bisa, pikiran itu terus menghantuinya dan mengganggunya terutama di saat dirinya bersama Sera seperti saat ini. Padahal harusnya kencan ini begitu membahagiakan untuknya.

Langkah Sera tiba-tiba terhenti, membuat langkah pemuda itu ikut terhenti dan melirik Sera dengan tanda tanya.

Mata Sera tertuju pada sweater bayi yang sangat lucu terpajang di depannya, kalau Joe mengenakan itu pasti Joe akan terlihat sangat lucu, batinnya. Bukan hanya itu saja, kehadiran bayi di sana juga semakin mengingatkannya pada Joe.

Andai Sera bisa membawa Joe jalan-jalan seperti orang tua pada umumnya. Membuat Sera tersenyum miris karena ia tidak bisa seenaknya membawa Joe keluar, ia lupa kalau statusnya untuk Joe itu bukanlah siapa-siapa, Joe milik Kak Alma.

"Kenapa?" tanya Ardana menyadarkan Sera.

"Bayi itu lucu, jadi inget sama Joe," jawab Sera apa adanya, senyumnya tak luntur memandangi bayi yang berada di gendongan papanya itu, yang umurnya sepertinya jauh di atas Joe.

Ardana tersenyum miris, sudah dia bilang berapa kali ke Sera, kalau perhatiannya ke Joe selalu membuatnya cemburu, tapi ternyata Sera tak pernah mengingatnya atau mungkin tak mau mempedulikannya.

Fakta Joe keponakan Jendra lah yang selalu membuat Ardana tidak terima dan tidak mau mengerti.

"Na, aku mau beli sweater itu dulu ya buat Joe, pasti lucu banget dipake sama Joe!" Mata Sera berbinar dan Ardana bisa melihat kebebasan itu lagi.

Sera berjalan cepat dengan semangatnya, ia sangat tak sabar ingin sweater itu secepatnya dipakai Joe padahal dirinya baru memilih. Ardana sendiri hanya berdiri di tempatnya tidak bergeser barang seinci pun, senyumannya pun perlahan tersungging sinis, Ardana membenci bayi itu!

Tak lama Sera kembali dengan menunjukkan belanjaannya pada Ardana dengan begitu ceria.

"Jadi pengen cepet pulang!" ujar Sera dengan antusiasnya.

Ardana senyum saja begitu tipisnya, namun dalam hatinya begitu kesal. Bayi itu mengganggu saja sampai Sera tak betah kencan dengannya. Dan biasanya Ardana dengan sigap membayar dan menjinjingnya sendiri saat Sera ingin membeli sesuatu, kali ini tidak.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang