FATE 64

9.8K 552 26
                                    

Sera tersenyum penuh syukur karena semakin hari bisnisnya semakin lancar, apalagi sekarang keripiknya berbagai varian rasa, ia berhasil meracik bumbu demi bumbu. Sera menganggapnya itu adalah keajaiban karena selama ini ia tidak pernah menyangka bisa sampai ke titik ini.

Sekarang Sera ataupun Alea juga tidak lagi kepanasan di depan minyak panas dan kuali besar, karena sudah ada seorang ibu-ibu yang bertugas menggoreng, setelah sekitar dua minggu ibu itu belajar cara menggoreng yang tepat sesuai arahan Sera agar bumbu meresap dengan pas.

Tugas mereka berdua sekarang hanya sibuk promosi dan memasarkan, dan khusus untuk Sera meracik bumbu demi bumbu yang kian hari ada saja ide-ide barunya.

“Next kita punya pabrik gede,” ujar Alea tiba-tiba muncul sambil memakan keripik dengan rasa jagung bakar.

“Hmm, gimana lo aja," balas Sera karena pemikiran Alea itu benar-benar selalu tidak terduga, berani dan menantang, benar-benar mental seorang pengusaha.

“Eh di depan ada cowok sama mogenya, siapa tuh? Calon abang ojeg lo alias crush baru?” Alea sangat penasaran, sekaligus meledek Sera.

Sera yang tengah memasukkan beberapa kemasan keripik ukuran jumbo itu hanya bisa berdecak. “Itu terus yang ada di pikiran lo.”

“Jangan bilang itu keripik buat tu cowok,” tebak Alea melihat kantong yang cukup besar itu.

“Buat mamanya, kok,” tukas Sera cepat.

“Ya Allah, Ser. Emang gini cara pedekate lo selama ini? Deketin mamanya sekaligus?” Alea membulatkan matanya.

“Jangan sok tau! Mamanya udah kayak mama kandung gue sendiri.” Sera melenggang pergi meninggalkan Alea keluar.

“Ini nitip buat Mama, ya?” Sera menyerahkan kantong keresek besar itu.

“Gak kebanyakan? Buat lo jualin, kan?” Jendra meraih keresek itu.

“Udah ada lebihnya, kok. Ini berbagai rasa ada.” Sera tersenyum. “Gue mau Mama Farah nyicipin produk gue, gue mau berbagi kebahagiaan gue sama Mama Farah.”

Melihat Sera tersenyum seperti ini apalagi begitu perhatian terhadap mamanya membuat hati Jendra begitu bahagia, seperti mendapatkan angin surga.

“Semoga sukses terus bisnisnya, Ser,” ujarnya dan Sera langsung mengangguk meng-aamiinkan.

“Btw gue gak disuruh masuk dulu?” tanya Jendra jahil mengangkat alisnya berkali-kali.

Sera kembali ke mode garang. “Jangan ngelunjak! Cepet pulang!” desisnya dengan mata melotot.

“Siap, Mamanya Joe,” balas Jendra mengulum senyumnya sangat gemas.

Sera hanya bisa menggerutu dalam hati dan melihat ke sana-sini takut ada yang mendengarnya. Perempuan itu kembali berbalik dan memasuki tempat tinggalnya itu setelah memastikan Jendra pergi.

Dulu saat Farah ingin menemuinya Sera menolak dengan alasan benar-benar ingin memutuskan hubungannya dengan keluarga Jendra, tapi sekarang setelah dipikir-pikir dirinya ada kemajuan rasanya jahat sekali jika ia tak mengabari Farah yang begitu baik padanya dan memperlakukannya seperti anak sendiri. Dan hitung-hitung meminta doa restu atas usaha yang tengah ia jalankan, karena hanya Farah yang hanya menganggapnya anak saat ini, kan?

“Hayo loh, lamunin apa?” Alea menggebrak meja di depan Sera sekarang ini. “Mikirin cowok tadi, ya? Ganteng gak sih orangnya?” tanyanya begitu kepo langsung duduk di depan Sera berhadapan.

“Dulu gue liatnya emang ganteng banget, tapi gak tau sekarang b aja,” balas Sera mengkedikan bahunya.

“Lah, kok?” Alea bingung. “Jangan bilang dia mantan lo yang waktu itu lo ceritain?” tebaknya mulai bisa menebak teka-tekinya.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang