FATE 44

10.5K 596 22
                                    

Akhirnya double up, tapi ini agak 18+ dimohon untuk tidak meresapinya 😄

Masih jam delapan dan belum terlalu larut, Ardana rasanya tak sabar untuk menjemput Sera. Yang akhirnya daripada bosan menunggu ia memutuskan pergi ke tongkrongan teman-teman lamanya.

Di tengah-tengah mengisap rokoknya Ardana berdecak ketika nama Milla tertera di layar ponselnya.

“Milla? Cewek lo?” tanya temannya penasaran.

“Bukan.” Ardana menjawab tanpa menoleh, matanya fokus ke ponselnya dan mengangkat panggilan itu.

“Iya, Mill, ada apa?” Kembali mengisap rokoknya dan mengembuskan kepulan asap itu, malam ini Ardana tidak terlihat seperti Ardana biasanya.

Tiba-tiba mimik wajah pemuda itu berubah, keningnya mengkerut dengan mata berubah tajam mendengar penuturan di sebrang telpon.

“I-iya, gue Ardana. Tunggu sebentar, gue segera ke sana, tolong jagain Milla,” tutupnya langsung berdiri dan menyimpan putung rokok yang masih panjang itu di asbak.

Sesampainya di club malam yang diinfokan si penelpon tadi, Ardana memicingkan matanya mencari keberadaan Milla.

Tempat seperti ini tidak asing bagi Ardana sendiri, ia sering menghabiskan waktunya di tempat seperti ini, tapi itu dulu, ketika pergaulannya bersama anak-anak orang kaya lainnya yang hobi berpoya-poya.

Tak berapa lama ia langsung menemukan keberadaan Milla yang tengah teler, di sampingnya seorang pria yang tampaknya tengah memanfaatkan situasi. Terlihat jelas Milla terus menepis tangan pria itu walaupun kesadarannya tidak penuh.

“Lepasin dia!” Ardana menghampiri dan menatap tajam.

Pria itu mendesah kecewa, apalagi bartender yang sedari tadi melayani Milla menghampiri mereka.

“Lo Ardana? Nih hape cewek lo,” ujarnya menyerahkan benda pipih itu, sang bartender menelepon Ardana ketika gadis itu menyebut-nyebut namanya.

Ardana sendiri ingin menyangkal bahwa Milla itu bukan kekasihnya, tapi situasinya tidak memungkinkan. Ia hanya mengucapkan kata terima kasih karena sudah menjaga Milla dan memapah gadis itu untuk pergi.

“Lo kenapa bisa masuk ke tempat gini sih, Mill?” lirih Ardana menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah cantik itu.

“Dan, kenapa lo bisa tau gue di sini?” tanya gadis itu menatap dengan tatapan sayunya.

“Itu gak penting, sekarang ayo pulang.” Pemuda itu terus memapah Milla hingga sampai di depan motornya.

Sekarang ia kebingungan, tidak mungkin membawa Milla menggunakan motornya.

“Woy! Ardan, lama banget lo gak ke sini!” Seseorang muncul menepuk pundak Ardana.

“Wuih, kayaknya mau happy-happy nih,” lanjutnya menatap Milla dari atas ke bawah dengan nada menggoda.

Sebenarnya Ardana ingin menonjok teman lamanya yang bernama Lucas itu karena menatap Milla dengan mata keranjangnya. Tapi, sepertinya ia membutuhkan bantuannya.

“Boleh pinjem mobilnya gak, Bro?” tanya Ardana to the point. “Tar lo balik pake motor gue, darurat nih,” lanjutnya sambil melirik Milla.

Lucas mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk-angguk, tatapannya tak lepas dari wajah Milla. Ia mendengar dari beberapa temannya kalau Ardana itu memiliki kekasih di sekolah sampai bucin, dan karena kebucinan Ardana sampai membuat pemuda itu jarang bergaul di tempat seperti ini lagi.

Jadi, ini cewek yang bikin Ardana tergila-gila? Lucas membatin.

“Oke, pake aja, kasian cewek lo,” ujar Lucas melemparkan kunci mobilnya dan langsung ditangkap Ardana dengan sigap.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang