FATE 54

10.8K 594 10
                                    

“Jendra setelah putus dari Vio beneran gak ada cewek lagi, ya?” Milla menatap Jendra yang tengah bermain basket, sedangkan mereka duduk di tangga dan dari kejauhan.

Rinka memukul lengan Milla pelan. “Bukan putus dari Viola tapi dari perjodohannya sama Sera, iya kan, Ser?” ujarnya melirik Sera.

Sera langsung gelagapan dan berdeham karena terkejut, bingung untuk mengiyakan atau mengelaknya.

“Gue bisa lihat dari mata Jendra kalo dia masih ngarep sama lo,” ujar Rinka lagi diakhiri dengan memasukan sukro hasil ngambil dari punya Milla.

“Jangan bikin gosip,” balas Sera datar.

Rinka ingin membalas namun disela kembali oleh Sera dengan cepat, “Eh gue masih bingung sama hubungan lo sama Haekal, statusnya sebenarnya gimana? Kalian masih kayak orang pacaran di mata gue.”

Gadis itu langsung berdecak. “Ya lo kan tau sendiri seover protektif apa bokap gue, intinya kita saling sayang tapi statusnya diganti jadi temen.”

“Dan lo gak bolehin Haekal deket sama cewek lain? Egois tau gak,” sahut Milla berdecak.

Rinka tidak terima disebut egois dan menatap sengit. “Yeu ... bukan gue ya yang mau, tapi dia sendiri yang mutusin bakalan tetep jaga gue dan bakalan selalu ada buat gue meskipun status kita udah beda,” ujarnya mantap.

“Tapi di mata gue gak ada bedanya tuh,” sahut Sera tetap ngeyel.

“Mungkin bedanya gak ada skinship kali,” sambung Milla. “Iya gak, Rin?” tanyanya melirik sahabatnya itu.

Rinka diam, keningnya sedikit mengernyit dan tak lama ia menggeleng. “Sama aja, kok. Gue gak pernah ngapa-ngapain sama Ekal,” jawabnya tenang.

Milla langsung tertawa mendengarnya. “Gak mungkin! Gak, gue gak percaya. Mana ada cowok zaman sekarang bisa gak skinship.”

“Ada!” balas Rinka cepat. “Dan dia Haekal!” kekehnya.

“Selama pacaran kita gak pernah macem-macem, pas pertama mau pegang tangan gue aja izin dulu dia!” lanjut gadis itu lagi menjelaskan dengan mimik muka seriusnya.

Sera diam, kok beda banget sama Jendra sama Ardana? Batinnya.

Dan tiba-tiba Rinka menatap tajam Milla. “Eh kenapa lo bisa ngomong gitu? Lo pernah pacaran emang?”

Milla langsung gugup, ia tidak pernah memiliki hubungan khusus yang bernama pacaran, teman laki-laki saja dia tidak punya. Milla itu pendiam dan pemalu, dia sangat susah untuk dekat dengan laki-laki. Namun karena kecelakaan, dia pernah melewati malam yang panas meskipun tidak sampai melewati batas. Dan sialnya laki-laki itu adalah kekasih dari sahabatnya yang sekarang tengah menatapnya.

Ya, Sera menatap Milla dengan perasaan miris. Meskipun sudah dua bulan lamanya dia tetap merasa sesak jika harus mengingat apa yang telah terjadi antara Milla dan Ardana. Sera sudah pasrah kalau ternyata mereka melakukan hal lebih, dia sudah tidak mempercayai siapapun lagi dengan seratus persen.

“Wah gila lo, Mill!” Rinka melotot dan membuat Milla langsung panik. “Jangan-jangan semasa SMP lo, masih terlalu bocil lo buat pacaran!” pekiknya dengan nyaring.

“Terus sekarang lo gak ngerasa bocil gitu? Sama aja kali, di umur segini kita semua belum bisa dikategorikan dewasa!” ketus Milla pura-pura kesal, mati-matian dia menutupi rasa gugupnya takut ketahuan tentang dirinya bersama Ardana pernah kecelakaan.

Sera menggeser bokongnya berkali-kali merasa tidak nyaman, tak lama ia berdiri. “Gue ke toilet bentar ya?” ujarnya langsung turun dari anak tangga yang mereka duduki itu.

Fate and PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang