Angin malam terus berembus merengkuh dua sejoli yang tengah dibuai mesra, di bawah sinar rembulan dan kerlipnya bintang.
Sera mengakhiri ciuman mereka karena kehabisan napas, menjauhkan tubuhnya dari Ardana dengan menunduk.
“Udah malam, Na. Ayo pulang, aku takut Alea nunggu.”
“Bentar lagi, aku masih mau berduaan sama kamu.” Ardana malah memeluk Sera erat dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher kekasihnya itu.
Sera tatapannya kosong, ia merasa ada yang salah dengan hubungan mereka ini. Ditambah lagi dengan perdebatan teman-temannya di sekolah pas istirahat yang mengatakan mereka itu masih bocil.
“Na, kamu pernah mikirin gak kalo semisal hubungan kita kayak Rinka Haekal bakal berhasil apa nggak?” ujar Sera begitu saja di saat Ardana memeluknya.
Ardana tampak berpikir. “Mereka lucu sih di mataku, kamu mau aku kayak Haekal? Ya nggak bisa lah, Sayang. Aku ya aku Haekal ya Haekal.” Mendapati jawaban Ardana yang bertubi seperti ini membuat Sera terdiam, ia ragu untuk melanjutkan perkataannya.
“Hubungan kita ini udah kejauhan, gaya pacaran kita udah gak sehat,” lirih Sera memberanikan diri.
Ardana tersenyum saja mendengarnya, lalu mengangguk mengerti.
“Ngerasa gak sih kita udah dewasa sebelum waktunya?” tanya Sera mengangkat wajahnya guna menatap Ardana langsung.
Di situ Ardana malah mengecup singkat bibir Sera. “Aku gak bisa, Ser. Aku gak bisa hubungan tanpa sentuhan,” ujar Ardana tidak mau berbelit-belit, ia tahu maksud Sera.
Sera langsung menunduk dengan sendu, dua kali pacaran kenapa begini. Membuatnya merasa bahwa laki-laki mengencaninya itu hanya menginginkan tubuhnya saja.
Ponsel Ardana tiba-tiba bergetar dan pemuda itu dengan cepat mengeceknya, namun bukannya menjawab ia malah mengabaikannya.
“Siapa? Kok didiemin?” tanya Sera pura-pura, padahal sepintas ia melihat nama Lucas.
“Anak-anak, biarin lah paling iseng,” balas Ardana cuek. Ia kembali melihat layar ponselnya dan rahangnya langsung mengeras.
Pilihan lo cuma dua, Sera atau Milla. Itu chat dari Lucas.
Ardana mengepalkan tangannya memasukkan ponselnya kembali dengan kasar, ia mengambil helmnya dan memakainya begitu saja. Sera hanya bisa diam melihat Ardana yang saat ini tampaknya dilanda masalah, ia ingin bertanya lebih lanjut tapi ia urungkan.
“Ayo pulang,” ujar pemuda itu terdengar dingin, Sera menurut saja, hatinya bertanya-tanya apakah ini ada hubungannya dengan perkataannya sebelumnya?
***
Hari ini Sera ingin mengembalikan baju milik Jendra yang sudah ia cuci bersih, ia berharap tak sengaja berpapasan tanpa harus repot dirinya menghampiri pemuda itu.
Namun, sesuatu yang ditunggu pastilah enggan datang. Padahal Sera sangat sengaja terus melihat ke arah di mana biasanya Jendra lewat.
“Sera, kamu nungguin aku?”
Perempuan itu sangat-sangat terkejut karena tahu-tahu Jendra di belakangnya.
“Siapa bilang!” Sera mengelaknya dengan wajah merah, padahal tinggal mengaku dan menyampaikan maksudnya itu bukanlah masalah.
“Terus ngapain celingukan di sini?”
Sera berdeham, lalu menyodorkan tote bag yang kemarin dikasih Jendra. “Baju kamu, udah bersih, makasih, ya?”
Bibir Jendra tersungging menahan senyum. Sera ini kenapa malah sok-sokan tidak mau ngaku nungguin dia, gumam Jendra dalam hati.
Sera lucu, gemas sendiri Jendra jadinya. Jendra merasa sekarang mereka tengah PDKT dengan malu-malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate and Pain
Teen FictionHamil dan menjadi orang tua di bangku sekolah. 🔞 Menguras emosi ⚠️ *** Satu tahun menghilang, tidak ada yang tahu bahwa siswi yang kembali ke sekolah yang sama itu kenyataannya telah mengandung dan melahirkan anak dari Jendra Adisaka Bumi, pemuda p...