FATE 76

10.1K 632 44
                                    

Sera sudah di depan pintu apartemen papanya, tapi ia enggan membuka pintu dan masuk karena Jendra masih berada di belakangnya. Jendra bilang dirinya akan pulang setelah memastikan Sera benar-benar masuk dan tidur.

Sera takut saja Jendra ikut menerobos masuk dan menemui papanya, mengingat Jendra orang yang nekad. “Janji, ya, jangan ikut masuk,” cicitnya pelan.

“Buat apa juga gue masuk,” balas pemuda itu berdecak kecil.

Ini sudah tengah malam, takut kalau papanya tengah menunggunya lalu memarahinya, ketakutan-ketakutan lain pun bermunculan, padahal ia sudah bertekad untuk menghancurkan perasaan papanya sendiri.

Setelah beberapa saat hanya berdiri saja, akhirnya Sera memberanikan diri masuk dan tak mempedulikan Jendra lagi. Ia berjalan mengendap-endap berharap papanya tengah terlelap.

Namun nyatanya malah suara teriakan dan makian yang ia dengar, lebih tepatnya dua orang yang bertengkar. Seorang wanita tengah mencakar-cakar papanya dan menangis-nangis.

“Kamu udah ketangkap basah, Mas. Jelas-jelas baju dan barang-barang perempuan ada di sini, bahkan seragam sekolah, apalagi namanya kalo kamu bukan punya sugar baby!” teriaknya sambil terisak. Ya, dia Riana istri Cokro sekaligus Tante dari Ardana.

“Jangan sembarangan bicara kamu!” teriak Cokro membentak Riana dengan mata berkilat marahnya, hampir saja sebuah tamparan melayang di wajah mulus Riana ketika istrinya itu menyebut Sera sugar baby.

“Iya, aku emang sugar babynya Om Cokro, Tante.” Sera tiba-tiba membuka mulutnya dengan santai.

Atensi keduanya langsung beralih ke Sera, wajah Cokro begitu syok karena kedatangan Sera sekaligus pernyataannya yang mengejutkan itu. Apa maksud Sera? Padahal awalnya Cokro lega karena putrinya itu tidak pulang. Sedangkan Riana wajahnya langsung merah padam.

“Kamu?” ujar Riana yang marah juga syok apalagi saat mengingat siapa Sera.

“Tante masih ingat aku?” tanya Sera memasang wajah takjubnya, sama sekali tak ada tampang kesedihan di wajahnya.

“Kamu pacarnya Ardana waktu itu? Bisa-bisanya ya jalang kecil kayak kamu ini menggoda suami saya!”

Plak~ tanpa segan Riana menampar wajah Sera bolak-balik, hingga meninggalkan darah di sudut bibir Sera saking kerasnya tamparan itu.

“Riana!” Melihat anaknya dipukuli jelas Cokro tidak terima, ia tarik dan dorong Riana hingga tersungkur ke lantai.

“Mas!” teriak Riana tak percaya.

Sera tersenyum kecut di tengah panasnya yang ia rasa di wajahnya.

“Jalang teriak jalang, bukannya Tante juga ngerebut suami orang?” tanya Sera dengan sinis.

Sera sama sekali tidak takut dengan Riana sekalipun dihabisi, justru Sera berharap Riana benar-benar kalap dan menyiksa dirinya, karena tujuannya memang Cokro harus melihat dirinya tersakiti seperti ini.

“Jangan asal bicara! Saya gak pernah merebut suami orang!” Benar saja, Riana yang naik pitam langsung berdiri dan kembali menyerang Sera hingga terjatuh. Perempuan itu menduduki Sera dan mencakarnya, menjambak rambutnya lalu dijedotkannya kepala belakang Sera ke lantai.

Anehnya Sera tak merasakan sakit, justru ia tersenyum bangga saat ini mendapat luka-luka dari ibu tirinya itu, karena itu artinya Cokro akan merasa hancur melihatnya seperti ini, karena ia tahu Cokro takkan berani mengakuinya sebagai anak kandungnya.

“Ayo bunuh aku, Tante,” gumam Sera sangat pelan sampai tidak ada yang mendengarnya.

“Riana! Berhenti, Riana! Kamu mau masuk penjara!” teriak Cokro langsung menarik Riana lagi dan memegangi wanita itu kuat, takut menyerang Sera lagi.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang