FATE 17

17.3K 949 21
                                    

Semua murid di kelas Sera bersorak ketika mengetahui bahwa guru olahraga mereka tiba-tiba ada urusan mendesak dan tidak bisa hadir, alhasil mereka semua dibebaskan untuk berolahraga apa saja, yang terpenting mereka harus berada di lapangan.

Beberapa di antara mereka membentuk dua tim dan bermain bola voli, dan sisanya memilih bermalas-malasan dengan dalih jadi suporter. Terutama Sera, dia duduk paling ujung menonton tanpa minat.

Bosan, itu yang Sera rasakan meksipun berada di tempat keramaian. Mereka di sekelilingnya tertawa terbahak, teriak dan bersorak ketika tim yang mereka dukung menang.

“Seberapa jauh hubungan lo sama Jendra di belakang Viola selama ini?”

Sera terkejut dengan pertanyaan ini, langsung melirik Milla di sampingnya.

Milla tertawa kecil. “Serius amat lo!” decaknya. “Gak mungkin kan lo masih ada main sama Jendra,” lanjutnya dengan santai.

“Apalagi masih ada rasa, kasian Ardana,” lanjut Milla lagi.

“Lo gak usah khawatir, Mill,” balas Sera akhirnya tersenyum tipis.

Milla rasanya masih marah di setiap kali mengingat adegan Sera bersama Jendra di dapur Viola itu. Ia masih tak habis pikir sampai sekarang.

“Tapi soal lo yang masih nganggap kalian gak pernah putus ... sekarang nggak kan?” Milla melirik.

“Bisa gak lupain aja omongan gue waktu itu?” tanya Sera tak suka. Hatinya langsung mengumpat Milla karena sudah membocorkan ucapannya itu pada Jendra di saat itu.

“Oke, maaf, Ser. Penasaran sih abisnya, lo juga udah jarang curhat sekarang,” balas Milla mengerucutkan bibir dan merangkul Sera.

“Tapi kalo boleh tahu dulu kalian putusnya kenapa?–” Milla langsung menutup mulutnya rapat, padahal sudah jelas Sera bilangnya gak pernah menganggap putus.

Karena Viola, Sera menjawab dalam hati sambil tersenyum miris. Iya, kenyataannya karena Jendra berselingkuh dengan Viola dan ia baru mengetahuinya baru-baru ini.

“Gue lupa putusnya kayak gimana, haha,” jawab Sera tertawa dengan hati kebalikannya yaitu meringis nyeri. Karena tiba-tiba Sera harus mengingat Jendra mengakhiri hubungan mereka bertepatan dengan Jendra yang mengetahui kehamilan Sera dan tidak mempedulikannya.

“Jendra brengsek banget ya, Ser?” tanya Milla menyadari perubahan raut wajah Sera. Dan hanya dijawab ya oleh Sera.

Milla menghela napas berat. Mungkin kejadian di dapur Viola waktu itu hanya kesalahanpahaman dan sepihak, Jendra yang brengsek dan Sera tidak berniat menyakiti Viola. Batin Milla terus berperang.

“Mill, gantiin Rinka!” teriak Viola di tengah lapangan.

“Lah, Rinka kenapa?”

“Kebelet katanya,” Viola menunjuk dengan dagunya dan tampak Rinka berlari menjauh.

Milla pun masuk lapangan dan permainan bola voli berlanjut, sebagian yang bosan berlari ke kantin, termasuk Sera sendiri mulai berdiri dan berjalan entah ke mana.

Jedug~

Sera merasa pening dan panas seketika, tahu-tahu ada bola menyambar wajahnya cukup keras. Langkahnya langsung terhenti, hampir saja ia ikut terjerembab ke belakang.

“Ser, lo gapapa?” tanya salah seorang siswi berkacamata menghampiri.

Sera diam, wajahnya berkali-kali mengernyit. Jelas dia tidak baik-baik saja, sebelah wajahnya terkena hantaman bola dan sangat memerah. Semua mata pun sudah tertuju ke arahnya.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang