Di belakang sekolah Ardana duduk seorang diri dengan mata tajamnya menatap tanah. Dadanya bergemuruh penuh amarah, benci dan dendam.
Berita Sera yang dijodohkan dengan Jendra sudah menyebar dan ia tidak suka itu, bahkan beberapa temannya menyarankan untuk melepas Sera karena dia calon istri orang.
Ardana merasa tidak adil, karena Sera bersama Jendra itu disakiti, dan Ardana tidak bisa mengalah untuk kedua kalinya apalagi membiarkan Sera disakiti kembali.
“Hal spesial apa sih yang ada pada diri seorang Sera?”
Ardana terperanjat ketika mendengar suara seseorang, dan nyatanya seseorang itu berdiri di samping Ardana dan entah sejak kapan, Milla.
Pemuda itu melirik dan kembali memalingkan wajahnya tak peduli setelah tahu orang itu Milla.
Milla berdecak sinis dan melipat tangannya di dada. “Lo pasti pandang gue rendah karena udah ngungkapin perasaan gue ke lo dengan cara rendahan.”
“Gue gak bakal ngemis cinta sama lo, Dan. Tapi, gue penasaran aja apa yang membuat lo sampai segitunya memperjuangkan Sera,” ujarnya dengan begitu santai, memandang wajah Ardana dari samping yang begitu ia kagumi, harusnya memang dari dulu Milla punya keberanian seperti ini.
“Lo jelas tahu Sera itu udah gak perawan sama Jendra, lo juga tahu mereka dijodohin, apa karena cinta itu buta, ya?”
“Atau lo merasa perasaan lo sama Sera itu begitu istimewa dan tak bisa tertandingi?” lanjut Milla lagi dengan nada dan ekspresi yang dibuat-buat.
Emosi Ardana semakin tersulut, ia bangkit berdiri dan mendorong Milla ke dinding, ia cengkeram rahang Milla begitu keras, dan hebatnya Milla tak sedikitpun meringis.
“Lo mau tau apa yang spesial dari Sera?” tanyanya tajam. “Karena dia nggak kayak lo yang menusuk temannya di belakang!”
Milla masih bisa tertawa dengan binar di matanya, benar-benar ia seperti tidak kesakitan sedikitpun. Ardana sendiri tidak menyangka dengan Milla saat ini, seperti bukan Milla yang biasanya pendiam dan pemalu.
“Maksudnya gue nusuk Sera dari belakang?” tanyanya tertawa kecil setelah berhasil melepaskan tangan Ardana di rahangnya.
“Gue bicara sesuai fakta, Dan. Gak ada yang gue lebihin, dan gue nanya sama lo apa yang membuat lo mempertahankan Sera. Salah?” tanya Milla lagi dengan mengangkat dagunya.
Ardana berteriak, “Jelas salah! Kalo lo beneran temennya Sera lo gak bakalan nanya apa yang spesial dari Sera! Bagi gue, Sera lebih berharga dari apapun!” pungkasnya menghunus tajam mata Milla sekaligus ke dadanya.
Sepeninggalnya Ardana tangan Milla terkulai dan ia menjerit sejadinya, toh ia berada di belakang sekolah, takkan ada yang melihatnya menjerit.
“Gue gak pernah benci sama Sera! Gue gak pernah iri sama Sera! Gue juga sudah merelakan Ardana sama Sera! Gue beneran tulus jadi sahabat Sera. Tapi kenapa bisa berakhir begini!”
“Aaaakkh!” jeritnya lagi begitu melengking sampai terdengar ke beberapa ruangan.
Semuanya berawal dari Milla yang buta karena tidak terima cowok yang sudah dia relakan harus tersakiti. Sampai tidak sadar malah menghancurkan tali persahabatan itu.
***
Di sisi lain, Ardana yang masih menampakkan wajah kusutnya tak sengaja melihat Sera dan Jendra saling berpegangan tangan, itulah yang dia lihat, meski pada detik berikutnya Sera melepas paksa tangannya itu. Lalu mereka berdebat dan Sera melangkah meninggalkan Jendra.
Itu sudah cukup menjadi bukti ‘kan kalo Sera itu menjaga perasaan Ardana meskipun Sera tak bersamanya?
“Aku kan udah minta maaf.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...