FATE 60

12.4K 734 110
                                    

“Na, aku mohon jangan buat keributan,” lirih Sera pelan.

Ardana hanya bisa berdecak kesal, tapi melihat Sera yang tampak begitu khawatir memeluk Joe membuatnya luluh dan mengerti.

“Kenapa dia dan bayi ini bisa ada di sini?” tanya Ardana menunjuk satu per satu Jendra dan Joe, ia mencoba mengontrol emosinya.

Jendra langsung berdiri. “Lo sendiri ke mana aja? Udah sore gini baru muncul? Harusnya lo jagain Sera di sini!”

“Sibuk sama Milla lo?” lanjut Jendra lagi mengangkat dagunya.

“Sialan!” teriak Ardana mengepalkan tangan gatal sekali ingin meninju.

“Bun-da, aaa ... Bunda!” Joe seperti ikut merasakan suasana yang kian menegang, ia merengek rewel secara tiba-tiba.

“Jen-Jen! Jen-Jen! Bun-da!” teriaknya memanggil Jendra, Joe merasa terancam dan akan merasa aman jika bersama Alma sang bunda.

Hati Sera selalu sakit dengan kenyataan ini, ia peluk Joe dengan sepenuhnya dengan air matanya menetes.

“Joe mau pulang?” tanya Sera lirih. “Ya sudah, Joe pulang aja. Makasih ya udah temuin Kak Sera hari ini, Kak Sera bahagia banget,” lanjutnya dengan perasaan penuh haru.

Jendra dan Ardana terdiam melihat pemandangan itu, keduanya tercekat sama-sama hanya bisa mematung.

“Jen, kamu sama Joe pulang aja. Makasih udah pertemukan aku sama Joe,” ujar Sera kembali menciumi anaknya itu secara bertubi.

“Kamu yakin? Aku sama Joe masih bisa lebih lama nemenin kamu, mungpung Kak Alma masih sama Mama,” balas Jendra dengan suara tertahan, ia enggan memisahkan Sera dengan Joe, hari ini pun ia bekerja sama dengan Farah sang mama untuk bisa membawa Joe menemui Sera.

“Joenya mau sama bundanya,” lirih Sera dengan suara parau menahan tangis.

“Bun-da! Jen-Jen Bunda!” rewel Joe lagi dengan muka memelas menatap Jendra, bibirnya melengkung ke bawah menahan tangis, begitu lucu.

“Bye, Sayang! Sehat terus ya?” Sera menciumi Joe yang sudah beralih ke gendongan Jendra.

Meskipun berat, tapi Sera merasa Joe bersama Alma memang pilihan tepat, ia tidak yakin jika Joe bersamanya mungkin akan ikut sengsara.

“Dah!” Joe melambaikan tangannya sampai akhirnya keluar dari ruangan rawat inap Sera, sedangkan Ardana sedari tadi hanya diam.

Di luar, Jendra dan Joe berpapasan dengan Cokro, ah tepatnya Cokro pura-pura tengah berjalan padahal sedari tadi di dekat pintu ingin mengetahui kondisi Sera dari kejauhan.

Tatapan Cokro dan Joe saling bertemu, meskipun tatapan bayi itu begitu polos tapi mampu menyentuh hati Cokro. Andai pria itu tahu bahwa bayi itu adalah cucu kandungnya.

Di sisi lain, di dalam ruangan, Ardana menatap Sera dengan dingin dan penuh tanya. “Kamu sengaja panggil mereka ke sini?”

Sera diam, ia harus ingat bahwa Ardana bukan siapa-siapanya lagi.

“Kamu sengaja menggunakan bayi itu sebagai alasan?” tanya Ardana lagi begitu dingin dan sarkas.

“Nggak!” jawab Sera kini dengan cepat.

“Jendra tau dari Ekal, Ekal dari Rinka, Rinka dari Milla dan Milla dari kamu!” balas Sera kini menatap Ardana dengan berani.

Pemuda itu kalah telak, ia tidak bisa mengelak karena memang itu kenyataannya.

“Mereka semua ke sini tadi siang, dan yang bocorin ke Jendra itu Haekal,” jelas Sera dengan nada bicara yang tidak ada lembut-lembutnya lagi, jauh berbeda dengan Sera selama ini.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang